TPNPB Kodap XVI Yahukimo Bertanggungjawab Atas Penembakan di Dekai

0
192

SORONG, SUARAPAPUA.com — Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) komando daerah pertahanan (Kodap) XVI Yahukimo menyatakan bertanggungjawab atas penembakan pada Rabu (4/12/2024) di jalan kilo 2 Dekai, kabupaten Yahukimo, provinsi Papua Pegunungan.

Pernyataan ini disampaikan Sebby Sambom, jubir TPNPB, setelah mendapatkan laporan resmi dari Dejang Heluka, komando operasi TPNPB Batalion Yamue pada 5 Desember 2024.

Berdasarkan laporan yang terima, kata Sebby, dalam kontak tembak tersebut, TPNPB Kodap VXI berhasil menembak tiga orang yang dianggap sebagai intelijen militer Indonesia.

Baca Juga:  Yulianus Abugau Ditembak Mati TNI di Intan Jaya, TPNPB Desak Indonesia Umumkan Status Papua

“Kami bertanggungjawab atas penembakan yang mengakibatkan satu orang agen intelijen militer Indonesia meninggal dan dua orang mengalami luka-luka,” kata Sebby dalam siaran pers yang diterima Suara Papua, Kamis (5/12/2024).

Lanjut Sebby, TPNPB Kodap XVI telah menyampaikan kepada seluruh warga sipil baik orang asli Papua maupun non orang Papua untuk tidak melakukan aktivitas apapun di wilayah operasi TPNPB. Sebab jika warga sipil mengabaikannya, maka TPNPB akan menganggap sebagai mata-mata atau intelijen militer Indonesia.

ads
Baca Juga:  Diduga Peras Warga Sipil, Satu Anggota TRWP Ditembak di Anggruk, TPNPB: Segera Dihentikan!

“Kami telah mengumumkan kepada warga sipil untuk segera hentikan aktivitasnya di wilayah operasi TPNPB Kodap XVI Yahukimo dari pusat kota Dekai hingga seluruh pelosok. Sebab apabila kedapatan, kami anggap itu sebagai agen intelijen militer Indonesia, maka siap ditembak mati,” ujarnya.

Terkait dengan hal tersebut, manajemen markas pusat Komnas TPNPB menyerukan kepada semua pasukan di 36 Kodap se-Tanah Papua tetap siaga 1.

Baca Juga:  Warga Serambakon dan Oksop Pegunungan Bintang Mengungsi Pasca Operasi Penyisiran

“TPNPB di 36 Kodap untuk bersiaga di markas-markas dan sedang lakukan operasi, maka bagi siapa saja yang kedapatan berkeliaran itu adalah musuh entah warga sipil. Karena militer Indonesia juga telah menyamar sebagai warga sipil biasa dan bekerja sebagai pedang, tukang ojek, tukang bakso dan petani, maka kami tidak segan-segan bunuh warga sipil, karena itu adalah agen intelijen militer pemerintah Indonesia yang telah memasuki wilayah konflik bersenjata,” tegas Sebby. []

Artikel sebelumnyaKPU Dogiyai Akhiri Pleno Rekapitulasi Suara Tingkat Kabupaten, Ini Hasilnya
Artikel berikutnyaTitus Pekei Ajak Masyarakat Papua Tetap Cinta Noken