JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Mgr. Dr. Bernardus Bofitwos Baru, uskup terpilih keuskupan Timika, dalam khotbah pada perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik Paroki Katedral Tiga Raja Timika, Papua Tengah, Jumat (18/4/2025) sore, menyoroti krisis kemanusiaan di Tanah Papua selama 60 tahun.
Uskup terpilih yang akan ditahbiskan Nunsius Apostolik (Duta Besar Takhta Suci Vatikan) untuk Indonesia dan ASEAN, Mgr. Piero Pioppo pada 13-15 Mei 2025 di Katedral Timika itu mengungkapkan, banyak krisis terjadi di Tanah Papua, seperti krisis kemanusiaan dan ketidakadilan. Juga konflik bersenjata selama 60 tahun akibat kepentingan investasi dan eksploitasi sumber daya alam (SDA) di Tanah Papua.
“Banyak pihak berkolaborasi melanggengkan kejahatan, sehingga masyarakat adat yang punya tanah adat menjadi korban,” ujar Uskup Timika dalam homilinya, sebagaimana disiarkan Multimedia Tiga Raja Timika.
Selain itu, lanjut Uskup Bernardus, banyak warga masyarakat adat di Papua kehilangan nyawa. Selain itu, hutan diambil dengan alasan pembangunan. Bahkan, akhir-akhir ini, dengan kehadiran Program Strategis Nasional (PSN) di Merauke, dua juta hektare tanah masyarakat adat dicaplok demi alasan pembangunan.
“Dalam sekejap masyarakat kehilangan hak hidup, ruang hidup, budaya, bahkan kehilangan way of life (jalan hidup) dan spiritual hidup mereka,” kata Mgr. Bernardus.
Tak hanya itu, kata Uskup Timika, ribuan spesies dalam sekejap terancam punah.
Oleh karenanya, ia mempertanyakan apakah umat Katolik dan Kristen yang merayakan Paskah berani bersuara atau Paskah sekadar seremonial saja? Selain itu, apakah berani bersuara seperti Yesus, walaupun diadili dengan tidak adil, dijatuhi hukuman penuh rekayasa?
“Kita orang Kristen harus berani memikul salib itu,” tegasnya.
Mgr. Bernardus menyatakan, “Kalau umat Katolik dan Kristen tidak berani memikul salib, umat Katolik dan Kristen adalah Yudas-Yudas baru yang ikut ambil bagian dalam penyaliban Tuhan Yesus.”
Dalam homili selama 8 menit itu, Uskup Timika juga menyinggung masih banyaknya warga pengungsi yang belum kembali ke rumah mereka akibat situasi keamanan.
“Mari kita berdoa bagi 80.000 pengungsi yang masih tinggal di seluruh tempat pengungsian di Tanah Papua akibat konflik investasi, konflik militer, dan konflik antara militer dengan TPNPB,” ucapnya.
Uskup mengajak umat Katolik berdoa agar terjadi dialog untuk penyelesaian konflik kejahatan di Tanah Papua.
Hal ini sangat penting mengingat setiap orang adalah manusia bermartabat, manusia yang diciptakan menurut citra Allah, imago Dei, dan bukan manusia yang direkayasa oleh kepentingan-kepentingan dunia, oligarki dan penguasa.
“Kita berdoa, semoga Paskah tahun ini sungguh-sungguh membawa harapan baru kedepan,” ajaknya.
“Harapan bagi masyarakat kita di seluruh Tanah Papua agar mereka dari hari ke hari tidak dibunuh dan dirampas hak hidup mereka yang memiliki martabat sebagai manusia,” ujar Mgr. Bernardus.
Dalam salam dan kata pengantar pada Jumat Agung, Uskup Timika menjelaskan pentingnya perayaan hari penderitaan, sengsara dan kebangkitan Yesus. Menghadirkan kembali kisah sengsara Yesus dalam situasi kita hari ini dengan harapan agar kehidupan umat manusia di muka bumi dibebaskan dari segala belenggu dosa dan maut duniawi.
Klik jalannya perayaan Jumat Agung di Gereja Katedral Timika: https://www.youtube.com/live/M7dAvX60Xfs. []