SORONG, SUARAPAPUA.com — Mahasiswa dan keluarga korban dari Nduga, provinsi Papua Pegunungan, memasang lilin dan renungan di Jayapura, Papua, 19 Desember 2024, untuk mengenang lima tahun peristiwa Nduga berdarah.
Aksi pemasangan lilin dan renungan guna memperingati seluruh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Tanah Papua dan tidak pernah terselesaikan.
Dalam siaran pers, penangunggjawab kegiatan, Harnamin Gwijangge mengatakan, sama seperti tragedi Nduga berdarah, semua kasus yang terjadi di Tanah Papua seakan negara menyembunyikan kejahatan mereka terhadap orang asli Papua (OAP).
“Hal ini terbukti dari tiadanya upaya negara mengungkap satu kasus pun,” kata Harnamin Gwijangge dalam siaran persnya.
Gwijangge menyatakan, hingga kini kasus pelanggaran HAM di Tanah Papua, dan Nduga khususnya, belum pernah diungkap oleh pemerintah Indonesia.
“Selama 60 tahun Papua bersama dengan penjajah Indonesia, tragedi Nduga terjadi tetap dilupakan begitu saja dan saat bersamaan rentetan peristiwa pelanggaran HAM terus dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia,” lanjut Harnamin.
Sementara, Eben Tabuni, mahasiswa Nduga menyebutkan jumlah korban dalam tragedi Nduga berdarah sebanyak 105 orang.
“Dua diantaranya meninggal dalam sel Polresta Jayapura akibat penyiksaan, satu orang ditembak mati, dan 22 lainnya ditangkap dan disiksa,” ungkapnya.
Oleh karena itu, pihak korban masyarakat Nduga dan ikatan mahasiswa-mahasiswi Nduga di Jayapura, serta aktivis kemanusiaan, menuntut pemerintah Indonesia:
- Tuntaskan kasus penembakan perintis sopir jalan trans Nduga Papua atas nama Hendrik Lokbere.
- Kejadian ini terbukti bahwa tidak adanya upaya negara mengungkapkan satu kasus pun. Tidak adanya fakta dan bukti kepemilikan senjata api dari rakyat sipil mengindikasikan bahwa ini pelanggaran HAM berat dan sistematis.
- Keluarga korban meminta presiden Prabowo Subianto segera tarik militer dari Nduga, baik organic maupun nonorganik, karena keberadaan militer membuat masyarakat sipil tidak aman.
- Terjadi pelanggaran HAM berat atas penembakan warga sipil di Nduga, diantaranya Hendrik Lokbere, Elias Karunggu, Saru Karu Karunggu, dan lima korban warga sipil di Habema asal distrik Iniye, kabupaten Nduga, serta penyanderaan Mapenduma tahun 1969.
- Hentikan operasi militer di Tanah Papua.
- Indonesia segera hentikan eksploitasi sumber daya alam dan manusia Papua.
Dalam mengenang 5 tahun tragedi 19 Desember 2019 Nduga berdarah, mahasiswa dan keluarga korban juga memajang sejumlah foto korban pelanggaran HAM, Hendrik Lokbere. []