JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Mantan Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama mengatakan bahwa rencana Sitiveni Rabuka untuk membuka rahasia kudeta di masa lalu adalah tindakan yang “buang-buang waktu”.
Rabuka telah mengumumkan bahwa ia akan mengungkapkan nama-nama mereka yang berada di balik dua kudeta rasis yang ia lakukan hampir empat dekade yang lalu kepada Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yang baru.
Bainimarama mengatakan kepada RNZ Pacific bahwa ia berpikir ide tersebut tidak ada gunanya, namun ia menolak untuk berkomentar lebih lanjut.
“Saya bisa katakan bahwa ini hanya membuang-buang waktu saja, terima kasih,” katanya sebelum menutup telepon.
Pada tahun 2006, Bainimarama adalah kepala militer Fiji dan mengambil alih kekuasaan dalam kudeta keempat di Fiji dalam 20 tahun terakhir.
Dia menggulingkan mendiang Perdana Menteri Laisenia Qarase dan mengambil alih jabatan tersebut pada tahun 2007.
Bainimarama menjanjikan kembalinya pemilu dan demokrasi pada tahun 2014 dan membentuk partai FijiFirst, yang memenangkan suara mayoritas dalam pemilihan umum tahun itu.
Bainimarama dipenjara pada bulan Mei tahun lalu, bersama dengan mantan kepala polisi Sitiveni Qiliho, karena menyelewengkan jalannya peradilan.
Dia dibebaskan dari penjara hanya enam bulan setelah menjalani hukuman satu tahun.
Pemerintah Fiji telah menunjuk lima komisioner untuk mulai bekerja dalam proses kebenaran dan rekonsiliasi, sebuah upaya untuk mendorong penutupan dan penyembuhan bagi para penyintas pergolakan.
Dalam sebuah wawancara dengan fijivillage.com, Rabuka mengatakan bahwa ia kemungkinan akan menjadi orang pertama yang akan muncul secara sukarela di hadapan komisi tersebut.
Ketika didesak mengapa ia membutuhkan komisi untuk mengungkapkan kebenaran tentang kudeta yang ia gagas, Rabuka mengatakan bahwa rakyat Fiji harus menunggu.
“Saya tidak akan memberikannya kepada Anda …. Saya ingin komisi mendapatkannya sebagai contoh dari apa yang orang-orang siap untuk datang kepada mereka dan membicarakannya,” katanya kepada fijivillage.com.
Ditanya tentang para pengkritik, yang merasa proses ini tidak perlu, mengingat adanya masalah-masalah mendesak lainnya di Fiji, Rabuka mengatakan “Semua itu bisa diselesaikan.”