MultimediaBerita FotoFOTO: Pustu Saubeba Rusak dalam Rerumputan

FOTO: Pustu Saubeba Rusak dalam Rerumputan

TAMBRAUW, SUARAPAPUA.com — Dibangun dengan anggaran besar pada tahun 2012, gedung Puskesmas Pembantu (Pustu) Saubeba di kampung Saubeba, distrik Abun, kabupaten Tambrauw, provinsi Papua Barat, tampak rusak bahkan halaman penuh dengan rerumputan.

Pantauan suarapapua.com, kerusakan terlihat di sejumlah bagian bangunan termasuk plafon dan jendela. Pun dengan papan nama Pustu, tak bisa terbaca tulisannya.

Demianus Yesnath, kepala kampung Saubeba, menyayangkan tiadanya perhatian dari instansi teknis terhadap kondisi Pustu yang berujung terhentinya pelayanan kesehatan bagi masyarakat Saubeba.

Baca Juga:  Seluruh ASN di Dogiyai Harus Cinta Pangan Lokal, Bappeda Sudah Memulainya

“Begini sudah kondisinya. Gedung Pustu rusak, jadi kalau bisa direhab atau sekalian bangun yang baru,” kata Yesnath saat ditemui suarapapua.com di Saubeba, Sabtu (9/1/2021) pekan lalu.

Dalam gedung Pustu tak ada lemari penyimpan obat, meja, kursi, tempat tidur dan tiang gantungan cairan.

Baca Juga:  Oknum TNI AL Diduga Bunuh Wartawati, FJPI Papua Barat Daya Minta Polisi Usut Tuntas

Tak hanya itu, stok obat juga menurutnya sudah habis sejak tahun 2018 lalu. Dua tahun terakhir tak ada pelayanan kesehatan.

Akibatnya, warga yang mau berobat biasanya ke Puskesmas Kwoor. Mereka menempuh perjalanan selama 45 menit hingga satu jam. Ada juga yang memilih berobat di Puskesmas Sausapor. Untuk sampai ke sana, harus menggunakan perahu dengan waktu perjalanan 4 hingga 5 jam.

“Yang sakit harus pergi berobat di Kwoor atau Sausapor. Tetapi semua itu tergantung cuaca juga,” kata Yesnath.

Baca Juga:  Tambang di Raja Ampat Mengancam Lingkungan, Ekonomi Masyarakat dan Geopark

Persoalan tersebut diakuinya telah disampaikan ke pihak Puskesmas Abun. Tetapi belum ada tanggapan. Karena itu, pimpinan Dinas Kesehatan Tambrauw diminta segera lirik kondisi Pustu Saubeba.

Yan Yessa, pemuda Saubeba, menjelaskan, Pustu ini selama 20 tahun sebelum Tambrauw dimekarkan menjadi kabupaten dilayani satu petugas medis yang kemudian memilih melanjutkan pendidikan.

“Setelah itu tidak ada penggantinya. Pelayanan terhenti. Pustu rusak. Ini tidak boleh dibiarkan. Setiap hari orang-orang dari sini selalu pergi jauh untuk berobat,” ujar Yan.

Pewarta: Reiner Brabar
Editor: Markus You

Terkini

Populer Minggu Ini:

Drawing Liga 4 Curang, Ketum PSSI Tegaskan Pengundian Ulang

0
“PSSI berharap kejadian ini menjadi pembelajaran berharga untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kompetisi sepak bola Indonesia ke depan, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih profesional, adil, dan transparan,” ujar Erik Thohir.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.