JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Melalui salah satu nomor WhatsApp, seseorang yang mengaku bekerja sebagai protokoler bupati Jayawijaya, menghubungi Nyamuk Karunggu, pendiri sekaligus koordinator umum Sekolah Rakyat Nuwi Nindi Yuguru Nduga (SRNNYN) Papua Pegunungan.
Dikutip dari siaran pers yang dikirim ke Suara Papua, Minggu (6/4/2025), komunikasi dari orang tidak dikenal (OTK) itu tidak dapat dipahami dengan logis. Sebab, bukan ranahnya karena terbukti bukan pegawai atau pejabat dari Dinas Pendidikan kabupaten Jayawijaya ataupun provinsi Papua Pegunungan. Kecurigaan berikut lantaran tidak detail memperkenalkan identitasnya, malah mengklaim diri orang dekat atau protokoler bupati Jayawijaya.
“Kemarin malam ada satu nomor HP hubungi kawan Nyamuk Karunggu. Orang itu mengaku bernama Cipta sempat bertanya-tanya, tetapi jawaban dari kawan Nyamuk Karunggu juga bikin dia hilang kata-kata. Itu kami anggap teror. Sebelum dia, memang pihak keamanan bertanya-tanya atau mencari tahu kedudukan dan keberadaan sekolah rakyat Yuguru di Dinas Pendidikan Jayawijaya maupun rekan kerja kami di Wamena.”
Diuraikan kronologi kejadiannya pada Sabtu (5/4/2025) sekira Pukul 20.09 WIT, nomor WA (+62 813-4309-2999) menghubungi Nyamuk Karunggu. Penelepon mengaku orang dekat bupati Jayawijaya. Padahal klaim tersebut justru berpotensi mencemarkan nama baik bupati Jayawijaya.
“Melalui nomor telepon 081343092999 ini menyapa hallo, tetapi karena nomor baru, kawan Nyamuk Karunggu tidak menyahut. Dari nomor tadi lanjut bicara bahwa dia dari Pemda Jayawijaya mau sumbangkan buku untuk sekolah rakyat Nuwi Nindi Yuguru Nduga. Rekaman suara berisi percakapannya berdurasi 5 menit 12 detik kami sertakan dalam siaran pers ini.”
Komunikasi berlanjut keesokan harinya, Minggu (6/4/2025). Sekira Pukul 11.47 WIT, nomor WA yang sama mengirim satu foto yang isinya sejumlah buku bacaan, salah satunya buku berjudul “Integrasi Telah Selesai”, ini dalam konteks persoalan Papua Barat dengan Indonesia.

Nyamuk Karunggu mengatakan, teror dari orang tak kenal bukan hal baru. Sudah banyak kali dialaminya. Dari orang tertentu yang mengaku diri sebagai pejabat pemerintah daerah maupun dosen.
“Pengalaman saya pernah diteror dan diintimidasi oleh intelijen. Mereka mengaku diri dari pemerintah daerah dan dosen. Itu sudah pernah sejak SMA. Di bangku SMA Negeri 4 Singaraja Bali, intelijen pernah datangi ruang guru dan memeriksa identitas kami, tanya aktivitas kegiatan sehari-hari, tempat makan, dan lain-lain. Mereka mengaku diri sedang tugas dinas pendidikan dari pemerintah Papua,” tuturnya.
Saat kuliah, Nyamuk Karunggu pernah dikontak oknum tertentu yang mengaku diri rektor sembari menerornya.
“Mengaku sebagai rektor Universitas Indonesia dan Pemda Papua di ruang rektor Universitas Mataram, ajak kami ketemu di ruangnya malam hari sekitar pukul 20.00 WITA. Rencana jahat ini bisa jadi rencana penculikan, tapi waktu itu kami tolak ajakan pertemuan gelap itu dengan alasan ketemu dengan rektor atau ketemu dengan tamu itu siang hari, bukan malam hari.”
Anggota Polda Bali juga pernah teror Nyamuk Karunggu. Ketika itu mereka mengaku diri dosen Universitas Mataram dan ajak ketemu malam hari di Bali.
“Lebih-Lebih kerjaan Polda NTB ajak ketemuan untuk kasih beras, uang, bawakan uang di kantor Pusat Bantuan Hukum Mangandar (PBHM). Ada juga yang mengaku diri dosen Universitas Mataram ajak ketemuan, itu hal biasa bagi saya. Memang banyak kali dapat teror,” ujar Karunggu.
Baginya, segala macam jenis teror, intimidasi dan penangkapan itu hal biasa bagi kaum tertindas.
“Dengan itu, kami Sekolah Rakyat Nuwi Nindi Yuguru Nduga meminta kepada pemerintah kabupaten Jayawijaya untuk memberikan pernyataan sikap terkait dengan pencemaran nama baik protokoler bupati Jayawijaya.”
Sekolah Rakyat Yuguru juga menyerukan kepada negara melalui Kapolres Jayawijaya untuk berhenti teror, kriminalisasi dan panik dengan sekolah rakyat Nduga Papua. Sebab, sekolah rakyat Yuguru membantu pemerintah Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa sebagaimana yang dicita-citakan pendiri bangsa Republik Indonesia Soekarno-Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan lain-lain, bahwa mereka memimpikan tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa Indonesia.
“Kami sekolah rakyat Yuguru meminta kepada seluruh kawan-kawan pro-demokrasi yang anti dengan penindasan, kriminalisasi, teror dan penjajahan untuk menyebarluaskan aksi teror terhadap kawan-kawan sekolah rakyat Nduga Papua.”
Di bagian akhir siaran persnya, SRNNYN mendesak Kasat Intelkam bersama Kapolres Jayawijaya berhenti bertanya-tanya keberadaan kawan-kawan sekolah rakyat di wilayah Wamena. []