JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Uskup keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru, OSA, mengkritik persoalan tambang nikel yang merusak lingkungan Raja Ampat, Papua Barat Daya. Kritik itu ia lontarkan saat menyampaikan khotbah hari minggu Pentakosta di gereja Katedral Tiga Raja, Timika, kabupaten Mimika, Papua Tengah, Minggu (8/6/2025).
Dalam khotbah yang disiarkan langsung multi media Katedral Timika itu, Uskup Bernardus menyatakan penyebab kerusakan lingkungan di Tanah Papua adalah ambisi para elit politik dan ekonomi.
“Saya kira 2.000 hektare di tanah Marind dibabat hanya untuk kepentingan oligarki dan ketamakan dan kerakusannya. Dan juga ini, Raja Ampat yang indah mulai hancur karena ketamakan dan kerakusan oligarki dan penguasa dengan slogan demi proyek strategis nasional atau PSN,” ujar Mgr. Bernardus di hadapan umatnya.
Uskup Timika tegaskan, kesewenang-wenangan pemerintah dan pengusaha telah mengambil kehidupan masyarakat asli Papua. Ia menyebut tindakan para oligarki tersebut dilandaskan oleh roh kejahatan yang telah menguasai manusia dengan kepentingan kapitalisme. Akibatnya, banyak manusia yang takut kehilangan kenikmatan duniawi termasuk kekayaan yang telah dimiliki.

Apabila hal itu dibiarkan berlarut-larut, Uskup Bernardus bilang itu bisa menghalangi Roh Kudus menggerakkan diri manusia untuk bertindak demi kehidupan bersama.
“Itulah roh dunia. Apakah kita mau ikut roh dunia seperti ini? Menghancurkan alam dan menghancurkan sesama?”
Dari mimbar Katedral Timika, Uskup menyerukan, seluruh umat Tuhan seharusnya mengikuti Roh Kristus yang merupakan pemersatu karena menghargai keutuhan dan keindahan alam.
“Bapak, ibu dan saudara sekalian, lihat yang berjuang untuk mempertahankan alamnya, hutannya dan budayanya, itulah mereka yang dikuasai Roh Kudus,” tegasnya.
Mgr. Bernardus berpesan, masyarakat harus meneladani sifat-sifat Roh Kudus agar berani untuk menyuarakan tentang hak-hak hidup mereka.
Ia mengimbau umat meninggalkan roh duniawi yang berpihak pada oligarki yang mengutamakan kepentingan segelintir orang saja. Sebab roh duniawi itu menyengsarakan kehidupan orang lain yang juga ciptaan Tuhan. []