WAMENA, SUARAPAPUA.com — Minuman Keras adalah mesin pembunuh bagi manusia khususnya rakyat di tanah Papua. Untuk itu, rakyat Papua diingatkan kembali untuk harus sadar dalam mengkonsumsi minuman keras (miras) jenis alkohol.
Hal itu, ditegaskan Ketua Pemuda Gereja Babtis Papua, Sepi Wanimbo kepada suarapapua.com lewat sebuah tulisannya yang diterima pada 21 Agustus 2021 kemarin.
Dalam tulisan itu, Sepi mengatakan sekalipun miras ada manfaat baik, namun dalam kenyatan atau faktanya, orang Papua banyak yang meninggal dunia akibat konsumsi miras.
“Miras ini sudah lama menjadi mesin pembunuh. Tidak ada manfaat baik dari miras ini. Justru kandungan bahan-bahan yang digunakan saat membuat miras ini adalah bahan-bahan yang merusak. Rakyat Papua harus sadar dan sadar soal ini,” tulis Sepi.
Dia menjelaskan, minuman keras identik dengan alkohol yang merupakan zat berbahaya dalam tubuh bila dikonsumsi. Minuman beralkohol di dalamnya adalah zat ethanol, zat psikoaktif yang akan mengakibatkan kehilangan kesadaran kalau diminum.
Menurut dia, pernyataan bahwa hidup tanpa minum alkohol rasanya kurang sehat secara tidak langsung sudah membenarkan alkohol sebagai pecandu.
Dia membeberkan, dampak buruk bagi kesehatan bagi mereka yang selalu pesta minuman keras sejenis alkohol yang mengandung zat narkotika etanol memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan bila dikonsumsi secara rutin karena cairan ini akan diserap dalam aliran darah.
“Kandungan dalam miras ini sangat mempengarui sistem saraf pusat yang memgontrol hampir semua fungsi tubuh. Sehingga banyak orang di Papua ini meninggal karena miras. Selain karena miras itu sendiri, banyak yang meninggal karena hal-hal yang dilakukan saat tubuh dikuasai miras. Misalnya tabrakan, dan lain-lain,” paparnya.
Dikatakan, bukti bahwa miras itu dampaknya buruk adalah bisa menyebabkan gangguan mental saat dikuasai minuman keras. Kemudian, pada akhirnya membuat hal-hal yang menimbulkan masalah dan merugikan diri sendiri.
“Selain dampak buruk pada sosial, kebutuhan ekonomi dalam rumah tangga meningkat, menghabiskan uang hanya untuk beli minuman keras/beralkohol, mengambil uang orang lain, kehidupan dalam rumah tangga berantakan, kebutuhan pendidikan terus meningkat dan meminjam uang kesana dan kesini tujuan untuk konsumsi miras,” katanya.
Dia berharap agar Pemerintah daerah, gereja dan organisasi kemasyarakatan saatnya harus bersatu hati lalu selamatkan generasih Papua yang tersisa dari yang tersisa ini.
Gubernur Papua Lukas Enembe mengeluarkan pernyataan. Menurut Enembe, sebanyak 22 persen kematian (manusia) di Tanah Papua disebabkan konsumsi minuman keras (miras).
Kematian manusua akibat miras tersebut, membuat miras jadi salah satu penyebab terkikisnya populasi penduduk asli Papua selain serangan penyakit-penyakit di daerah Papua seperti dilansir Republika.co.id.
Terkait dampak miras terhadap lalu lintas di wilaya Papua, pada 2019 menyimpulkan bahwa 1. 485 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 277 warga meninggal sebagian besar terjadi didahului konsumsi miras.
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BPPA) Papua juga melansir bahwa minuman keras menjadi pemicu utama kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di berbagai daerah di Papua.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilansir Kementerian Kesehatan menunjukkan rerata konsumsi alkohol di Papua memang paling tinggi se-Indonesia. Angkanya 9,9 poin per bulan dibandingkan rerata nasional yakni 5,4 poin per bulan.
Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Arnold Belau