JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi membuka neraka bagi umatnya di Papua. Itulah salah satu pernyataan yang disampaikan tim Suara Kaum Awam Katolik Papua ketika menggelar aksi bisu mingguan di depan gedung gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus Asisi, Paroki Gembala Baik Abepura dan Paroki Kristus Terang Dunia Waena pada, Minggu (3/11/2024).
Aksi itu dilakukan dari pukul 09:30-10:23 WIT dan dengan jumlah massa aksi sebanyak 20 orang lebih.
Kristianus Dogopia dari tim Suara Kaum Awam Katolik Papua mengatakan, Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi, MSC memiliki andil besar di balik ancaman hidup bagi umat di Merauke yang nyaris kehilangan 2 juta hektar tanah mereka. Dukuangan Mandagi terhadap pemerintah dan perusahaan seakan membuka bak neraka baru bagi umatnya.
“Jika kelak masyarakat adat lokal kehilangan hak-hak dasar, sumber-sumber mata pencaharian hidup yang produktif atas nama Program Strategis Nasional (PSN), maka disitu ada peran legitimasi gereja Katolik. Uskup Mandagi sebagai pimpinan gereja memainkan peran penting melalui relasi khusus,” kata Dogopia.
Dikatakan, peran Mandagi yang dimaksud adalah dalam upayanya mempercepat proses pengambilahlian hak-hak masyarakat adat oleh penguasa dan perusahaan. Selain itu juga untuk menekan ruang gerak masyarakat adat yang notabene merupakan umat Katolik Keuskupan Agung Merauke, di mana penguasa dan perusahaan masuk melalui pintu gereja untuk memuluskan ambisinya.
Praktik macam ini kata dia merupakan pola baru dalam gereja Katolik di Tanah Papua yang mana gereja Katolik mencoba mengambil peran dalam mendukung pemerintah dan pengusaha dalam mengambil lahan warag.
“Selama 119 tahun yang lalu, para misionaris maupun pimpinan gereja di keuskupan ini jarang mengeluarkan pernyataan kontroversial seperti itu. Namun Mandagi membawa perubahan arah pastoral di Keuskupan Agung Merauke, yang berdampak pada kegaduhan, perpecahan, dan permusuhan.”
Hal ini menunjukan bahwa pendekatan pastoral tidak mampu menyentuh kegelisihan dan harapan umat. Belum ada suara kenabian Mandagi yang dapat menyejukkan hati dan batin umatnya yang lama menderita, malah ia membuat umat semakin terluka dan trauma.
Hingga saat ini, Uskup metropolitan di Merauke itu enggan melakukan klarifikasi atas pernyataannya yang kontroversial.
Ia justru memilih diam seribu bahasa, bahkan tidak mau megubris desakan semua stackholder agar meminta maaf supaya bisa menenangkan suasana hati umat terluka dan trauma degannya.
Karena itu pada, Minggu 3 November 2024, Suara Kaum Awam Katolik Papua di Jayapura melakukan aksi protes terhadap Mandagi di Paroki Santo Fransiskus Asisi APO, Paroki gembala Baik Abepura dan Paroki Kristus Terang Dunia Waena, Kota Jayapura, Papua.
Stenly Dambujai, salah satu dari Suara Kaum Awam Katolik Papua mengatakan, aksi mingguan kelima itu berjalan lancer. Seperti biasanya, massa aksi melakukan aksi bisu tanpa kekerasan.
Katanya, aksi itu dilakukan pihaknya usai mengikut misa pada minggu, lalu berdiri di halaman gedung gereja dan memegang pamflet. Sebagian diletakan di atas permukaan tanah agar semua orang dapat melihat dan membacanya.
Khusus di Paroki APO, massa aksi dibubarkan secara paksa oleh aparat keamanan dari Polresta Jayapura.
Polresta hendak mengangkut massa aksi di Polresta Jayapura guna mengamankan massa aksi sesuai dengan prosedur hukum, tetapi setelah negosiasi secara damai, massa aksi membubarkan diri secara damai.
“Sebelum pulang, kami melakukan dialong dengan pastor paroki, Paulus Tumayang OFM untuk membicarakan soal rencana pembongkaran gedung gereja tua APO. Di mana kita menyepakai bahwa akan dilakukan dialog yang melibatkan semua pihak terkiat guna membicarakan terkait gedung gereja yang telah mencapai 65 tahun dan memiliki nilai cagar budaya yang tinggi,” pungkas Dambujai.
Sebelumnya, Suara Kaum Awam Katolik Papua menyatakan akan melaporkan Uskup Agung Merauke, Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC di Polda Papua guna mempertanggungjawabkan pernyataannya yang kontroversial. Langkah ini ditempuh secara terpaksa dengan melihat sikap Mandagi yang enggan melakukan klarifikasi kepada umat secara terbuka, dan bermartabat.
Hal itu berkaitan dengan pernyataan Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi yang menyebutkan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang digagas oleh negara Republik Indonesia adalah untuk memanusiakan manusia.
Selain itu Uskup Mandagi tidak bertemu dengan masyarakat adat Merauke yang mengadu persoalan hak ulayatnya dirampas.
Uskup Mandagi lebih memilih membuka pintu kantor Keuskupan Agung Merauke kepada militer Indonesia yang dipercayakan menjalankan PSN di Merauke.
Semua itu menunjukan bahwa kehadiran mantan Uskup Amboina itu memiliki misi terselubung untuk memuluskan pelanggaran hak asasi masyarakat adat Papua bagian selatan yang mayoritas umat Katolik Papua.