JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Manajemen Markas Pusat KOMNAS TPNPB Organisasi Papua Merdeka (OPM) umumkan duka nasional atas gugurnya patriot bangsa Papua, Mayor Marthen Aikingging, Komandan TPNPB Kodap IV Sorong Raya dari Batalion Moskona.
Pengumuman yang disampaikan Komnas TPNPB-OPM berdasarkan laporan resmi dari TPNPB Batalion Moskona, Kodap IV Sorong Raya.
Sebby Sambom, Jubir TPNPB Organisasi Papua Merdeka dari Markas Pusat Komnas TPNPB mengatakan, Mayor Marthen Aikingging ditembak dalam kontak tembak antara militer Indonesia dan TPNPB.
Namun kata Sambom, dalam penembakan itu, Mayor Marthen tidak langsung meninggal dunia. Ketika itu Mayor Marthen sekarat ketika mengenai tembakan aparat militer Indonesia. Setela itu aparat menahan Marthen dan melakukan penganiayaan hingga tidak sadarkan diri.
“Pasukan TPNPB Kodap IV Sorong Raya mengatakan bahwa saat terjadi baku tembak antara militer Indonesia dengan TPNPB di bawa pimpinan Mayor Marthen Aikingging, di saat itu komandan kami ditembak, tetapi tidak meninggal. Dia masih dalam keadaan sadar.”
“Setelah itu ia ditangkap dan dibawa aparat militer Indonesia ke rawa-rawa di bawa pohon sagu lalu dipukul, ditikam dan disiksa hingga tak berdaya. Selanjutnya aparat militer menggunakan sebuah terpal membungkusnya hidup-hidup dan dibuang dalam rawa-rawa hingga meninggal dunia sejak 18 Desember 2024,” jelas Sambom sebagaimana laporan TPNPB Batalion Moskona.
Setelah itu kata Sambom, pada 21 Desember 2024 pihak aparat mengangkat jazad Mayor Marthen dari rawa ke Rumah Sakit di kota Bintuni.
“Sejak di buang di rawa-rawa pada 18, dan pada 21 Desember 2024, aparat militer Indonesia mengangkat jazadnya yang sudah dalam keadaan hancur dan dibawa ke Kota Bintuni lalu diserahkan kepada pihak rumah sakit.”
“Setelah di rumah sakit, jazad Mayor Marthen Aikingging dijaga ketat aparat militer dan melarang pihak keluarga untuk melihat jazadnya. Kemungkinan karena seluruh tubuhnya telah hancur terkena air rawa selama 3 hari. Lalu jazadnya dibawa ke keluarga oleh aparat dan dimakamkan dalam penjagaan ketat.”
Dalam laporan lebih lanjut kata Sambom, pasukan TPNPB dari Batalion Moskona mengaku banyak aparat didatangkan dari Kota Bintuni melalui jalur laut, udara dan darat, sejak tanggal 18-21 Desember 2024.
Selain itu kata dia pihaknya melaporkan bahwa aparat militer Indonesia melakukan penyisiran melalui udara menggunakan helikopter yang mana telah menjatuhkan 2 bom (belum diketahui 2 jenis bom) ke daerah markas Batalion Moskona yang mengakibatkan warga sipil setempat melarikan diri ke hutan.
Sejak penyisiran kata Sambom, aparat militer Indonesia telah mendirikan dua Kamp, diantaranya di muara Kali Cempedak dan muara Kali Meyah. Tujuannya mencari Kasat Reserse Polres Bintuni yang dikabarkan tenggelaman di salah satu kali di wilayah tersebut.
“Hingga Minggu 22 Desember sore, aparat militer Indonesia terus memperluas penyisiran di wilayah Distrik Moskona, Kabupaten Bintuni yang mengakibatkan banyak warga sipil melarikan diri ke hutan.”
Sementara, pihak TPNPB Kodap IV Sorong Raya sendiri menyatakan bahwa pihaknya tetap berlanjut untuk melawan tanpa mundur.