Titus Pekei serahkan buku karyanya tentang Noken Papua untuk digunakan sebagai bahan muatan lokal (Mulok) di sekolah-sekolah. (Supplied for SP)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Menyambut hari ulang tahun (HUT) ke-12 Noken Unesco yang jatuh 4 Desember 2024, masyarakat diajak untuk kembali menghargai kearifan lokal sebagai cara menghadapi krisis lingkungan global dan keluhan akan krisis budaya.

Ajakan itu dikemukakan Titus Pekei, penggagas Noken ke UNESCO, dalam siaran persnya ke Suara Papua, Jumat (29/11/2024).

Kata Titus, sejumlah kegiatan bakal digelar untuk menyongsong HUT ke-12 Noken Papua. Selain penerbitan buku, perayaan akan diisi dengan diskusi dan kunjungan ke beberapa tempat pembuatan noken.

Hal tersebut menurutnya penting dilakukan untuk memperkokoh status Noken sebagai warisan budaya dunia. Sehingga, hari Noken Papua harus dirayakan sebagai satu momentum bersejarah sekaligus pengingat akan betapa besarnya nilai warisan budaya yang perlu terus dilestarikan dari generasi ke generasi.

“Dengan terus merayakan hari Noken Papua juga mengingatkan kita tetap selalu mencintai noken dan memberi tempat bagi kehidupan mama dan bapak pembuat noken di Tanah Papua. Dari tahun ke tahun kita lihat memang perhatian terhadap noken semakin menurun. Jangankan merayakan ulang tahun, event-event yang melibatkan penggiat noken juga tidak banyak dilakukan.”

ads
Baca Juga:  Pemkab Paniai Sukses Selenggarakan Festival Danau Paniai Pertama

“Seharusnya ini tidak terjadi kalau benar-benar menyadari pentingnya nilai noken, tidak saja sebagai pemajuan kebudayaan dan pelestarian kearifan lokal sebagai bagian dari perlindungan warisan budaya dunia, tetapi juga dampaknya dalam rangka pelestarian hutan, mencegah perubahan iklim dan pemanasan global,” tuturnya.

Menurut Titus Pekei, hari warisan budaya noken dunia merupakan momentum pemajuan kebudayaan yang berasaskan toleransi, keberagaman, kelokalan, lintas wilayah, keberlanjutan, kesederajatan, partisipatif, gotong-royong, dan kebebasan berekspresi.

Lanjut dijelaskan, pemajuan kebudayaan noken bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, memperkaya keberagaman budaya, memperteguh jati diri bangsa, memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan citra bangsa, meningkatkan kesejahteraan rakyat, melestarikan warisan budaya bangsa, dan mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia.

Kebudayaan sebagai haluan pembangunan nasional, diharapkan perayaan hari Noken berpedoman pada pokok pikiran kebudayaan daerah, baik kabupaten, kota maupun provinsi di Tanah Papua.

“Saat ini kita menghadapi krisis iklim global, dan kita sering mengeluh tentang krisis nilai budaya berhadapan dengan perubahan masyarakat, tetapi kita lupa untuk terus merayakan apa yang kita miliki dan sudah teruji dalam cara masyarakat menghadapi perubahan,” kata Titus.

Baca Juga:  Banyak Komunitas Noken di Tambrauw Butuh Perhatian Pemerintah

Oleh karenanya, masyarakat harus terus menggali nilai-nilai noken, karena dengan itu, masyarakat akan memiliki pegangan di tengah perubahan yang semakin cepat ini.

“Setiap kebudayaan tentu memiliki kearifannya sendiri. Masyarakat Papua juga demikian. Tanah bumi dan air yang ada di Papua telah dihidupi masyarakat Papua secara turun temurun. Karena itu, memperhatikan dan menghargai masyarakat dari kearifan lokal yang dipunyai, merupakan cara menghargai diri kita sendiri di mana pun kita berada,” ujarnya.

Pasca Noken disahkan sebagai warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak, diakui Titus, belum ada bukti perhatian serius pemerintah. Oleh karenanya, pemerintah bersama semua pihak bertanggungjawab untuk selamatkan tanah dan manusia noken di Tanah Papua.

“UNESCO sebagai organisasi PBB telah mengakui dan mengesahkan Noken sebagai warisan budaya dunia. Untuk itu, sudah saatny pemerintah Indonesia, pemerintah Papua dan pemerintah di dunia selamatkan tanah dan manusia noken di Tanah Papua.”

Baca Juga:  KNPB Ajak Masyarakat Adat Lestarikan Noken Sebagai Nilai Kepapuaan

Upaya pelestarian dan penyelamatan perlu dilakukan mengingat berbagai dampak terhadap ekologis Papua di tengah persaingan ekonomi global.

“Saatnya selamatkan ekosistem alam ekologis Papua tanpa ambisi ekonomi global untuk memusnahkan kehidupan di tanah ini, mama tanah Papua,” tegasnya.

Tanggal 4 Desember setiap tahun dirayakan sebagai hari Noken setelah disahkan UNESCO pada 4 Desember 2012. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan hari Noken sebagai rencana aksi perlindungan warisan budaya Noken dengan surat keputusan nomor 119234/WM/TU/2012 tanggal 8 November 2012.

Dilansir laman resmi UNESCO, Noken Papua tercatat dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda yang Membutuhkan Perlindungan Mendesak atau List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding, sejak 2012. Noken Papua ditetapkan sebagai warisan budaya UNESCO berdasarkan Keputusan Komite (7.COM 8.3).

Pengesahan Noken sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 4 Desember 2012 memiliki tujuan pelestarian, perlindungan, pengembangan, pembinaan, dan pemanfaatan menurut Konvensi 2003.

Noken merupakan warisan budaya Papua, hasil karya masyarakat tujuh wilayah adat Papua yang terdiri dari 250-an suku dengan 300-an bahasa suku. []

Artikel sebelumnyaUskup Mandagi Kembali Disorot Kaum Awam Karena Dianggap Korbankan Umat di Merauke
Artikel berikutnyaPetronela Krenak Berpotensi Menjadi Bupati Perempuan Pertama di Provinsi Papua Barat Daya