JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Berhasil menggagas inovasi belajar bagi peserta didik di sekolah, tiga guru dari Papua menjuarai kompetisi Artificial Intelligence (AI) se-ASEAN. Juara satu dalam Hackathon Regional AI TEACH disabet tim AI-ASIS dari Sorong, Papua Barat Daya.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan ASEAN Foundation pada awal November 2024 lalu, tim yang dipimpin Markus Dwiyanto Tobi Sogen mencatatkan prestasi gemilang dengan menciptakan aplikasi pembelajaran berbasis kecerdasan buatan (AI) generatif yang telah menunjukkan potensi besar dari wilayah Papua dalam transformasi pendidikan.
Proyek pembelajaran berbasis Artificial Intelligence generatif, sebuah kemampuan yang didapat melalui program AI TEACH dari Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) dengan dukungan Microsoft Indonesia.
Dikutip dari siaran pers yang diterima Suara Papua, Kamis (12/12/2024), AI-ASIS (Student Assistant) memanfaatkan penggunaan AI generatif dalam membuat aplikasi pembelajaran yang secara otomatis akan menjawab pertanyaan murid berdasarkan materi pembelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Markus Dwiyanto Tobi Sogen, guru sekaligus ketua tim AI-ASIS, menjelaskan, ide ini berasal dari keinginan untuk membantu murid belajar lebih mandiri, sekaligus memungkinkan guru untuk menjadi fasilitator, seperti prinsip kurikulum Merdeka.
Kata Tobi, tim AI-ASIS menghadirkan aplikasi tersebut yang telah diuji di tiga sekolah, termasuk di wilayah terpencil (3T) Papua, dengan hasil yang sangat positif.
“Kami ingin memastikan bahwa aplikasi ini tidak hanya membantu guru tetapi juga murid, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan akses dan disabilitas,” ujarnya dari gedung sekretariat ASEAN, Jakarta.
Lanjut Markus Dwiyanto, “Kami telah menguji aplikasi ini di tiga sekolah yang berbeda, termasuk yang berada di bagian paling terpencil di Indonesia (3T), dan melihat bagaimana aplikasi AI-ASIS membantu para guru dan murid. Kami berharap dapat memperluas penggunaan aplikasi, sehingga nanti bermanfaat bagi lebih banyak murid Indonesia, termasuk para murid dengan disabilitas.”
Keberhasilan tim ini menjadi bukti bahwa pendidik dari Papua memiliki kemampuan dan kreativitas luar biasa dalam memanfaatkan teknologi untuk memajukan pendidikan.
Prestasi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Papua Barat, mengingat tantangan geografis dan akses teknologi di wilayah tersebut.
“Kami berharap inovasi dari tim AI-ASIS ini dapat memperluas akses pendidikan berkualitas, khususnya di daerah-daerah terpencil,” kata Tobi.
Sementara itu, Dini Widiastuti, direktur eksekutif Plan International Indonesia, menyebut keberhasilan tim ini sebagai langkah penting dalam pengembangan pendidikan vokasi di Indonesia.
“Dengan teknologi AI, Papua menunjukkan bahwa wilayah ini mampu menjadi pelopor transformasi pendidikan di tingkat regional,” ujar Widiastuti.
Program AI TEACH, yang didukung Microsoft, bertujuan memberdayakan pendidik dan murid di wilayah ASEAN dengan teknologi AI generatif.
Supahrat Juramongkol, Philanthropies Lead Microsoft ASEAN, mengaku sangat bangga atas pencapaian tim AI-ASIS Sorong.
“Papua menunjukkan bahwa teknologi tidak mengenal batas wilayah. Dengan AI, kita dapat menciptakan masa depan pendidikan yang inklusif,” ujar Supahrat.
Penggunaan teknologi AI semakin berkembang di Indonesia. Menurut Microsoft dan LinkedIn Work Trend Index 2024, 92% pekerja berpengetahuan di Indonesia sudah memanfaatkan AI generatif, jauh di atas rata-rata global.
Kata Supahrat, Papua melalui tim AI-ASIS telah berhasil menunjukkan bahwa inovasi teknologi dapat lahir dari wilayah mana pun, termasuk daerah yang memiliki keterbatasan infrastruktur teknologi.
Setelah keberhasilan ini, tim AI-ASIS berencana memperluas implementasi aplikasi mereka ke lebih banyak sekolah di Papua dan wilayah lainnya di Indonesia. Inovasi ini diharapkan menjadi inspirasi untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif, relevan, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Hebatnya Pendidik
Dua kelompok pendidik dari Indonesia —tim AI-ASIS dari Sorong, Papua Barat Daya dan tim AI Miss You dari Probolinggo, Jawa Timur— berhasil meraih posisi juara 1 dan juara 3 dari ajang hackathon regional AI TEACH.
Kedua kelompok ini meraih kemenangan melalui penciptaan proyek pembelajaran berbasis kecerdasan buatan atau AI generatif.
Widiastuti menjelaskan, keikutsertaan kelompok Indonesia dalam ajang regional ini merupakan bukti dari kefasihan para guru dan murid dalam menggunakan alat AI generatif di bidang pendidikan vokasi.
“Plan Indonesia turut berbangga atas pencapaian ketiga kelompok AI TEACH di ajang regional ini. Kami berharap, perkembangan AI dapat membantu meningkatkan penyerapan tenaga kerja, sehingga pelajar dan pendidik vokasi dapat menikmati manfaat yang sama. Ini penting, mengingat lulusan vokasi, khususnya alumni Sekolah Menengah Kejuruan, masih menjadi penyumbang tingkat pengangguran terbuka tertinggi di Indonesia, yaitu sebesar 9,01% sesuai data BPS tahun 2024,” tuturnya.
Setelah kompetisi ini, ia berharap para guru dan murid dapat berbagi pengetahuan kepada lebih banyak pihak lagi.
AI TEACH merupakan program peningkatan kemampuan penggunaan AI generatif agar pendidik dan murid vokasi di wilayah ASEAN dapat meningkatkan pengalaman mereka. AI TEACH di Indonesia dilaksanakan oleh Plan Indonesia, di Malaysia oleh Biji-Biji Initiative, yang dipantau secara regional oleh ASEAN Foundation. Inisiatif ini didukung penuh oleh Microsoft, sebagai bentuk dukungan pemerataan kemampuan AI di wilayah Asia Tenggara.
“Mendukung pemberdayaan individu melalui kemampuan AI adalah inti dari misi Microsoft. Terutama, agar semua orang memiliki alat dan pengetahuan yang diperlukan untuk meraih kesuksesan di masa depan,” kata Supahrat.
“Dengan membekali para guru dengan kemampuan AI, kita mendukung mereka untuk menginspirasi dan membimbing generasi penerus dalam mengarungi lanskap teknologi yang kian kompleks ini. Kami sangat senang dan berbangga karena dapat melihat antusiasme para pengajar dalam mempelajari dan berinovasi dengan AI.”
Transformasi Pendidikan Melalui AI
Pemenang pertama hackathon regional AI TEACH, tim AI-ASIS, memanfaatkan penggunaan AI generatif dalam membuat aplikasi pembelajaran yang secara otomatis akan menjawab pertanyaan murid berdasarkan materi pembelajaran yang telah dipilih oleh guru mereka.
Biasanya teknologi AI menggunakan teknik prompting untuk membuat visual, teks, hingga audio secara instan berdasarkan repositori mesin yang ada.
Senada dengan Markus Dwiyanto, Suci Romadani, perwakilan dari tim AI Mis You (Artificial Intelligence to Improve Students’ Original and Unique Critical Reasoning) menjelaskan, timnya mengeksplorasi kemungkinan mengajarkan AI generatif kepada murid SMA, sambil tetap memastikan adanya bimbingan guru.
Tim AI Miss You dan para murid yang berpartisipasi menggunakan beberapa alat AI untuk meneliti, bereksperimen, dan akhirnya membuat minuman yang disebut ‘Teh dahaga’ dari daun mangga —yang dikenal sebagai buah khas Probolinggo.
“Kami membuat proyek AI Mis You agar murid tidak akan menerima saran AI mentah-mentah, tetapi agar mereka juga bisa menilai informasi yang ada dengan kritis. Tim kami percaya bahwa masa depan tidak dikendalikan oleh AI, tetapi oleh mereka yang menguasai AI,” kata Romadona.
Kompetisi hackathon regional ini dilakukan tepat waktu, terutama karena Microsoft dan LinkedIn Work Trend Index 2024 menunjukkan bahwa sebanyak 92% pekerja berpengetahuan di Indonesia yang biasanya bekerja di balik meja baik di kantor maupun di rumah sudah menggunakan AI generatif di tempat kerja mereka. Angka ini melampaui rata-rata global (75%) dan Asia Pasifik (83%). Sementara itu, Kearney memprediksi AI dapat berkontribusi dalam meningkatkan PDB Indonesia hingga 12% atau sekitar 366 miliar dollar AS pada tahun 2030.
Setelah ajang hackathon regional, program AI TEACH memasuki fase implementasi terakhirnya di Indonesia. Hingga November 2024, program ini telah menjangkau 2.500 orang pendidik dan murid dari berbagai wilayah di Indonesia.
Profil Tim Nasional
Kelompok 1 mengusung “Implementasi AI ASIS untuk meningkatkan asesmen dan pembelajaran dalam kurikulum Merdeka di SMK.
Guru utama/ketua kelompok: Markus Dwiyanto Tobi Sogen. Anggota: Irmayani Abdul Salam, Minche Sampelitak. Asal daerah: Sorong, Papua Barat Daya.
Tobi dan tim mengembangkan AI ASIS untuk menjawab pertanyaan murid secara otomatis. Penggunaannya tergolong mudah, karena aplikasi ini diintegrasikan ke dalam perangkat yang sudah ada, sehingga guru tidak perlu berganti-ganti aplikasi.
Meski murid terlibat lebih sebagai pengguna dan bukan pengembang, proyek ini dinilai sudah siap diterapkan lebih luas. Total durasi pengembangan aplikasi adalah selama 6 bulan, dengan ujicoba kepada 50 murid.
Kelompok 2 dengan “AI Miss You (Artificial Intelligence untuk meningkatkan bernalar kritis siswa yang original dan unik)”.
Guru utama/ketua kelompok: Fafan Adisumboro. Anggota: Suci Romadani, Sigit Hadi Waluyo. Asal daerah: Probolinggo, Jawa Timur.
Fafan dan tim membuat proyek AI Miss You untuk mengajarkan murid agar tidak langsung menerima informasi yang diperoleh lewat AI, melainkan mengolah dan memikirkan isinya terlebih dulu. Proses ini dinilai penting agar murid tetap kritis dan kreatif dalam memperoleh ilmu.
Tim AI Miss You berhasil menciptakan konsep proyek yang menarik dengan melibatkan murid secara aktif. Presentasi mereka juga jelas, mudah dipahami, serta sangat relevan bagi pembelajaran saat ini.
Kelompok 3 mengusung “Team-Based Learning (TBL) berbantuan AI”.
Guru utama/ketua kelompok: M. Elfin Noor. Anggota: Salwa, Puteri, Naylilia, Ajeng. Asal daerah: Jepara, Jawa Tengah.
Berangkat dari keresahan murid dan guru, Elfin Noor dan tim yang terdiri dari guru dan murid membuat TBL berbantuan AI untuk mempermudah proses belajar-mengajar di sekolah. Hal itu dilakukan dengan kolaborasi yang efektif antara guru dengan murid, mulai dari tahap ideasi hingga prototyping dan testing.
Proyek Elfin Noor dan tim ini menggunakan metode TBL yaitu jenis pembelajaran yang melibatkan sekelompok murid untuk membentuk tim belajar guna memperkuat hard skill dan soft skill setiap murid. Dengan menggabungkan metode TBL dan pemanfaatan AI, proyek ini bertujuan memudahkan guru dalam mengajar, serta membantu murid menemukan prestasi, gaya belajar, dan memberikan persaingan sehat untuk mencapai target belajar.
Pengelompokan ini memungkinkan pemberian materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing kelompok. Selain itu, fleksibilitas dan keserbagunaannya memungkinkan penggunaan TBL berbantuan AI di berbagai tingkat pendidikan dan mata pelajaran. []