BeritaNadli Sfa Menenun Kain Timur di Negeri 1001 Sungai

Nadli Sfa Menenun Kain Timur di Negeri 1001 Sungai

Editor :
Elisa Sekenyap

SORONG, SUARAPAPUA.com— Selain digunakan sebagai busana dalam prosesi adat, kain Timur juga digunakan sebagai alat pembayaran emas kawin atau pun penyelesaian masalah bagi masyarakat adat di Papua Barat Daya. Sehingga tidak heran jika kain Timur dianggap sangat penting dan memiliki nilai sakral.

Hal itu disampaikan Devianti Sesa, koordinator kelompok Nadli Sfa kepada suarapapua.com disela-sela acara festival Hutan Adat Papua yang dilaksanakan di kampung Bariat distrik Konda kabupaten Sorong Selatan belum lama ini.

Devianti berujar aktivitas menenung kain timur mulai dilakukan kelompok Nadli Sfa sejak tahun 2017 lalu.

Harga jual di pasaran yang cukup tinggi menjadi alasan tersediri bagi kelompok Nadli Sfa untuk menenun, meskipun secara manual.

Baca Juga:  Diduga Dua Calon DPRK Maybrat Masih Berstatus ASN Aktif

“Kain Timur bagi kami masyarakat adat di Sorong Selatan dan Papua Barat Daya adalah hal yang sakral dan sangat penting bagi kehidupan.”

“Sebagai salah satu alat pembayaran harta [emas kawin, denda adat], harga dipasaran sangat tinggi sehingga kami mencoba memulai dengan cara menenun,” ujarnya (30/4/2025).

Devianti bilang dirinya mulai tertarik untuk belajar menenung sejak 2019 lalu. Kata Devianti, kelompok Nadli Sfa berdiri sejak 2017 atas inisiatif PPK dikampung Wehali, kabupaten Sorong.

“Selain menenung kain, kami juga marajut noken dengan motif khas Sorong Selatan. Ini semua diawali dengan semangat mama-mama dengan memanfaatkan program PKK tingkat kampung. Untuk menenung kain butuh waktu 1-2 minggu bagi yang benar-benar fokus, jika tidak selembar kain bisa hasilkan dalam sebulan.  Alat penenung ini masih manual sehingga butuh waktu, tenaga dan ketelitian serta kerja ekstra untuk mengahasilkan kain tenung yang baik,” jelasnya.

Baca Juga:  Liga 4 PSSI Regional Papua Barat Daya Resmi Bergulir

Selain itu, kata Devianti untuk mentransfer pengetahuan kepada generasi muda kelompok Nadli Sfa, saat ini juga pihaknya terus berupaya untuk membina anak muda untuk menenung kain timur dan merajut noken.

“Memang betul saat ini kami mengalami kesulitan dalam mengorganisir anak muda dalam meningkatkan budaya. Tetapi kami mencoba merangkul anak muda melalui beberapa kegiatan seperti di gereja. Kita punya budaya akan hilang jika tidak wariskan kepada generasi,” tungkasnya.

Baca Juga:  KNPB Kembangkan Sayapnya Dengan Melantik Pengurus Konsulat Wilayah Gorontalo

Mama Sesa, anggota kelompok Nadli Sfa menambahkan sejak berdiri di tahun 2017 hingga 2025 saat ini kelompok Nadli Sfa kurang mendapatkan kehadirab pemerintah kabupaten Sorong Selatan.”

“Maka itu berharap di kepeminpinan yang saat ini pemerintah dapat memberdayakan kelompok-kelompok seni dan budaya serta mendukung pelestarian budaya lokal.”

“Kami sangat berharap dukungan dari pemerintah,” pungkasnya.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Harapan Perempuan Adat Sorong Selatan Dibalik Festival Hutan Adat Papua

0
“Orang luar tidak akan mengenal budaya kita. Maka kita yang harusnya memperkenalkan budaya kita kepada orang luar. Ada acara-acara resmi pemerintah itu harus yang ditampilkan budaya lokal bukan budaya dari luar. Selain itu budaya juga harus masuk dalam dunia pendidikan biar kita punya anak-anak juga tahu dan lebih mengenal budaya ini diusia muda,” pungkasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.