Oleh: Titus Pekei*
*) Penggagas Noken ke UNESCO, Peneliti dan Akademisi
Tulisan ini menggambarkan kekhawatiran yang mendalam tentang ancaman yang dihadapi Papua, yang dikenal sebagai pulau lumbung kebudayaan dan paru-paru dunia, akibat kebijakan pembangunan yang mengabaikan keberlanjutan ekologis dan sosial.
Sebagai bagian dari Indonesia sejak kumandangkan Trikora di Yogyakarta 19 Desember 1961, Tanah Papua memiliki sejarah yang penuh dengan dinamika politik dan perjuangan. Namun, hingga kini, masalah yang dihadapi wilayah ini masih belum mendapatkan penyelesaian yang memadai.
Salah satu elemen penting yang ditekankan dalam tulisan ini adalah bagaimana budaya dan alam Papua yang selama ini saling terkait terancam oleh proyek-proyek pembangunan yang lebih mementingkan aspek ekonomi jangka pendek daripada kesejahteraan jangka panjang masyarakat adat dan kelestarian lingkungan. Salah satu simbol budaya adalah noken, sebuah alat yang tidak hanya berfungsi untuk membawa barang, tetapi juga mengandung nilai budaya dan filosofi mendalam. Keberadaan noken dan berbagai warisan budaya lainnya kini terancam punah akibat dampak dari pembangunan yang tidak ramah lingkungan.
Papua memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa kini berada di bawah ancaman serius akibat deforestasi, perubahan iklim, serta eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali. Masyarakat Papua yang sangat bergantung pada alam dan hutan untuk kelangsungan hidup mereka kini menghadapi ancaman langsung terhadap ekosistem yang menopang kehidupan mereka.
Keberlangsungan budaya masyarakat Papua sangat terkait dengan kelestarian alam sekitar mereka. Tanpa adanya ekosistem yang mendukung, warisan budaya mereka pun akan terancam hilang.
Pembangunan yang tidak berkelanjutan menempatkan masyarakat Papua dalam dilema besar. Tanpa kebijakan yang memprioritaskan pelestarian lingkungan dan budaya, masyarakat Papua akan kehilangan hutan mereka, juga identitas budaya yang telah terjaga selama berabad-abad. Oleh karena itu, pembangunan yang berbasis pada prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan menjadi suatu keharusan agar generasi mendatang dapat mewarisi kekayaan budaya ini dan menjaga keseimbangan alam yang sangat vital bagi kehidupan mereka.
Dalam konteks kepemimpinan presiden Prabowo Subianto, kami perlu mengingatkan bahwa tanggung jawab untuk melestarikan budaya dan lingkungan Papua adalah tanggung jawab bersama seluruh bangsa Indonesia. Pembangunan di Tanah Papua seharusnya tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi harus menjaga kelestarian budaya, ekosistem, dan kesejahteraan masyarakat lokal.
Sebagai bangsa, kita harus memastikan bahwa Tanah Papua tetap menjadi lumbung kebudayaan yang memperkaya identitas bangsa, bukan sekadar menjadi sumber daya alam yang dieksploitasi tanpa memperhatikan dampaknya dalam jangka panjang.
Agar warisan budaya dan alam Papua tetap terjaga, kita harus segera mengambil tindakan bijaksana yang mendukung pembangunan yang berkelanjutan, menjaga keseimbangan antara kemajuan ekonomi dan pelestarian budaya serta alam. Dengan begitu, Papua dapat terus menjadi sumber inspirasi dan kekayaan budaya bagi Indonesia dan dunia. (*)