
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pendangkalan sejumlah sungai dan laut yang terus terjadi di pesisir Timika, kabupaten Mimika, Papua Tengah, tentunya perlu mendapat perhatian serius pemerintah dan pihak terkait lainnya agar tidak lagi mengganggu mobilisasi penumpang dan distribusi barang.
John NR Gobai, mantan anggota DPR Papua, menyampaikan gagasan inovatif untuk mengatasi kendala transportasi akibat air surut apalagi ada banyak pendangkalan, yakni perlu menghadirkan kapal bantalan udara atau kapal Hovercraft.
Dalam pertemuan dengan penjabat bupati Mimika, Valentinus Sudarjanto Sumito, dan kepala dinas Perhubungan kabupaten Mimika, Senin (2/12/2024) lalu, John menyampaikan pentingnya solusi transportasi yang mampu menjangkau wilayah-wilayah dengan kondisi perairan dangkal.
“Dua kali saya melakukan perjalanan di pesisir Mimika, kami sempat kandas karena air surut. Rasanya sulit diterima di era modern seperti sekarang, tidak ada sarana transportasi yang mampu melintas di daerah dangkal. Maka, saya pikir solusi terbaik adalah mendorong penggunaan kapal Hovercraft,” tuturnya.
Mantan ketua Poksus DPRP itu menjelaskan, aktivitas masyarakat di pesisir Mimika sangat bergantung pada pasang surut air. Dengan kondisi pendangkalan yang terjadi di pelabuhan-pelabuhan seperti Kokonao, serta di wilayah Mimika Timur Jauh, Jita, dan Agimuga, transportasi menjadi terhambat, mengganggu mobilisasi masyarakat dan distribusi barang.
“Masyarakat Mimika di pesisir Timika aktivitasnya sangat tergantung dengan pasang surutnya air. Kapal Hovercraft dapat menjadi jawaban atas kebutuhan ini. Teknologi ini memungkinkan kapal berjalan di daerah dengan air dangkal atau bahkan di permukaan lumpur, menjadikannya solusi ideal untuk wilayah pesisir Timika,” kata John.
Untuk itu, ia mengusulkan rute kapal Hovercraft yang dapat melayani masyarakat pesisir Mimika hingga kabupaten Asmat. Beberapa rute yang diusulkan antara lain Pomako – Otakwa – Fanamo – Jita – Agimuga – Nakai – Sawaerma – Omor – Agats, Agats – Pomako, Pomako – Atuka – Keakwa – Kokonao – Uta – Sukikai Selatan melalui sungai Umar – Potowaiburu.
John memprediksi trayek ini dirancang untuk memudahkan masyarakat mengakses pusat kota Timika maupun distrik-distrik di pesisir selatan Mimika. Selain itu, kapal hovercraft akan menjadi solusi strategis untuk mengatasi dampak pendangkalan yang disebabkan oleh tailing PT Freeport Indonesia.
Menurutnya, pendangkalan yang terjadi tidak hanya menghambat aktivitas transportasi, tetapi juga menimbulkan risiko keselamatan.
“Selama ini, masyarakat dari Mimika Timur Jauh, Jita, dan Agimuga mengeluhkan perjalanan mereka yang selalu terhalang oleh pendangkalan. Bahkan, hal ini telah memakan korban. Kapal Hovercraft diharapkan mampu mengatasi masalah ini,” ujar John.
Gobai juga mendorong PT Freeport Indonesia untuk turut berperan aktif dalam menginisiasi penggunaan kapal air-boat atau Hovercraft sebagai bentuk tanggung jawab terhadap dampak lingkungan dari operasional perusahaan tersebut.
Jika terealisasi, keberadaan kapal Hovercraft akan membawa manfaat besar bagi mobilisasi masyarakat dan distribusi barang di wilayah pesisir Mimika dan Asmat. Solusi ini diharapkan mampu meningkatkan aksesibilitas, mengurangi ketergantungan pada pasang surut air, serta mempercepat pembangunan ekonomi di wilayah tersebut.
“Kita perlu solusi nyata untuk membantu masyarakat yang selama ini terisolasi oleh kendala transportasi. Dengan kapal Hovercraft, saya optimis mobilisasi barang dan orang akan jauh lebih efisien, serta mendukung perkembangan wilayah pesisir Mimika dan sekitarnya,” tuturnya.
John berharap usulan ini mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah, pusat, serta perusahaan terkait, termasuk PT Freeport Indonesia.
“Dengan kerja sama yang baik, saya yakin kita bisa membawa perubahan besar bagi masyarakat Mimika dan Papua Tengah pada umumnya.” []