JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Tanggal 18 April setiap tahun diperingati sebagai International Day of Monuments and Sites atau Hari Warisan Dunia. Pemerhati budaya Papua Titus Pekei selain menyampaikan ucapan selamat, juga memberi catatan penting terkait peringatan hari warisan dunia.
Dalam keterangan tertulisnya kepada Suara Papua, Jumat (18/4/2025), Titus Pekei pengagas Noken Papua yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia tak benda itu, mengatakan, arti penting warisan dunia belum membumi di masyarakat Indonesia, sehingga perlu perhatian serius pihak terkait untuk mensosialisasikan makna penting perayaan ini.
“Peringatan hari warisan dunia ini digagas oleh ICOMOS dan UNESCO untuk menjaring atensi komunitas global akan pentingnya menjaga kelestarian situs warisan dunia yang tersebar di berbagai penjuru wilayah,” kata Titus.
Tema hari monumen dan situs internasional untuk tahun 2025 yang ditetapkan ICOMOS adalah “Disaster and conflict resilient heritage”, menurut Titus, mengingatkan setiap orang akan pentingnya melindungi warisan yang ada dari ancaman bencana alam maupun konflik sosial.
Titus Pekei berpendapat, Kementerian Kebudayaan yang dibentuk pemerintahan Prabowo – Gibran merupakan bukti perhatian khusus pemerintah terhadap budaya dan warisan dunia.
“Itu memang perlu diapresiasi, tetapi sekaligus membawa tanggung jawab sendiri untuk memperhatikan perkembangan warisan dunia yang ada di Indonesia. Tidak sekadar ada kementerian, tidak juga hanya sekadar seremonial, tetapi pemerintah harus lebih aktif memajukan kebudayaan yang terus dimaknai oleh masyarakat dengan program yang lebih konkrit dan langsung menyentuh masyarakat,” tuturnya.
Menyinggung soal Noken sebagai warisan budaya tak benda, Titus mengatakan, hingga kini belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat maupun daerah di Tanah Papua untuk memberi perlindungan dan pemberdayaan bagi perkembagan noken sebagai warisan dunia.
Kendati ada sejumlah program yang digagas pemerintah terkait noken, tetapi menurut Titus, tidak menyeluruh dan diragukan keberlanjutannya.
“Mama dan bapak Noken memang terus berkarya menghasilkan noken, karena itu hal yang sudah diwariskan kepada mereka, tetapi itu tidak berarti pemerintah membiarkan tumbuh kembang sendiri. Perlu ada perhatian serius,” tegas Pekei.
Kandidat doktor itu mendesak perhatian pemerintah harus pada perhatian terhadap ekosistem noken, karena di sana terdapat saling keterkaitan satu sama lain dalam menciptakan suatu keserasian budaya yang berkelanjutan.
Sebagaimana tema perayaan tahun ini, kata Titus, kita kembali disadarkan bahwa warisan budaya berhubungan dengan upaya mitigasi bencana dan penyelesaian konflik dalam masyarakat.
Ia mencontohkan, perhatian pada noken, adalah perhatian pada bahan baku noken yang berhubungan dengan hutan di Papua yang sejak dahulu dijaga baik masyarakat Papua, termasuk upaya mitigasi bencana.
Selain itu, perhatian juga pada mama dan bapak pembuat noken, bagaimana mereka tidak tersingkir dari usaha-usaha dari pasar modern dan bagaimana warisan budaya tetap menjadi warisan budaya dari hasil cipta, karsa dan karya masyarakat.
“Perhatian lain pada upaya pewarisan dan penggunaan noken, yang perlu adalah pendidikan muatan lokal di sekolah. Tanpa semua itu, kita hanya berbicara tentang sesuatu di masa lampau, yang berarti kita kehilangan masa depan,” ujarnya.
Sembari terus berharap ada perbaikan berarti terhadap semua warisan dunia, Titus Pekei menyampaikan ucapan selamat hari warisan dunia.
Sebagai bagian dari komunitas global, ia mengajak semua pihak ambil langkah nyata untuk melindungi warisan dunia dari berbagai ancaman langsung ataupun tidak langsung.
“Dengan kolaborasi dan komitmen bersama, kita bisa menjaga warisan ini tetap hidup dan relevan untuk generasi mendatang. Selamat hari warisan dunia. Kita jangan terjebak pada seremonial saja, tetapi terus berupaya agar setiap warisan yang diakui dunia, memberi spirit dan pengetahuan untuk menghadapi masa depan,” tandasnya. []