BeritaFreeport Raih Tamasya Award 2024 Atas Komitmen Terhadap Pendidikan Berkualitas di Papua

Freeport Raih Tamasya Award 2024 Atas Komitmen Terhadap Pendidikan Berkualitas di Papua

Editor :
Elisa Sekenyap

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—  PT Freeport Indonesia (PTFI) meraih dua penghargaan Tambang Menyejahterahkan Rakyat (Tamasya Award) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk Kategori Perencanaan Bidang Pendidikan dan Kategori Implementasi Bidang Pendidikan. Penghargaan ini diterima PTFI atas kinerja Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang baik dan berdampak positif bagi masyarakat. 

Penghargaan disampaikan dalam Malam Anugerah Tamasya Award yang berlangsung di Jakarta, Selasa (26/11/2024).

Penghargaan ini diberikan kepada badan usaha pertambangan mineral dan batubara (minerba) untuk terus mengupayakan agar minerba di Indonesia dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi masyarakat yang berada di sekitar wilayah pertambangan.

“PTFI berkomitmen dalam pembangunan di sektor pendidikan untuk masyarakat Papua, khususnya di Kabupaten Mimika. Di antaranya membangun fasilitas pendidikan Sekolah Asrama Taruna Papua, mendirikan Pusat Pelatihan Vokasi Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN), serta memberikan beasiswa dari tingkat sekolah dasar hingga program doktor,” kata Director & Executive Vice President Sustainable Development PTFI Claus Wamafma di Timika, Kamis (28/11/2024).

Baca Juga:  Polres Tambrauw Masih Mendalami Motif Kebakaran Kantor Distrik Bamusbama

Ia mengatakan pada tahun 2024, alokasi dana investasi sosial PTFI di bidang pendidikan mencapai Rp 400 miliar. Dana tersebut dikelola Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) sebagai wujud komitmen PTFI dalam mendukung pendidikan di Papua, khususnya di Kabupaten Mimika.

Claus menjelaskan Sekolah Asrama Taruna Papua didirikan oleh Freeport Indonesia sebagai fasilitas sekolah untuk anak-anak suku Amungme dan Kamoro serta 5 suku kekerabatan lainnya yang berada di sekitar area operasional PTFI. Sekolah ini memiliki kurikulum pendidikan berbasis teknologi dan lingkungan.

Baca Juga:  Masyarakat Adat Papua Selatan Serahkan Aspirasi Penolakan PSN Kepada Komisi II DPD RI

“Kami juga memberikan pelatihan-pelatihan secara gratis selama sembilan bulan kepada masyarakat Mimika di Institut Pertambangan Nemangkawi. Pelatihan yang diberikan berkaitan dengan industri pertambangan dengan fokus enam program yakni Mekanik Alat Berat, Operator Alat Berat, Juru Las, Juru Listrik, Pekerja Tambang Bawah Tanah, dan Mekanik Pabrik,” kata Claus.

Di akhir periode pendidikan, peserta didik mengikuti program magang kerja di PTFI. Pelatihan di IPN terbuka bagi masyarakat lokal Mimika berusia 18—30 tahun yang lolos tahapan seleksi. Program ini mulai berlangsung pada tahun 2003 dan hingga tahun 2024 telah meluluskan lebih dari 4.000 peserta pelatihan.

“Sebanyak 90 persen dari lulusan IPN telah bekerja di PTFI dan kontraktor kami, melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, serta ada pula yang bekerja di perusahaan pertambangan lainnya di Indonesia. Posisi mereka di perusahaan bahkan ada yang sudah menjadi supervisor. Tentu ini menjadi kebanggan bagi kami melihat anak-anak didik telah berhasil berkarya untuk negeri,” katanya.

Baca Juga:  KPU Akhirnya Batalkan Abdul Faris Umlati Sebagai Cagub Provinsi PBD

Tamasya Award adalah penghargaan keempat yang diterima Freeport Indonesia dari Kementerian ESDM di 2024. Sebelumnya, pada Oktober lalu PTFI  mendapat dua penghargaan Subroto Award.

Dua penghargaan Tamasya Award untuk kinerja Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dan dua penghargaan Subroto Award untuk kategori Keselamatan, Keteknikan, dan Perlindungan Lingkungan, serta Kinerja PPM Mineral Terinovatif.

“Kami bersyukur dan bangga, karena Tamasya Award ini melengkapi pengakuan terhadap seluruh aspek Environmental, Social, Governance (ESG) dan wujud komitmen Freeport dalam mewujudkan praktik pertambangan berkelanjutan,” kata Claus.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.