Dari Aneka Obrolan Melahirkan Alternatif Aksi Perlawanan Bangsa Papua Perdana di Jakarta

0
8
Octovianus Mote, Pdt. Herman Saud dan Alm. Yosep Rumasep kala itu. (Dok. Octovianus Mote)
adv
loading...

Oleh: Octovianus Mote*
*) Adalah Wakil Presiden Eksekutif ULMWP.

Selamat jalan adik Tuan Yosef Rumaseb dengan damai.

Persabatan kita sejak tahun 1987, ketika itu adik sebagai mahasiswa UKSW  (Universitas Kristen Satja Wacana) datang dari Kota Salatiga menjumpai kaka di gedung Harian Kompas di Jakarta.

Aneka obrolan kita termasuk berbagai diskusi dalam menciptakan alternatif perjuangan kemerdekaan bangsa Papua. Semua ini akan saya share dalam tulisan di media sesudah share kisah yang sama dari Yones Douw yang juga dipanggil pulang oleh Allah Bapa di surga dalam waktu yang sangat berdekatan.

Kita belum lagi keluar dari duka cita yang mendalam dari Yones Douw, kini disusul duka baru atas kehilangan adik Yosef.

ads

Lalu dari kedekatan kami itu lahirlah demo pertama anak anak bangsa Papua di gedung DPR RI terkait masalah penyiksaan terhadap mama Yosepha Alomang di kontainer Freeport.

Pada waktu itu, mahasiswa Papua di tanah Jawa demo tiga hari berturut-turut merupakan kerjasama dua motor utama yakni adik Yosef dan adik Yafet Kabai.

Baca Juga:  Aktivis Layak Menduduki Jabatan Anggota DPR Jalur Pengangkatan Berdasarkan PP Nomor 106

Waktu itu, saya koordinasikan dengan adik-adik mahasiswa gunung dan pantai yang saya kenal. Lalu mereka dua bergerak ke kota-kota di Jawa Tengah dan Timur di Yogyakarta dan saya ke Bandung Jawa Barat.

Mereka bergerak masuk kota Jakarta. Berkumpul di Markas WALHI persiapan beberapa hari baru masuk melalui beberapa pintu dan aneka penyamaran baru buka baju keluarkan aneka materi dan gelar demo.

Berita demo langsung mendunia karena teman teman wartawan asing yang siap di sekitar gedung DPR RI langsung bisa wartakan.

Apalagi karena Jenderal Syamsudin yang menulis buku, “Bergolak di Perbatasan,” itu pidato bakar dengan mengutuk tentara yang melakukan kejahatan di tanah Papua.

Dia anggota DPR RI ketika itu. Pace orang Acheh, militer profesional dan berhasil bebaskan secara damai rombongan Maloali dan pater Alo Ombos OFM yang yang TPN OPM sandera di Keerom.

Yang menarik dari demo itu adalah mereka bukan saja teriak dari luar gedung dan pergi. Melainkan mereka masuk ketemu pimpinan DPR atas bantuan Herman Mote dan didukung anggota DPR RI lainnya seperi Henok Mackbon dan Simon Morin.

Baca Juga:  Makan Siang Gratis Dengan Minuman dan Makanan Kemasan Merusak Daya Tangkap Anak

Mereka bernegosiasi dan dari sana mereka lanjutkan demo di kantor pemerintah yang terkait dengan kasus ini.

Dalam rangkain itu salah satu tindakan berani yang dilakukan Sisilia Mote di wartakan berbagai media. Yakni mematahkan tongkat Komando milik Jendral TNI (Purn) Feisal Tanjung di depan umum.

Feisal Edno Tanjung sebagai Panglima TNI pada era 1993 hingga 1998.

Faisal yang merasa akrab dengan orang Papua, menghampiri para demonstran berdiri sambil tunjuk dengan tongkat komandonya bercerita akan keterlibatannya dalam memerangi orang Mee yang protes Pepera.

Sebuah manipulasi politik dimana Indonesia merubah hak penentuan nasib sendiri secara bebas menjadi penentuan pendapat rakyat. Pepera pun dimanipulasi karena bukan wakil rakyat yang bebas dipilih atau terpilih melainkan ditunjuk oleh pasukan operasi khusus di bawah pimpinan Ali Murtopo dan aparat militer serta sipil yang ultra nasional yang beragama Katolik dan Protestan.

Baca Juga:  Refleksi Hari Perempuan Internasional, Negara Belum Akui Peran Mama Noken Papua

Mereka hanya membacakan apa yang sudah dirumuskan, jadi tidak ada penentuan pendapat rakyat.

Sisilia menangkap tongkat komando yang diarahkan kepadanya saat menyebutkan Senen Mote dan Mapia Mote sebagai pemimpin pembrontakan yang dia patahkan.

Faisal melepaskan tongkat itu karena Sisilia menarik dengan tenaga dalam membuat Faisal hampir terpental.

Dia angkat tongkat itu dan patahkan dengan lututnya sambil berkata ini tongkat komando yang diberikan oleh negara bukan untuk membunuh melainkan melindungi rakyat.

Panglima yang pulang tanpa tongkat komando itu tidak tahu bahwa Sisilia adalah perempuan Mapia Mote tadi.

Sisilia membalas penghinaan Faisal terhadap perjuangan orangnya dengan mematahkan tongkat komando di depan gedung rakyat Indonesia.

Itulah cerita singkat dari awal mulai aksi demo mahasiswa Papua di Jakarta.

Oleh sebab itu saya dari USA menyampaikan selamat jalan adik Tuan Yosef Rumaseb. Tuhan menyambutmu di Surga.

Artikel sebelumnyaKontrakan Mahasiswa Lanny Jaya di Makassar Terendam Banjir, Butuh Perhatian Pemkab
Artikel berikutnyaTPNPB Rilis Ratusan Anggota Militer Telah Tiba di Kabupaten Puncak