Kepala Kampung Minta Pemkab Tambrauw Atasi Abrasi Sepanjang Pantai Mega

0
61

SORONG, SUARAPAPUA.com — Saat reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi (DPRP) Papua Barat Daya, kepala kampung Mega minta pemerintah daerah segera memperhatikan masalah abrasi pesisir pantai Mega di distrik Moraid, kabupaten Tambrauw.

Siti Hawa Sengaji, kepala kampung Mega, mengatakan, kondisi abrasi di pesisir pantai Mega sering mengkhawatirkan masyarakat karena ketika air laut pasang, air masuk hingga ke perumahan warga dan sekitarnya.

Karena itu, kepala kampung Mega berharap pemerintah kabupaten Tambrauw dan provinsi Papua Barat Daya harus memberi perhatian khusus untuk mencegah abrasi yang lebih luas karena sudah tidak ada pohon-pohon besar sebagai pelindung.

Baca Juga:  Diseminasi Hasil Penelitian: Dinamika Sosial dan Kerja Paksa di Tanah Papua

“Kami minta pemerintah provinsi dan kabupaten perhatikan abrasi di pesisir pantai Mega. Pohon besar sudah hilang semua. Kelapa-kelapa juga sudah terkikis sampai akar-akar kelihatan. Kalau air pasang berarti air masuk sampai di dapur. Jalan raya terendam. Kadang air masuk ke dalam 10 sampai 20 meter di pemukiman warga,” jelasnya kepada Suara Papua, Sabtu (29/3/2025).

Baca Juga:  HMPT Tegas Menolak UU TNI dan MBG di Tanah Papua
Salah satu rumah di tepi pantai yang berswadaya sendiri untuk membangun bendungan sederhana, namun ketika air pasang tetap masuk sampai di rumahnya, bahkan hingga di jalan utama dalam kampung Mega, distrik Moraid, kabupaten Tambrauw, Sabtu (29/3/2025). (Maria Baru – Suara Papua)

Kasus abrasi itu dibenarkan Yohana Warwe.

ads

Kata Yohana, ketika musim ombak dan air pasang di bulan Oktober, November, dan Desember, masyarakat biasa hadapi masalah karena ombak masuk sampai di dapur, terutama rumah-rumah yang ada di dekat pesisir pantai Mega. Air pasang juga masuk menenggelamkan jalan utama. Oleh sebab itu, mereka minta pemerintah daerah bangun tembok berdiri di bibir Pantai untuk membatasi gelombang ombak dan air pasang.

Baca Juga:  Reses DPR Provinsi, Masyarakat Mare Soroti Masalah KBM di SD YPPK Santo Mikael Suswa

“Oktober, November dan Desember itu musim angin. Ombak dan air pasang masuk tembus kampung. Kami minta dibantu buat tembok berdiri karena pohon-pohon besar juga sudah hilang, seperti kelapa dan ketapang. Kelapa yang masih ada juga ombak kikis terus sampai akar-akarnya kelihatan di permukaan,” tutur mama Yohana. []

Artikel sebelumnyaBerangus Kebebasan Pers dan Demokrasi, KKJ Tolak Perpol 3/2025
Artikel berikutnyaOperasi Brutal di Kampung Yuguru, Abaral Wandikbo Disiksa Hingga Tewas