JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Kemampuan Lenis Kogoya, staf khusus Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia, berkomunikasi di publik yang baik dan efektif untuk tujuan damai dan cipta kondusivitas keamanan di Tanah Papua, disoroti Marinus Yaung, pengamat politik dari Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua.
Marinus Yaung bahkan menyatakan, komunikasi publik Lenis Kogoya sangat buruk dalam memikat hati rakyat untuk mendukung sekaligus menyukseskan setiap kebijakan pemerintah, termasuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah di Tanah Papua yang sempat ditolak para pelajar dalam beberapa aksi demonstrasi.
Karena itu, ia berharap presiden Prabowo Subianto ataupun Menteri Pertahanan Syaffrie Samsuddin harus ajari dulu kepada pembantunya cara berkomunikasi di publik.
“Orang seperti Lenis Kogoya belum bisa dijadikan vote gater presiden Prabowo Subianto untuk selesaikan konflik Papua, dan mengatasi resistensi para pelajar Papua terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) pemerintah,” demikian Marinus melalui catatannya.
“Komunikasi publik Lenis Kogoya itu buruk. Bahasa ancaman yang dia gunakan untuk mengancam KNPB dan Sebby Sambom jubir TPNPB OPM, itu akan semakin meningkatkan aksi-aksi perlawanan dan penolakan terhadap program strategis MBG di Papua,” lanjutnya.
Marinus mempertanyakan, “Kenapa orang seperti Lenis Kogoya yang diutus untuk mengatasi aksi-aksi penolakan terhadap program MBG di Papua? Kalau pun diutus, dibekali dulu dengan cara-cara berkomunikasi yang konstruktif untuk tujuan damai dan solutif.”
Untuk berkomunikasi dengan aktor-aktor konflik di Papua, seperti KNPB, TPNPB, ULMWP dan Sebby Sambom, kata Marinus, mestinya figur yang cukup cerdas otaknya, tidak harus gunakan bahasa-bahasa ancaman dan intimidasi.
“Memang mereka ini adalah aktor-aktor utama dibalik konsolidasi demo para pelajar Papua menolak program MBG di Papua. Karena mereka punya agenda politik Papua merdeka. Mereka percaya bahwa kalau program MBG pemerintahan presiden Prabowo Subianto sukses dilakukan, maka agenda politik Papua merdeka dengan sendirinya bisa hilang dari ruang publik nasional dan komunitas internasional,” urainya.
Oleh karena itu, Lenis Kogoya menurut Marinus Yaung, harus bisa berkomunikasi yang baik dan efektif dengan para aktor konflik Papua.
“Lenis Kogoya harus bisa bicara sebagai seorang kakak kepada adik-adiknya, dengan bahasa kasih dan kekeluargaan,” pintanya.
Hanya dengan bahasa kasih, persaudaraan dan kekeluargaan, lanjut Marinus, Jakarta bisa sukses merebut hati dan pikiran orang Papua. Dan program strategis MBG pemerintah bisa sukses dilaksanakan di Tanah Papua.
“Maka itu Lenis Kogoya harus paham dan mengerti konsep komunikasi publik seperti ini.” []