
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Manajemen markas pusat Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menyatakan tidak menerima kehadiran pasukan militer Indonesia ke wilayah kabupaten Puncak, Papua Tengah, sejak beberapa hari lalu dengan menggunakan helikopter militer.
Sebby Sambom, juru bicara TPNPB, mengaku telah menerima laporan resmi dari pasukan TPNPB Kodap Sinak pada hari Kamis (13/2/2025) pagi, bahwa pasukan militer Indonesia telah didrop menggunakan helikopter militer berturut-turut selama tujuh hari (5 – 11 Februari 2025) memasuki 10 distrik di kabupaten Puncak dengan senjata dan peralatan tempur lainnya berupa senjata, bazoka dan granat.
“Pendropan pertama dilakukan sehari full sejak 5 Februari 2025 pukul 08.12 pagi di kampung Batini, distrik Magebume menggunakan 8 unit helikopter militer dan menurunkan 450 aparat militer yang didrop secara bertahap. Setelah 450 aparat militer tiba secara lengkap dan difasilitasi oleh senjata, bom dan logistik perang, aparat militer langsung membagi dua regu, satu regu beranggota 225 personil dan melakukan operasi mulai dari Bobila ke kampung Keangga dan regu lainnya sebanyak 225 personil militer menuju ke kampung Ngagama, distrik Pogoma, kabupaten Puncak.”
Lanjut diuraikan, “Setelah memasuki kampung Ngagama, aparat militer Indonesia langsung melakukan penembakan dan penangkapan secara brutal terhadap warga sipil. Warga yang ditangkap dituduh sebagai anggota TPNPB, maka disiksa dan masih ditahan oleh aparat militer, sehingga seluruh aktivitas warga lumpuh total, warga tidak berkebun dan beternak seperti biasa karena aparat militer sedang siaga bahkan dirikan kamp-kamp di perkebunan warga dan di hutan-hutan.”
Kata Sebby, pendropan pasukan militer Indonesia juga terjadi sejak 8 Februari 2025 dengan menggunakan 8 unit helikopter militer. Pertama, 4 helikopter dengan pasukan lengkap memasuki kampung Timopur, distrik Megebume dan mendirikan kamp-kamp militer.
“Sementara 4 helikopter militer beserta pasukan lengkap beserta senjata dan granat memasuki distrik Pogoma dan melakukan penyisiran. Saat penyisiran aparat militer langsung mengambil alih sebuah Gereja dan ruang rapat milik Gereja Kingmi serta menjadikannya sebagai pos militer dan gudang logistik hingga sekarang,” urainya.
Berdasarkan laporan lapangan, kata Sebby, aparat militer yang telah memasuki distrik Gigobak, distrik Yambi, distrik Sinak Barat, distrik Oneri dan distrik lainnya sudah menguasai hutan-hutan yang berdekatan dengan perkebunan warga dan mendirikan kamp-kamp militer.
“Atas operasi tersebut, masyarakat sipil yang ada di seluruh wilayah tersebut pun tidak beraktivitas dan mengungsi keluar dan tentetan tembakan terus dilakukan oleh aparat militer kamp-kamp yang mereka tempati.”
Terkait dengan hal tersebut, Sebby Sambom mengutip pernyataan pasukan TPNPB Kodap Sinak, bahwa “Kami tetap siaga dan tetap melakukan penyerangan terhadap militer Indonesia siang maupun malam dalam medan perang.”
Sebby menambahkan, warning juga disampaikan aparat militer Indonesia yang menjadikan Gereja dan sekolah sebagai pos militer.
“Aparat militer Indonesia yang sedang mendirikan pos militer di dalam Gereja-gereja dan sekolah-sekolah itu segera keluar. Kami TPNPB kasih waktu 1×24 jam. Jika tidak keluar, kami siap eksekusi anda. Ini sebagai peringatan agar militer Indonesia segera patuhi hukum humaniter selama perang masih terjadi di Tanah Papua,” tegasnya. []