JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Keuskupan Timika menambah satu dekanat baru di wilayah pastoralnya. Itu setelah menanti dua dekade lamanya, akhirnya mulai tahun ini Dekanat Mapia Piyaiye (Mapi) berdiri sendiri, lepas dari Dekanat Kamuu, Mapia dan Piyaiye (Kamapi). Paroki Santa Maria Bunda Rosario Modio ditetapkan sebagai pusat Dekanat Mapi.
Hal itu terbukti dengan rencana akan dibangun sebuah gedung Susteran Dekanat Mapi di paroki Modio, distrik Mapia Tengah.
Peletakan batu pertama pembangunan gedung Susteran Dekanat Mapia Piyaiye di paroki Modio, Kamis (31/10/2024), dihadiri umat paroki Modio, pimpinan bersama petugas gereja, serta umat Katolik dari paroki lain.
Bersamaan dilantik juga panitia pembangunan yang dipimpin Pater Rufinus Egeida Papa Wiyai Madai, Pr, Pastor Dekan Kamapi.
Pastor Rufinus mengatakan, pemekaran wilayah gerejawi atau dekanat ini bertujuan untuk memperluas jangkauan pelayanan pastoral dan mendekatkan pelayanan kepada umat di wilayah Mapia dan Piyaiye yang luas dan sulit dijangkau.
Menurutnya, pemekaran dekanat ini adalah misi pastoral Keuskupan Timika untuk memperpendek wilayah pelayanan guna menyebarluaskan karya Gereja hingga ke seluruh pelosok.
Dalam struktur panitia yang baru dilantik, Stefanus Degei, yang juga pelaksana tugas kepala distrik Mapia Tengah, didapuk sebagai ketua panitia pembangunan. Ia didampingi Antonius Ekowaibii Boma sebagai sekretaris dan Yulianus Tekege sebagai bendahara umum.
Stefanus Degei menyampaikan harapannya agar pemekaran dekanat Mapia membawa dampak positif bagi masyarakat Mapia, dengan pemerintah daerah berjanji memberikan dukungan penuh dalam proses pembangunan gedung susteran ini.
Menurut Pastor Rufinus Madai, pemekaran dekanat Mapi akan mengurangi beban wilayah dekanat Kamuu, yang sebelumnya mencakup 11 paroki, dengan 5 paroki di wilayah Kamuu dan 6 paroki di wilayah Mapia Piyaiye. Adapun lima paroki di dekanat Kamuu adalah paroki Santa Maria Imaculata Moanemani, paroki Santa Maria Ratu Rosari Idakebo, paroki Yohane Pemandi Ugapuga, paroki Kristus Terang Dunia Puweta, dan paroki Santo Petrus Mauwa.
Sedangkan enam paroki di dekanat Mapi, yakni paroki Maria Menerima Kabar Gembira Bomomani, paroki Santa Maria Rosario Modio, paroki Kristus Penebus Timeepa, paroki Keluarga Kudus Apouwo, paroki Hati Kudus Yesus Kristus Abouyaga, dan paroki Santo Yosef Deneiode.
Kini, kata Pastor Madai, dekanat Mapi akan memiliki pusat pelayanan di paroki Modio, yang diharapkan menjadi pusat pelayanan yang lebih dekat bagi umat di seluruh wilayah Mapia dan Piyaiye.
Martinus Kedeikoto, ketua Dewan Paroki Modio, mengakui perjuangan untuk mendirikan dekanat sendiri di wilayah Mapia telah dimulai sejak tahun 2002 lalu. Berbagai permohonan secara tertulis dan lisan telah disampaikan kepada Uskup dan Keuskupan Timika. Angin segera pun berhembus ke wilayah pegunungan Mapia dan Piyaiye pada tahun ini untuk membentuk wilayah dekanat sendiri.
“Kehadiran dekanat baru ini merupakan kerinduan lama dari seluruh umat Katolik di wilayah Mapia dan Piyaiye. Tidak hanya umat paroki Modio saja, harapan kami, umat dari empat paroki lainnya, yakni paroki Bomomani, Timeepa, Abouyaga, Apouwo, dan Deneiode juga harus turut dilibatkan dalam proses pembangunan gedung susteran ini. Dengan demikian, dekanat baru benar-benar menjadi milik seluruh masyarakat Mapia dan Piyaiye, mulai dari Bomomani sampai Deneiode,” kata Martinus Kedeikoto.
Kegiatan peletakan batu pertama pembangunan gedung Susteran Dekanat Mapia Piyaiye menjadi langkah awal dalam pemekaran wilayah gereja yang diharapkan nanti dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan mempererat ikatan umat di wilayah Mapia dan Piyaiye. []