KOTA SORONG, SUARAPAPUA.com— Daerah Otonomi Baru (DOB) dapat mengancam eksitensi masyarakat adat di tanah Papua, sekaligus membuka peluang masuknya para investor.Â
Paul Kareth, salah satu aktivis muda dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS) menegaskan, membuka DOB sama halnya dengan memberikan ruang kepada investor untuk mengancam eksistensi masyarakat adat di tanah Papua.
“Jadi pemekaran Papua Barat Daya adalah kita memberi ruang kepada para investor untuk masuk mengancam eksistensi masyarakat adat, merusak hutan adat Papua. Salah satu contoh yang terjadi sekarang kita lihat adalah perkebunan kelapa sawit, pemekaran wilayah baru dan perusahan pun akan ikut masuk.”
“Di mana mereka [perusahaan] akan merusak hutan flora, fauna, tempat keramat rusak semua. Jadi saya tolak DOB Papua Barat Daya. DOB bukan solusi. Itu baku tipu saja!” tegas Paul kepada suarapapua.com, Kamis (24/09/2020).
DOB ditolak karena tidak akan memberikan solusi pembanguanan yang memperdayakan masyarakat asli Papua, tapi justru mencipatkan ketimpangan sosial berlipat ganda dalam ruang masyarakat adat.
Senada disampaikan Mareten Orain, anak muda Papua di Sorong membenarkan pernyataan Paul Kareth. Menurutnya, pemekaran hanya menciptakan perpecahan bagi rakyat Papua, terutama tidak memberikan dampak positif bagi masyarakat adat, perempuan, dan anak.
Lebih lanjutnya, ia menilai pemekaran DOB hanya menciptakan ketimpangan sosial yang berlapis-lapis dalam tubuh masyarakat adat.
“Pemekaran awalanya diberikan dengan harapan setiap masyarakat bisa hidup merdeka di atas tanah adatnya, tapi yang selama ini terjadi banyak persoalan tertumpuk-tumpuk dalam masyarakat adat. Contohnya masalah pendidikan, kesehatan, ekonomi, hilangnya ruang kehidupan bagi masyarakat adat. Masyarakat adat sedang tidak berdaya sekarang.”
Dia berharap penuh agar pemekaran DOB ditiadakan lagi. “Papua Barat dengan kabupaten yang sudah ada saja,” harapnya.
Pewarta: Maria BaruÂ
Editor: Elisa Sekenyap