Berita79 Tahun Indonesia Merdeka, Setengah Abad Masyarakat Konda Masih Menunggu  Air Bersih

79 Tahun Indonesia Merdeka, Setengah Abad Masyarakat Konda Masih Menunggu  Air Bersih

Editor :
Elisa Sekenyap

SORONG, SUARAPAPUA.com— Sejak pertama kali leluhur mereka menjejakkan kaki di tanah Konda, kabupaten Sorong Selatan pada tahun 1958, masyarakat adat suku Afsya bergantung sepenuhnya pada air hujan dan sebuah sumur sederhana di tengah dusun sagu.

Menurut pengakuan masyarakat, hingga kini itulah satu-satunya sumber air untuk memasak, mandi, dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Jarak antara rumah warga dan sumur air sekitar 400-500 meter.

“Sejak leluhur kami tinggal di sini  selain air hujan,  air dari sumur dekat kebun sagu itulah yang kami gunakan. Air dari sumur ini hanya digunakan untuk memasak, minum, sementara untuk mandi atau mencuci kandang dilakukan di beberapa kali kecil yang terdekat,” kata Dorsila Gemnase, salah satu warga dari distrik Konda, kepada suarapapua.com, Kamis (1/5/2025).

Baca Juga:  Ajak Masyarakat Berkebun, Pemkab Lanny Jaya Berikan Bantuan Alat Kerja

Warga masyarakat selalu keluhan persoalan kesehatan yang sering muncul dari gangguan pencernaan hingga penyakit kulit. Namun harapan akan perubahan belum kunjung tiba. Hal ini diduga disebabkan air yang keruh kekuningan dan mengandung kapur.

Dorsila menjelaskan tidak ada pilihan lain bagi warga di ibukota distrik Konda. Ia menyebutkan selain sumur ada juga beberapa kali kecil yang sering digunakan warga untuk mandi atau mencuci meskipun airnya tampak kekuningan.

“Kami sudah sampaikan ke pemerintah soal ini. Tapi sampai sekarang, belum ada air bersih masuk kampung,” ungkap Dorsila.

Adrianus Kemeray , kepala kampung Bariat  menegaskan, bahwa hampir seluruh wilayah distrik Konda, termasuk kampung-kampung tetangganya bergantung pada sumber air yang sama.

Baca Juga:  180 Pelaku UMKM di Kota Sorong Mendapatkan Bantuan Modal Usaha

“Sebagian besar wilayah kami adalah hutan gambut. Air bersih sangat sulit ditemukan, dan air yang ada sering menyebabkan sakit kulit bahkan penyakit dalam,” ujarnya.

Ia juga mengaku pernah ada program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) namun sanyangnya program tersebut tidak berjalan dan berhenti tanpa penjelasan yang jelas kepada masyarakat.

“Pernah ada program pamsimas tapi tidak berjalan lama. Kami tidak tahu kenapa mereka berhenti,” ujarnya.

Sebagai kepala kampung dan juga warga distrik Konda, Adrianus berharap pemerintah kabupaten Sorong Selatan dapat melihat apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di distrik Konda.

“Kami juga mau air bersih seperti masyarakat di tengah kota Sorong Selatan,” tungkasnya.

Pemda Sorsel
Yohan Bodory, Wakil Bupati kabupaten Sorong Selatan  kepada sejumlah media di kampung Bariat mengatakan pemerintah sudah menjadi kewajibannya agar bisa menyediakan sumber air bersih kepada seluruh masyarakat, termasuk yang berdomisili di distrik Konda.

Baca Juga:  Ratusan Calon Dokter Muda FK Uncen Terancam DO

Katanya persoalan yang dialami oleh warga suku Afsya di distrik Konda ini seharusnya bisa dibijaki secara saksama, sehingga kemudian tidak ada lagi seperti ini.

Oleh sebab itu ia mengaku masalah kesulitan air bersih di Sorong Selatan khususnya di distrik Konda, ke depan akan menjadi perhatian serius pemerintah agar segera terselesaikan lewat kebijakan daerah.

“Kami akan berupaya untuk menyelesaikan persoalan ini. Kami juga minta setelah nanti dieksekusi ke depan masyarakat juga bisa mendukung, agar nantinya masalah ini bisa direalisasi,” katanya.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Merajut Budaya Pangan Lokal Diera Moderen Melalui Festival Tumpe Klawalu

0
"Atas nama Pemerintah Kota Sorong, saya menyampaikan apresiasi dan dukungan atas terselenggaranya kegiatan in. Ke depan nantinya festival ini harus diadakan lagi dengan melibatkan semua sub suku Moi," ttungkasnya.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.