Wawancara Eksklusif: TPNPB Konsisten Revolusi Total Menuju Perundingan

0
181

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Konflik Papua terus berlanjut sejak pencaplokan dengan berbagai trik politik hingga pertumpahan darah rakyat tak berdosa. Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) memilih jalan revolusi total menuntut hak kedaulatan negara yang dianeksasi Indonesia. Penyelesaian atas konflik politik harus terjadi melalui perundingan dibawah pengawasan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Tawaran Juha Christensen, aktivis perdamaian internasional asal Finlandia, kepada pemerintah Indonesia untuk memediasi adanya dialog antara pemerintah dengan pejuang kemerdekaan Papua atau TPNPB, termasuk para pendukungnya di dalam maupun luar negeri, ternyata sepihak karena Sebby Sambom, juru bicara TPNPB, mengaku tak tahu menahu dengan hal itu.

Sebby Sambom bahkan menyatakan sangat tak setuju ide sepihak itu. Kata Sebby, TPNPB tak pernah ada rencana usulkan juru runding atau mediator yang tak kredibel bahkan lebih cenderung memihak Indonesia dalam menangani penyelesaian status politik Papua.

Sama halnya nama Juha Christensen, kata Sebby, usulan lainnya pun belum tentu diterima TPNPB. Selama tak ada niat baik dan hanya sepihak, apapun usulannya tetap akan ditolak. Artinya, siapa dengan latar belakang jelas yang dianggap layak menjadi mediator atau fasilitator mesti disepakati, tak lagi sepihak memaksakan kehendaknya.

“Pemerintah kolonial dan semua pihak harus ketahui bahwa dalam perjuangan bangsa West Papua tidak ada istilah kompromi dengan duduk satu meja untuk berdialog. Tidak. Dialog bicara apa? Palingan mau berbasa-basi tentang konsep pembangunan, mau bilang harus lebih peduli untuk memperhatikan kesejahteraan, dan lain-lain. Itu omong kosong. Mau bicara soal makan minum itu stop. Bukan dialog, melainkan perundingan,” ujarnya melalui telepon seluler, Senin (27/1/2025).

ads

Tuntutan bangsa Papua menurut Sebby, harus ada perundingan dengan Indonesia.

“Bukan dialog, apalagi dialog damai. West Papua mau itu perundingan. Jangan kolonial kasih gula-gula politik yang ke sekian lagi sama West Papua. Hari ini West Papua tidak butuh kata-kata manis di mulut, tetapi pada saat bersamaan kolonial lanjut bunuh-bunuh kami sambil terus menerus kuras kekayaan alam dan segala-galanya. Kami tidak mau itu. Tuntutan TPNPB jelas, yaitu perundingan antara West Papua dan Indonesia. Perundingan harus difasilitasi oleh lembaga independen atau negara netral dibawah pengawasan PBB,” tegasnya.

Baca Juga:  Buku Diplomasi Pertahanan Maritim Hubungan Internasional Karya Dr. Peni Diluncurkan

Dalam wawancara eksklusif dengan Suara Papua (SP), Sebby Sambom (SS) atas nama manajemen markas pusat komando nasional TPNPB menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan.

SP: TPNPB setuju dengan tawaran dari Juha Christenten?

SS: West Papua tidak bisa dibawa ke jurang kehancuran. Negara Indonesia harus bersedia untuk lakukan perundingan dengan TPNPB. Oleh karena itu, kami tidak akan kompromi dengan usulan atau tawaran sepihak dari negara kolonial. Apalagi yang namanya Juha Chritensen, tidak kami terima. Dia sudah hancurkan Aceh, jangan Papua lagi.

SP: Juha Chritensen aktor penting dalam penyelesaian persoalan Aceh?

SS: Ya. Benar. Juha Chritensen itu kami sudah identifikasi sebagai salah satu tokoh pemrakarsa dalam perjanjian Helksinki untuk masalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dia terlibat langsung dalam perundingan Aceh dengan Indonesia di Helsinki, negara Finlandia.

SP: Apakah tidak setuju juga karena Juha Christensen sukses bebaskan pilot Mark Philip Mehrtens?

SS: Semua orang bisa saksikan rekaman video pada waktu dia tembus hutan Nduga, ketemu kelompok TPNPB dan keluarga Egianus Kogeya. Perlu diketahui, pada waktu pembebasan pilot Susi Air asal Selandia Baru itu kami sudah umumkan bahwa Juha Christensen terlibat dan masuk ke markas secara liar, bujuk-bujuk pasukan TPNPB maupun orang-orang Ndugama.

Juha Christensen sebelumnya memang terlibat dalam perundingan masalah Aceh. Kita kenal perjanjian Helsinki itu. Jadi, orang yang sama juga kemarin bujuk Egianus Kogeya dan keluarganya untuk serahkan pilot ke Indonesia. Itu bukan membantu TPNPB, tetapi semata-mata berjuang untuk kolonial. Dia terbukti orangnya Indonesia. Benar-benar pro-Indonesia. Tidak mungkin kami setuju, dan itu sudah kami publikasi dalam beberapa media, saya yakin semua wartawan mempunya referensi tentang hal ini.

SP: Ada satu dua orang sudah bilang terima tawaran Juha Christensen. Menurut TPNPB?

SS: Sikap TNPB jelas. Tidak mungkin mau terjebak dalam setingan kolonial. Kelompok lain itu jangan konyol. Jangan terima mentah-mentah tanpa perhitungan. Itu namanya konyol. Tidak boleh korbankan misi perjuangan kemerdekaan. Kalau TPNPB sebagai penjaga garis perjuangan pasti tidak sejalan dengan kelompok maupun individu yang sedang senang dengan munculnya si Juha. Kita tahulah siapa dia. Maka, saudara yang lain jangan terpancing dalam setingan kolonial. Saya ulang lagi, jangan terjebak dengan permainan dari negara kolonial yang kelihatan baik, tetapi muatannya sangat busuk. Dampaknya besar, jadi kami tetap tolak. Lebih baik orang lain, pihak lain saja. Jangan kita semua dapat isi dalam karung baik-baik.

Baca Juga:  Wartawan Demo Desak Ungkap Kasus Bom Molotov di Kantor Redaksi Jubi

SP: Kalau begitu, ada usulan kira-kira siapa yang lebih layak?

SS: Ya, banyak. Pada saatnya nanti kami umumkan.

SP: Berarti juru runding bukan Juha Christensen lagi?

SS: Ya. Kita selalu sampaikan bahwa perundingani itu akan terjadi jikalau dimediasi oleh pihak ketiga yang netral. Biasanya ada organisasi-organisasi yang diakui oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Dan, ada profesor-profesor yang diakui oleh PBB. Tidak seperti orang macam Juha Christensen. Dia kan jelas-jelas pro-Indonesia, membantu memuluskan langkah Indonesia. Juha Christensen jelas-jelas membantu Indonesia. Faktanya dalam persoalan Aceh, dia punya jasa besar.

Pada tahun 2018, kombatan Aceh [GAM] kunjungi kami [TPNPB] di sini. Kemudian, kombatan Aceh memediasi satu pertemuan di Bangkok. Banyak orang hadir. Dua minggu kami di sana. Seluruh biaya teman-teman Aceh yang tanggung. Artinya, kita sudah punya perjanjian kerja sama dengan Aceh. Kami bisa kerja sama supaya bagaimana Papua merdeka. Kombatan Aceh datang cari kami di sini dan sampaikan bahwa Aceh percaya bahwa Papua duluan merdeka barulah bantu Aceh.

Pada Agustus 2023, saya ke Bangkok lagi, ada pertemuan workshop. Dalam workshop itu juga saya mencari cela untuk bertemu dengan teman-teman Aceh. Kami sepakat bahwa Aceh dan Papua segera bergerak angkat senjata untuk sama-sama usir Indonesia.

Oleh karena itu, kami sudah bicarakan dan identifikasi bahwa Juha Christensen adalah aktor utama yang korbankan Aceh dengan perundingan penyelesaian masalah Aceh. Dan, teman-teman dari kombatan GAM mengaku sangat kecewa dengan perundingan itu. Mereka bilang sangat kecewa sama politikus Aceh yang ada di seluruh dunia, yang tinggal di Eropa.

Baca Juga:  Komunikasi Publik Lenis Kogoya Diminta Diperbaiki

SP: Ada usulan dari TPNPB menuju perundingan?

SS: Pengalaman dari kelompok pejuang Aceh itu pelajaran bagi West Papua. Seperti yang dialami Aceh itu Papua jangan terjadi hal begitu. Makanya, kami tegas dan tidak akan dengar, tidak akan percayakan kepada pejuang diaspora dan diplomat kita yang ada di luar negeri.

Kami tidak mau orang-orang lemah yang hanya akan korbankan perjuangan Papua. Kami tegas bahwa semua orang Papua harus ikut TPNPB, karena memang yang selama ini selalu kasih asap dan bikin api adalah TPNPB. Maka, ketika perundingan terjadi, TPNPB yang seleksi dan tentukan juru runding. Bukan oleh kelompok sipil manapun. Kami tidak mau orang-orang lemah yang jadi juru runding. Karena itu bisa merugikan kita punya misi besar, mimpi merdeka dari kolonial.

Jadi, dalam konteks ada tawaran dari Juha Christensen kepada Indonesia, itu TPNPB tetap tolak. Dari lalu kami juga sudah warning, umumkan DPO [daftar pencarian orang] dari TPNPB setelah pembebasan pilot di Ndugama. Dia datang akan ditembak mati. Referensinya bisa cari di media massa. Waktu itu kami sudah umumkan.

SP: Kira-kira sudah ada konsepnya versi TPNPB?

SS: TPNPB akan sampaikan tawaran menurut TPNPB. Yang pasti bukan Juha Christensen. Aceh sudah korban karena ulah dia dimanfaatkan oleh Indonesia, jadi West Papua jangan terjadi hal yang sama. TPNPB tidak mau masuk dalam jeratan kolonial.

Untuk perundingan TPNPB dengan Indonesia, pasti akan disampaikan siapa fasilitator, mediatornya. Yang jelas, perundingan itu akan lahir dan terjadi melalui revolusi total. Jadi, TPNPB tetap konsisten lanjutkan revolusi total. Dan, perundingan harus dilakukan dibawah pengawasan PBB.

Tetapi, maaf, sekarang ini belum bisa dibuka ke publik. Secara resmi TPNPB akan umumkan siapa saja fasilitator dan meditor menuju perundingan West Papua dengan Indonesia. []

Artikel sebelumnyaDari Seminar Nasional KNPB di Makassar: Bangsa Papua Berhak Menentukan Nasib Masa Depan
Artikel berikutnyaTiga Tindakan Melanggar Hukum HAM Internasional Menurut Natalius Pigai