
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Mahasiswa moni di kota studi Menado yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Moni Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah minta agar TNI dan Polri menghentikan kekerasan yang dilakukannya.
Pernyataan itu disampaikan mahasiswa Moni dalamdiskusi dengan tema “Hentikan Kekerasan Militer Terhadap Warga Sipil di Kabupaten Intan Jaya” yang digelar pada, Rabu (5/3/2025).
Diskusi itu digelar pihaknya menyikapi penembakan yang terjadi baru-baru ini terhadap tukang ojek atas nama Goliat Sani, salah satu warga sipil yang bekerja sebagai tukang ojek jenazah di Intan Jaya.
“Kami mahasiswa Intan Jaya tegas mendesak TNI dan Polri yang bertugas di Kabupaten Intan Jaya untuk dengan segera hentikan penculikan, penangkapan, penembakan dan pembunuhan sewenang-wenang, terhadap tukang ojek anak sekolah dan masyarakat sipil di Kabupaten Intan Jaya,” tegas Markus Nulini, pengurus Forum Komunikasi Mahasiswa Moni Intan Jaya dalam pernyataanya kepada suarapapua.com pada, Kamis (6/3/2025).
Serupa disampaikan Yanuarius Kadepa, yang mana ia mendesak Kementerian HAM dan Komnas HAM, melakukan investigasi terhadap kematian Goliat Sani.
Ia minta pelaku penembakan tukang okel Goliat Sani segera dipecat.
Kronologi kejadian penembakan terhadap Goliat Sani yang disampaikan mahasiswa Moni
Pada, Kamis 27 Februari 2025, sekitar pukul 03.15 WIT, terjadi baku tembak antara kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dengan TNI di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Intan Jaya. Saat kejadian masyarakat setempat sedang menjalankan aktivitas sehari-hari.
Pada pukul 03.20 WIT, Goliat Sani, bersama masyarakat lainnya sedang bermain sepak bola di halaman Gereja Katolik Mamba Intan Jaya. Suara tembakan yang semakin intens membuat masyarakat panik dan menyelamatkan diri ke tempat perlindungan terdekat.
Setelah sekitar satu jam, suara tembakan mereda, dan masyarakat mulai kembali ke rumah masing-masing.
Goliat Sani, yang juga berlindung bersama masyarakat lainnya memutuskan untuk kembali ke rumahnya melalui jalan kecil. Tanpa diketahui, di tengah perjalanan, pasukan TNI dari Yonif 509 telah bersiaga dengan senjata terarah.
Saat korban melintas, ia ditembak yang diduga oleh pasukan TNI dari Yonif 509 hingga meninggal di tempat kejadian.
Jenazah korban kemudian dibawa dari Kampung Mamba ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Yokatapa Sugapa, dengan pengawalan ketat menggunakan kendaraan militer. Keesokan harinya, Jumat (1/3/2025), sekitar pukul 10.30 WIT, jenazah korban diserahkan kepada pihak keluarga Sani di Kampung Mamba, Intan Jaya.
Korban merupakan anak dari almarhum Bernabas Sani dan Mama Rupina Maiseni. Goliat Sani lahir di Kampung Mamba, Intan Jaya, pada tahun 2003 dan berusia 21 tahun saat kejadian. Korban pernah menempuh pendidikan di SD Inpres Mamba, tetapi terpaksa putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Goliat Sani adalah warga sipil yang berdomisili di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Intan Jaya, dan tidak pernah terlibat dalam aktivitas kelompok bersenjata seperti OPM. Ia selalu tinggal bersama keluarganya dan menjalani kehidupan sebagai masyarakat sipil.