
NABIRE, SUARAPAPUA.com — John NR Gobai, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi (DPRP) Papua Tengah, merasa perlu perhatian pemerintah disertai kesadaran dari dalam diri kaum muda. Dua hal penting dalam mewujudkan cita-cita membangun kampung dan memberdayakan masyarakat adat setempat.
“Perlu diberi perhatian terhadap gerakan pemuda pulang kampung sebagai satu hal penting agar anak-anak yang menganggur bisa pulang ke kampung untuk membangun kampungnya sendiri,” kata Gobai, Rabu (11/6/2025).
Sebelum diterjunkan, John menyarankan agar mereka harus diberikan materi-materi pembekalan oleh instansi pemerintah. Materi pembekalannya disesuaikan dengan potensi daerah supaya para pemuda dapat memahami potensi daerah.
“Tentu perlu ada materi yang lain juga, seperti tentang kewirausahaan, kesehatan, dan hukum.”
“Bisa diangkat pemuda pulang kampung sesuai jumlah kampung atau wilayah adat. Orangnya tinggal di kampung. Harapannya mereka juga akan melakukan program penguatan masyarakat adat,” ujarnya.
Terkait konteks ini, John menyebut satu anak muda yang amat layak dijadikan tokoh teladan adalah Agustinus Kadepa.
Kata John, belajar dari Agustinus Kadepa, generasi muda Papua sejatinya memiliki potensi luar biasa. Setiap potensi dalam diri anak muda, apalagi telah mengenyam pendidikan tinggi disertai pengalaman berorganisasi, tak akan berkekurangan dalam mengekspresikan impiannya di kampung halaman sendiri.
“Ada satu pengalaman menarik. Seorang Agus Kadepa. Salah satu pendiri Gerakan Papua Mengajar (GPM), yang selama sekian tahun fokus mengajar anak-anak kecil di kota Jayapura. Mencurahkan seluruh perhatiannya untuk pendidikan anak-anak Papua yang butuh perhatian lebih,” tuturnya.
Agustinus Kadepa menurut John, contoh pemuda pulang kampung. Pria sederhana itu kini sangat berjasa besar di kabupaten Paniai, terutama di kampung halamannya. Itu Agus lakukan setelah menuntaskan studi di kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura.
“Agus Kadepa sedang membuat kebun kopi bersama masyarakat di kampung halamannya di kabapaten Paniai. Dia memanfaatkan benar gerakan tanam kopi yang dicanangkan oleh bupati Paniai Meki Nawipa selama periode 2018-2023.”
Gobai menanggap Agustinus Kadepa adalah salah satu pemuda energik dan hebat.
“Dia seorang anak muda Katolik yang benar-benar mengamalkan Ajaran Sosial Gereja (ASG),” lanjut John.
Belajar dari kisahnya Agus Kadepa, John berharap hal sama diikuti para pemuda lainnya.
“Kini perlu digalakkan kembali gerakan seperti ini, agar potensi-potensi di kampung dapat berkembang.”
Bagi John, generasi muda harus pulang kampung membuat warga sendiri. Sebab tak mungkin orang lain datang bawa perubahan positif di kampungnya.
“Saat ini yang perlu dipikirkan adalah adanya pemuda pulang kampung ke wilayah adat. Artinya, kalau dia berasal dari wilayah adat A yang dia ditempatkan di kampung A, agar mereka bertanggungjawab atas lembaga pemberdayaan masyarakat di kampung halamannya agar ada pengembangan masyarakat,” tutur Gobai.
Dengan itu, ia yakin dana atau program pemberdayaan yang mengalir dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dapat dikelola maksimal.
“Setidaknya melalui lembaga pemberdayaan masyarakat kampung atau wilayah adat atau komunitas basis, warna tersendiri akan terlihat di kampungnya. Ya, jelas, tidak bisa harapkan siapapun, kalau bukan generasi muda itu sendiri tidak pulang kampung,” tandasnya.
Gerakan pemuda pulang kampung di lain sisi diyakini sebagai sebuah upaya solusi mengatasi kian membengkaknya angka pengangguran. Bukan isu belaka, kondisi pengangguran dan keterbatasan lapangan kerja di seantero Papua, apalagi wilayah pedalaman dan pegunungan, adalah sebuah fakta yang tak terbantahkan. Ini satu tantangan tersendiri yang benar-benar cukup serius. Tentu ini tak sekadar tanggung jawab pemerintah semata, tetapi seluruh komponen masyarakat.
Mendorong terwujudnya gerakan pemuda pulang kampung, bagi John, salah satu solusi konkrit dan pilihan terbaik di masa kini. Anak-anak muda Papua yang telah menyelesaikan kuliah termotivasi untuk kembali dan membangun kampung halamannya diyakini sebagai jawaban jitu.
John menyebut ini boleh jadi solusi konkret menjembatani antara harapan dan kenyataan di zaman penuh persaingan dewasa ini, apalagi kian gencarnya penguasaan korporasi hingga ke dusun-dusun. []