Sinode GKI Gelar Lokakarya Pendirian Yayasan Misi dan Diakonia

0
89
Lokakarya pendirian yayasan misi dan diakonia di aula P3W GKI Padangbulan, Abepura, kota Jayapura, Papua, 27 Maret 2025. (Elisa Sekenyap - Suara Papua)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Departemen Misi Penginjilan Pemuridan (DMP2) dan Departemen Pelayanan Kasih Keadilan (DPK2) Sinode GKI di Tanah Papua gelar Lokakarya Pendirian Yayasan Misi dan Pelayanan Kasih (Diakonia) GKI di Tanah Papua di aula P3W GKI Padangbulan pada, Kamis (27/3/2025).

Lokakarya itu dihadiri Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu, Wakil Ketua I, Pdt. Gustaf Wutoy, Kepala Sekretarista Kantor Sinode GKI, Pdt, Willem Rumbiak dan para peserta dari sejumlah klasis GKI, lembaga kesehatan GKI dan mitra.

Ketua Sinode GKI di Tanah Papua, Pdt. Andrikus Mofu dalam arahannya mengatakan, pemberitaan injil secara verbal yang dilakukan untuk menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah. Oleh karena itu GKI sejak awal hingga hari ini banyak memiliki lembaga dan yayasan.

“Sebelumnya kita sudah satukan yayasan pendidikan menjadi satu yaitu Yayasan Pendidikan Kristen (YPK) dari Yayasan Ottow Geissler dan Yayasan YPK. Sekarang struktur yayasan yang sekarang dilokakaryakan ini harus final. Mengapa ini kita kerjakan, karena kita punya beban dan tanggungjawab,” ujarnya.

Baca Juga:  Marinus Yaung Kaderkan Perempuan Mee Jadi Dosen di Prodi HI Uncen

Tetapi kata dia dengan semua persoalan yang ada, yayasan GKI harus diaktifkan kembali, perbaharui dan penguatan, selain yayasan YPK yang ada. Lalu penerjermahan pelayanan ke bawa melakukan melalui misi penginjilan, dan diakonia.

ads

“Jadi untuk penginjilan harus ada satu badan yang bekerja mengurusi semuanya untuk tugas penginjilan, karena pos-pos penginjilan GKI banyak,” ujarnya.

Wakil Ketua I Sinode GKI, Pdt. Gustaf Wutoy mengatakan lokakarya ini dilakukan untuk berpikir satu tingkat di atas dan maju satu tingkat budaya yang ada.

Baca Juga:  Pemkab Bersama Masyarakat Lanny Jaya Ibadah Syukuran Bupati dan Wakil Bupati

Sebagai gereja kata dia harus berkaca pada sejarah masa lalu. “Kita tidak akan bicara masa depan GKI tanpa sejarah Sending, tetapi kita tidak perna berbicara tentang sejarah kepemimpinan gereja itu sendiri, karena kita tidak memiliki sejarahnya,” ujar Pdt Wutoy dalam kegiatan lokakarya.

“Sementara, pembentukan sejarah yang hendak kita bentuk hari ini [lokakarya pembentukan yayasan], [berdasarkan] sejarah yayasan yang sebelumnya ada, mungkin namanya saja yang berbeda, terutama yayasan diakonia. Itu yang dimaksudkan dengan sejarah,” katanya.

Hal berikut katanya terkait istilah konteporer yang dimasukan di dalam Tata Gereja. Menurutnya itu adalah istila baru, sementara biasanya gereja menggunakan istila kontekstual.

“Oleh sebab itu saya berharap para pendeta dapat melihat makna konteporer dalam konteks lokakarya ini,” tukasnya.

“Gereja GKI di Tanah Papua sendiri besar, sehingga tidak bisa diurus oleh satu dua orang. Gereja ini jalan dengan apa yang disebut dengan departementalisasi yang kemudian hilang dalam sejarahnya. Gereja melaksanakan misi melalui departemen, tetapi dalam perjalanan yayasan memiliki peran penting dalam proses itu. Karena itu membutuhkan yayasan adalah bagian dari kaki tangan departremen itu.”

Baca Juga:  Tingkatkan Pelayanan, Pertamina PNR Papua-Maluku Gandeng Pemda Pastikan SPBU Sentani

Ia juga menyampaikan tentang kesempatan yang diberikan Badan Pekerja Sinode GKI di Tanah Papua pada masa periode ini.

“Pada periode ini [BPS] memberikan perhatian yang seluas-luasnya  kepada setiap departemen dan bidang, biro untuk mengembangakn potensi karunia semua yang ada pada dirinya. Supaya diujung pekerjaan di periode ini kita puas bahwa Tuhan percayakan kita bahwa kita telah menggunakan talenta dan karunia itu dengan baik.”

Artikel sebelumnyaDPR Papua Pegunungan Serap Aspirasi di Lanny Jaya
Artikel berikutnyaBupati Yigibalom: Masyarakat Fokus Kerja Kebun