JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Komite Nasional Papua Barat (KNPB) merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-16 (19 November 2008 – 19 November 2024). Perayaan HUT KNPB dilaksanakan di beberapa wilayah, baik di dalam maupun luar Tanah Papua.
Di Jayapura, KNPB Pusat bersama KNPB wilayah Numbay dan Sentani merayakan HUT ke-16 KNPB dengan tema ‘Mengumpulkan amarah perlawanan rakyat’ di Kamwolker, Perumnas III, Waena, kota Jayapura, Papua, Selasa (19/11/2024).
Dalam momentum perayaan itu, pihaknya gelar mimbar rakyat melihat kembali perjuangan yang telah dijalani KNPB dan apa yang harus dilakukan ke depan dalam melihat dinamika yang ada.
Kesempatan itu dihadiri sejumlah pendiri KNPB dan aktivis di Tanah Papua. Diantaranya Victor Yeimo (Jubir internasional KNPB), Buchtar Tabuni (Ketua Parlemen Nasional West Papua), Hakim Pahabol (Nieuw Guinea Raad), Bazoka Logo (ULMWP Kongres Sentani), Marthen Manggaprow (West Papua National Authority), Ester Haluk (GARDA Papua), Manu Iyaba (GEMPAR Papua), Eneko Pahabol (Pemuda Gereja), Kamus Bayage (Mahasiswa Papua) dan Warpo Wetipo (Ketua I KNPB).
Victor Yeimo, juru bicara internasional KNPB, mengatakan, perlawanan KNPB selama 16 tahun adalah perlawanan tanpa kekerasan bersama rakyat pejuang hingga posisi KNPB pada hari ini.
“Generasi kita harus percaya bahwa revolusi membutuhkan kader-kader yang konsisten, berkomitmen dan konsekuen dalam kesadaran berorganisasi dan perjuangan. Generasi hari ini adalah generasi yang akan mampu menentukan arah perjuangan, karena besok sudah pasti setiap individu dan organisasi berjuang untuk mempertahankan dirinya sendiri,” ujar Yeimo.
Sementara, Buchtar Tabuni, ketua Parlemen Nasional West Papua mengkritik KNPB agar semua pejuang harus bersatu dalam satu agenda bersama, yang tujuannya untuk mewujudkan misi bersama.
“Yang buat persatuan rusak dan berantakan adalah kelompok NGO, gereja dan akademisi, termasuk DPR yang masuk dalam struktur strategis organisasi gerakan perlawanan,” tukas Buchtar.
Hakim Pahabol, dari Niuw Guinea Raad mengatakan, pejuang harus punya tahapan agenda perjuangan yang jelas untuk memulai dan mengakhiri. Di mana ada aksi, maka ada reaksi yang akan melahirkan perubahan.
“Di situlah kita menjadi subjek dalam status gugatan hukum. KNPB sudah layak memainkan peran sebagai media nasional, maka penting untuk dijaga sebagai aset bangsa. Pejuang bangsa Papua Barat hari ini harus sadar bahwa kita tidak bisa lagi sibuk untuk urus padamkan asap, tetapi kita harus mampu padamkan api dengan cara kita yang tepat,” ucapnya.
Bazoka Logo dari ULMWP Konggres Sentani menyatakan lebih tegas terkait perjuangan orang Papua.
Ia mengatakan, pejuang tidak boleh moderat, cengeng dan lainnya.
“Pejuang juga tidak dibenarkan bila setiap aspirasi politiknya diserahkan kepada DPR, MRP, bupati dan gubernur, karena itu sama saja kita memperbaiki wajah kolonialisme NKRI,” ujar Bazoka.
Marthen Manggaprow, sekretrasi West Papua National Authority mengapresiasi perlawanan yang dilakukan KNPB. Katanya, WPNA salut dan respect atas eksistensi dan juga militansinya yang ditunjukan KNPB hingga hari ini terus memediasi aspirasi politik rakyat Papua Barat.
“Kami juga tahu karena selalu bersama KNPB, dimana ada demonstrasi damai dan juga pelatihan-pelatihan bersama sebagai sesama pejuang yang melawan. Satu hal yang kami sarankan adalah KNPB terus membuka diri, menerima kritikan rakyat seperti ini, dan belajar dari kegagalan-kegagalan kita di masa lalu, [karena] kita pasti merdeka,” pungkasnya.
Ester Haluk dari GARDA Papua lebih mengkritisi kepada pejuang Papua merdeka yang tidak bersatu dalam perjuangan. Ia menegaskan, persatuan itu penting, maka ketika bersatu harus dipertahankan persatuan itu.
“Kenapa bubar dan bikin pemerintahan atau negara? Pemerintahan yang dibentuk dalam pemerintahan sementara atau transisi itu tidak akan membawa perubahan atau memerdekakan bangsa Papua Barat. Jadi berhenti baku tipu ramai di sini.”
“Kerja-kerja advokasi pelanggaran HAM, kerusakan lingkungan, pendataan pengungsi dan sebagainya tidak pernah dikerjakan. Tidak ada data yang masuk di meja Komisi HAM PBB. Jadi, jangan pejuang menghayal tinggi di ruang-ruang kosong tanpa kerja dan kampanye yang konkrit,” tutur Ester.
Manu Iyaba dari Gempar Papua mengatakan, pemimpin bangsa Papua Barat saat ini lebih memilih hidup nyaman dan berpikir serta bertindak elitis. Bila menjadi pemimpin, maka wajib datang ke basis-basis rakyat yang melawan.
“Pemimpin wajib mendidik rakyat supaya rakyat sadar, sebab faktanya hari ini rakyat Papua sedang sibuk dengan politik praktis kolonial.”
Eneko Pahabol, salah satu pemuda gereja dalam kesempatan itu menyatakan bahwa pihaknya wajib menjaga domba-domba atau umat dengan terus menyuarakan dengan suara kenabian.
“Oleh karena itu, dalam mimbar ini saya mengajak para pejuang yang terhormat sebagai anggota gereja, wajib beribadah kepada Tuhan. Tuhan Yesus sebagai guru revolusi bangsa terjajah dan melawan dengan iman yang kuat, maka tidak akan pernah membiarkannya begitu saja.”
“KNPB tetap menjaga diri dan kita juga mendoakan KNPB tetap sebagai media rakyat bangsa Papua Barat. Ini suara dari pemuda Gereja. Kita pasti merdeka bila Papua merdeka adalah iman sejati kita dalam perjuangan pembebasan nasional,” kata Eneko.
Warpo Wetipo, ketua I KNPB Pusat mengatakan, perlawanan tanpa ancaman oleh musuh adalah perlawanan manusia yang tanpak tidak normal. Tetapi KNPB lahir karena ancaman, tumbuh mekar dalam ancaman, mati sekalipun dalam ancaman, maka ancaman adalah milik KNPB.
Menurutnya, sejak KNPB ada, ancaman itu ada dan datang bertubi-tubi.
“Dalam konteks saat ini, otokritik kepada semua pejuang dan pemimpin yang datang memberi kritik, saran dan nasehat. Pada HUT KNPB ini kita sepakat melihat keadaan penindasan kita hari ini tidak baik-baik saja, kemudian jiwamu berontak, kegelisahan terus membara.”
“Maka apakah kau hanya tinggal duduk diam, tunduk dan merenung? Kantor rakyat ada di lorong-lorong, jalan raya, di sanalah kita berkantor. Bawa diri, memberi hati dan terima isi hati mereka bila kau pemimpin yang berjuang. Itulah people power,” tegasnya.
Kamus Bayage, salah satu mahasiswa yang hadir dalam momentum itu mengatakan, dalam konteks perjuangan bangsa, mahasiswa adalah rakyat, dimana mahasiswa adalah salah satu pilar penting dalam perlawanan bersama menuju pembebasan nasional.
Oleh sebab itu, Kamus Bayage menghadiri kegiatan tersebut mewakili mahasiswa sebagai rakyat pejuang.
“Dalam kesempatan ini, mahasiswa Papua apresiasi KNPB sebagai guru yang terus mendidik kecerdasan rakyat untuk melihat realitas penindasan yang lebih dekat. KNPB adalah media nasional terus dipertahankan, maka teruslah tetap bersatu.” []