SORONG, SUARAPAPUA.com — Seratus tahun Injil mendarat di wilayah Inanwatan, Metemani, Kais, Kokoda (Imeko) tepatnya di tanah Iwaro, kampung Puragi dan Tawanggire, dirayakan masyarakat dengan sebuah perayaan iman yang penuh syukur dan refleksi mendalam, Minggu (25/5/2025).
Perayaan ditandai peresmian Tugu Pendaratan Injil dan ibadah Minggu raya digelar secara meriah, dihadiri berbagai tokoh gereja, pemerintah daerah, dan warga masyarakat Imeko.
Dalam momentum tersebut, gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu, menegaskan, kehadiran Injil telah membawa perubahan besar di Tanah Papua, bukan hanya dalam aspek spiritual, tetapi juga sosial dan budaya.
“Kalau bukan karena Injil, mungkin kita yang dari pantai dan gunung tidak bisa duduk bersama hari ini. Injil menyatukan kita,” ucap Elisa Kambu, dalam pidato yang disambut dengan tepuk tangan.
Gubernur juga menyoroti kesetaraan gender sebagai buah nyata dari pewartaan Injil.
“Hari ini kita punya bupati perempuan. Dulu, perempuan disuruh diam di belakang. Tetapi Injil mengangkat harkat perempuan, sama seperti laki-laki,” kata gubernur.
Dalam pidato juga menegaskan peradaban modern di Papua, termasuk pendidikan dan kesehatan, dimulai dari gereja. Baru kemudian pemerintah hadir melanjutkan peran tersebut.
“Papua baru kenal pemerintah Indonesia tahun 1963. Tetapi gereja sudah lebih dulu bawa sekolah dan pelayanan kesehatan. Firman Tuhan adalah dasar dari semua peradaban di tanah ini,” ujar Elisa Kambu.
Dalam arahannya kepada pemerintah daerah kabupaten Sorong Selatan, gubernur menekankan pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM). Ia mencontohkan daerah-daerah pegunungan seperti Maybrat yang maju karena masyarakatnya terlibat aktif membangun kampung secara gotong-royong.
“Jangan takut. Dunia belum kiamat. Ini waktu untuk bangkit. Tuhan masih sayang Imeko,” ujarnya.
Kesehatan dan pendidikan disebut sebagai fondasi masa depan Papua. Ia mengimbau orang tua untuk memperhatikan gizi anak-anak, memprioritaskan pendidikan, dan menjaga rumah tangga dari kekerasan dan penyakit menular.
“Anak tidak akan sekolah baik kalau tidak sehat. Sehat itu harus diusahakan, dimulai dari makanan bergizi, rumah bersih, dan pola hidup sehat,” urainya.
Gubernur menyampaikan, mulai tahun depan, pemerintah daerah akan memastikan makanan bergizi gratis untuk seluruh anak sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui di Imeko.
Sebagai langkah konkrit, akan dibentuk dapur gizi yang bahan makanannya dibeli dari koperasi merah putih, koperasi nasional yang dicanangkan pemerintah pusat untuk menampung hasil laut dan pertanian masyarakat.
“Dengan ini, masyarakat bisa menjual hasilnya, koperasi membeli, dapur belanja dari koperasi. Anak makan gratis, orang tua dapat uang. Ekonomi berputar di kampung kita sendiri.”
Dalam pidato juga menyentuh soal investasi di bidang sawit dan sagu. Tetapi gubernur menyatakan investasi yang masuk harus membawa manfaat nyata untuk masyarakat dan tetap menjaga lingkungan.
“Kita siap buka ruang investasi, namun harus jelas dampaknya bagi rakyat. Anak-anak di sekitar pabrik harus bisa bekerja, naik kelas dari buruh sampai manajer. Sawit jangan hanya kirim ke luar, minyaknya, olahannya, harus di sini,” tambahnya.
Elisa Kambu juga menyebut rencana pembangunan pelabuhan barang di Imeko yang akan memperpendek rantai distribusi dari Makassar dan Surabaya, sehingga harga barang di wilayah pedalaman bisa turun signifikan.
Menutup pidatonya, gubernur mengajak masyarakat untuk tetap tinggal dalam kasih Kristus, tak tergoda kembali ke praktik lama seperti dukun dan kepercayaan animisme.
“Kita boleh ada di mana-mana, tapi jangan ke mana-mana. Tinggal di sini, bersama Yesus. Jangan ke pohon. Jangan ke mata air. Jangan ke dukun. Tinggal bersama Yesus, semua akan diselesaikan.”
Peringatan 100 tahun Injil di Imeko bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi panggilan untuk menata masa depan. Dengan iman, kerja keras, dan kebersamaan, Imeko diyakini siap melangkah menuju masa depan yang lebih sejahtera dan berdaya. []