Pemerintah Indonesia Membunuh Masa Depan Anak-anak Papua Dengan Program Makan Siang Gratis

0
140

Oleh: Yefta Lengka*
*) Penulis adalah aktivis kemanusiaan asal Wamena, Papua Pegunungan

“Papua tidak butuh makan siang gratis. Papua butuh pendidikan gratis dan kesehatan gratis”.

Apa gunanya makan siang gratis, sementara banyak anak-anak Papua yang tidak bisa dibiayai pendidikan oleh orang tua dan keluargnya? Dan banyak orang Papua yang menderita serta meninggal dunia akibat tidak tersedianya SDM kesehatan dan fasilitas kesehatan serta biayanya yang begitu fantastis?.

A. Makan Siang Gratis Masalah bagi Orang Papua

Program makan siang gratis yang dibuat pemerintah Indonesia melalui presiden Prabowo Subianto dan wakil presiden Gibran Rakabuming Raka seharusnya tidak dengan Tanah Papua.

ads

Alasannya:

  1. Makanan yang diberikan adalah makanan yang menurut saya gizinya tidak cocok bagi ras Melanesia di Tanah Papua. Nasi, ayam kulkas/es, mie instan dan dan makan instan lainnya adalah makanan yang selalu merusak jaringan tubuh dan mempengaruhi pengembangan IQ anak-anak Papua.
  2. Pemberian makanan siang gratis didukung dan dilaksanakan oleh aparat keamanan negara beserta aparaturnya. Sementara anak-anak Papua trauma dengan keberadaan aparat keamanan di sekolah karena sejarah masa lalu.
  3. Orang Papua lebih cocok dengan makanan lokal seperti sagu, ubi jalar, singkong serta lauk-pauk hasil bumi lainnya yang penuh gizi. Dengan demikian, pemerintah Indonesia tidak bisa menyamakan orang Melanesia di Tanah Papua dengan orang Melayu di Jakarta dan sekitarnya dalam pemberian makan siang gratis.
Baca Juga:  Dari Aneka Obrolan Melahirkan Alternatif Aksi Perlawanan Bangsa Papua Perdana di Jakarta

B. Biaya Pendidikan Mahal di Papua, Tetapi Ada Makan Siang Gratis

Bukan main. Triliunan rupiah dikucurkan bagi pendidikan di Tanah Papua, tetapi kualitas pendidikan tidak pernah maju. Biaya semakin naik, tetapi guru makin tidak berkualitas, bahkan tidak aktif di sekolah.

Biaya pendidikan mahal, tetapi gurunya malas-malasan. Biaya pendidikan mahal, tetapi fasilitas pendidikan tidak memadai. Biaya pendidikan mahal, tetapi kualitas pendidik semakin menurun. Biaya pendidikan mahal, tetapi guru tidak memiliki jiwa melayani, sabar, rendah hati dan empati terhadap murid. Dan lain sebagainya. Sehingga lembaga pendidikan menjadi sarang penyamun yang rakus.

Biaya pendidikan di Papua mahal, namun murid tidak bisa berbahasa lokal. Murid tidak bisa diajar untuk bertani. Murid tidak bisa membuat Honai (rumah laki-laki di wilayah pegunungan), murid tidak memiliki budaya literasi, sopan santun dan hal-hal bernilai lainnya. Lantas, apa yang diajarkan dalam lembaga pendidikan di Tanah Papua?

Makan siang gratis di Tanah Papua seharusnya diganti dengan pendidikan gratis. Sebab, anak-anak sekolah di Papua sangat merindukan dan menantikan pendidikan gratis dan kualitas pendidikan yang baik sesuai cara dan gaya hidup suku mereka. Bukan makan siang gratis.

C. Makan Siang Gratis Masalah bagi Orang Papua

Masa depan anak-anak Papua akan dibunuh habis dengan makan siang gratis. Menurut saya, makan siang gratis akan mempengaruhi proses pendidikan anak-anak Papua.

Baca Juga:  Pulau Lumbung Kebudayaan Kini Didorong Terancam

Tentu anak-anak Papua secara kuantitas akan penuh di gedung-gedung sekolah. Mereka penuhi kursi-kursi kosong tersebut hanya untuk mendapatkan makan siang gratis. Sebab dalam pikiran mereka hanya ada makan siang gratis. Namun sayangnya, secara kualitas anak-anak tidak akan pernah belajar baik untuk masa depan Tanah Papua.

Saya berpendapat bahwa ini salah satu upaya pembunuhan pendidikan bagi anak-anak Papua dalam menggapai cita-cita. Dengan demikian, dapat saya katakan bahwa makan siang gratis adalah pembunuhan masa depan anak-anak Papua.

D. Kondisi Kesehatan Orang Papua Semakin Memburuk, Tetapi Ada Makan Siang Gratis

Saat ini banyak orang Papua yang sedang mengungsi. Mereka lapar, haus, dingin, panas dan sakit di pengungsian. Biaya pengobatan sangat tinggi. Hal itu terdiri dari biaya perjalanan ke rumah sakit, makan minum di rumah sakit, beli obat, pengurusan surat-surat, dan lain sebagainya. Apalagi di rumah sakit swasta, tentu saja biayanya dua kali lipat.

Mengapa pemerintah Indonesia tidak mengalihkan dana makan siang gratis untuk menjamin para pengungsi internal di Tanah Papua melalui NGO/LSM dan atau pekerjaan Hak Asasi Manusia? Entahlah.

Makan siang gratis memang tidak sehat bagi orang Papua dan tidak cocok, dengan demikian dapat menambah banyak komplikasi berbagai penyakit dan masalah yang amat serius. Hal ini dilihat dari segi kultur dan ras. Termasuk jenis makanan yang diberikan.

Baca Juga:  Smelter Freeport di Gresik, Tailing di Mimika

Pola makan dan jenis makanan dapat mempengaruhi perkembangan IQ anak-anak di Tanah Papua. Sehingga makanan bagi anak-anak Papua ras Melanesia tidak bisa disamakan dengan anak-anak ras Melayu di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan lain-lain.

Bagi saya, makan siang gratis di Tanah Papua hanya membuang-buang waktu, biaya dan tenaga. Lebih dari itu adalah menambah masalah. Dan ini pembunuhan bagi kesehatan secara fisik dan psikologis.

E. Siapa Diuntungkan dari Program Makan Siang Gratis di Tanah Papua?

Saya melihat di Tanah Papua, hutan sagu telah habis untuk kelapa sawit, pemberian dana kampung, BLT, beras miskin, dan lain sebagainya telah menciptakan budaya ketergantungan terhadap orang Papua.

Sejauh ini tidak ada orang Papua yang bekerja untuk menghasilkan pangan lokal dalam jumlah banyak dan konsisten mengekspor hasil ke luar.

Hampir semua orang Papua hidup bergantung sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia. Saya melihat ini sebagai pembunuhan massal bagi masa depan orang Papua.

Apalagi dengan kondisi sosial keamanan yang tidak stabil di Tanah Papua. Tentu aparat keamanan akan terlibat aktif dalam program makan siang gratis.

Tentu dengan kondisi orang Papua seperti ini, maka saya yakin yang diuntungkan adalah bukan orang Papua. Melainkan pihak lain yang ingin mengambil keuntungan dari program ini. Termasuk aparat keamanan yang mengamankan program tersebut. (*)

Wamena, 28 Januari 2025

Artikel sebelumnyaMakan Siang Gratis Dengan Minuman dan Makanan Kemasan Merusak Daya Tangkap Anak
Artikel berikutnyaDari Seminar Nasional KNPB di Makassar: Bangsa Papua Berhak Menentukan Nasib Masa Depan