Penjabat bupati Paniai, Dr. Martha Pigome didampingi Emanuel Mote dan anggota MRP Papua Tengah, Beny Zonggonau saat menjumpai warga masyarakat Paniai asal distrik Bibida di Nabire, Minggu (16/6/2024) sore. (Dok. Pilemon Zonggonau)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Selain di gereja Paroki Salib Suci Madi, sejumlah warga masyarakat dari distrik Bibida, kabupaten Paniai, Papua Tengah, juga mengungsi ke kabupaten Nabire.

Mereka dikunjungi Dr. Martha Pigome, penjabat bupati Paniai, Minggu (16/6/2024) sore.

Pj bupati Paniai bersama rombongan mengunjunginya di kediaman Lukas Zonggonau, jalan Jayanti, kelurahan Gerbang Sadu, distrik Nabire Barat, kabupaten Nabire.

“Situasi di daerah kita, Bibida, saat ini sedang kurang kondusif. Semua sudah tinggalkan kampung halaman. Kami tidak tinggal diam. Beberapa langkah sudah kami lakukan. Harapannya, situasi segera pulih supaya bisa kembali ke rumah,” tutur Martha.

Masyarakat Paniai yang ada di kabupaten Nabire diminta mendukung upaya pemerintah daerah, juga tak lupa berdoa kepada Tuhan agar situasi keamanan segera pulih seperti sedia kala.

ads

Mendengar arahan Pj bupati Paniai, warga pengungsi Bibida di kabupaten Nabire diketahui berasal dari tujuh kampung. Jumlahnya 490 orang. Mereka bertempat tinggal terpencar di beberapa titik, antara lain Bumi Raya, Kali Semen, Wadio Atas, Jayanti, Kalibobo, Bumi Wonorejo, Karang Tumaritis, Kali Harapan, Oyehe, Siriwini, dan Sanoba.

Baca Juga:  Benarkah Program MBG Proyeknya Purnawirawan TNI?

Pengungsian terjadi sejak dua bulan lalu pasca situasi tidak aman mulai tercipta di wilayah distrik Bibida akibat pergerakan kubu TPNPB dan TNI Polri. Hal itu membuat sebagian warga tak nyaman hingga terpaksa memilih “turun” ke kabupaten Nabire.

“Kami tidak aman tinggal di Bibida, jadi dari lalu ada turun [Nabire],” kata salah satu tokoh masyarakat Moni di hadapan penjabat bupati Paniai.

Oleh karena itu, Pilemon Zonggonau, salah satu tokoh intelektual Moni atas nama masyarakat Bibida di pengungsian Nabire menyampaikan terima kasih kepada penjabat bupati Paniai yang bersedia menjenguk sekaligus memberikan bantuan kemanusiaan.

“Terima kasih ibu penjabat bupati dan rombongan yang sore ini telah meluangkan waktu bagi kami di sini. Kami senang sekali karena penjabat bupati melihat kami sebagai bagian dari warga masyarakat Paniai,” ucap Pilemon.

Beberapa perwakilan masyarakat juga berterimakasih kepada pemerintah daerah atas kepeduliannya di tengah situasi demikian setelah tinggalkan rumah, kebun dan ternak peliharaan.

Baca Juga:  Saksi Kunci Ungkap Dugaan Pelibatan Polisi Dalam Penganiayaan Direktur Panah Papua

Sembari menjelaskan perkembangan situasi lapangan, Martha menyalurkan bantuan Pemkab Paniai kepada warga pengungsi distrik Bibida di Nabire.

“Sedikit bantuan ini, ada beberapa bama, dan uang tunai 30 juta kami serahkan ke warga kami di sini,” katanya.

Didampingi Beny Zonggonau, anggota MRP Papua Tengah, dan Emanuel Mote, Martha berharap sedikit berkat ini dapat digunakan baik untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari sambil menunggu situasi segera normal.

“Kita semua menghendaki daerah cepat aman.”

Setidaknya tiga poin penting disarankan kepada warga pengungsi dari distrik Bibida di kabupaten Nabire.

Pertama, dipersilakan kembali ke Paniai untuk bergabung dengan yang lain di titik penampungan Pastoran Paroki Madi.

Kedua, pemerintah daerah akan memperhatikan kebutuhan warga pengungsi di Pastoran Madi. Baik kebutuhan air bersih, makan minum, medis dan perlindungan selama di tempat pengungsian sampai ada informasi resmi tentang kondusifnya situasi di distrik Bibida.

Ketiga, warga pengungsi dari distrik Bibida di kabupaten Nabire diharapkan tenang dan selalu menyediakan waktu untuk berdoa kepada Tuhan sambil tetap menjaga kesehatan.

Baca Juga:  Diduga Dua Calon DPRK Maybrat Masih Berstatus ASN Aktif

Arahan agar warganya kembali ke kabupaten Paniai dengan tujuan mudah dikontrol pemerintah daerah tidak disetujui sepenuhnya mengingat situasi belum kondusif. Warga menyatakan akan pulang kampung setelah daerah benar-benar aman.

Diberitakan sebelumnya, sejak Jumat (14/6/2024), warga masyarakat Bibida mulai meninggalkan rumah dan kampung halaman karena tak nyaman dengan dimulainya kontak tembak antara pasukan gabungan dan TPNPB.

Gelombang pengungsian pertama hanya puluhan keluarga yang diterima Dewan Paroki Madi bersama Pastor Herman Betu, Pr. Setelahnya, ada ratusan keluarga membludak di komplek Gereja Katolik Madi pada gelombang kedua, Sabtu (15/6/2024).

Dengan gelombang pengungsian ketiga pada hari Minggu (16/6/2024), kampung Ugidimi, Kugapa dan beberapa kampung lain di distrik Bibida dinyatakan sudah kosong tanpa penghuni.

Saat ini mereka bertahan di Pastoran Madi. Hanya beberapa orang belum diketahui keberadaannya terutama yang terlanjur lari ke arah gunung untuk menyelamatkan diri. []

Artikel sebelumnyaSiklus Kekerasan, Jangan Terjadi di Paniai!
Artikel berikutnyaPOHR Desak TNI Ungkap Proses Hukum Kasus Penganiayaan Moses Yewen