PORT VILA, SUARAPAPUA.com — Utusan Khusus Vanuatu urusan Dekolonisasi Papua untuk negara-negara di kepulauan Pasifik, Lora Lini, mengatakan, Vanuatu akan terus melobi negara-negara Pasifik untuk mengangkat isu Papua di forum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Menurut dia, Vanuatu menyuarakan suara rakyat Papua bukan karena ada UU yang mengharuskan demikian, melainkan karena sesama rumpun bangsa Melanesia, siapa lagi yang mengangkat isu itu di forum internasional jika bukan Vanuatu.
Putri Walter Lini, bapak kemerdekaan Vanuatu, itu mengatakan pendapatnya dalam wawancara dengan wartawan Godwin Ligo dari Vanuatu Daily Post belum lama ini.
Saat ini Vanuatu telah menyusun draft resolusi tentang Papua untuk dibawa ke PBB. Untuk mendapat dukungan dari negara-negara Pasifik, draft tersebut telah dikonsultasikan dengan sejumlah negara pada pertemuan Menteri Luar Negeri Pacific Islands Forum (PIF) di Samoa belum lama ini. Lora Lini ikut berperan untuk melakukan lobi menggalang dukungan bagi resolusi ini.
Lora Lini mengatakan, pemerintah Vanuatu saat ini mengakui pentingnya mengangkat masalah Papua ke level yang lebih tinggi melalui Resolusi PBB untuk Papua.
Sebelumnya, kata dia, pemerintah dan organisasi masyarakat sipil Vanuatu mempertahankan sikap untuk mendukung kemerdekaan Papua sejak kemerdekaan Vanuatu pada 1980. Kini, lanjut dia, isu Papua telah mencapai tingkat lebih lanjut, dimana Vanuatu juga mengakui perjuangan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
“Peran saya sebagai Utusan Khusus adalah untuk menarik perhatian negara-negara anggota PIF dalam hal inisiatif Vanuatu untuk menyusun Resolusi PBB untuk dekolonisasi Papua,” kata Lora.
Rancangan resolusi itu telah diketengahkan kepada semua anggota FIF.
Meskipun Australia, Papua Nugini dan Fiji mengindikasikan tidak mendukung resolusi tentang Papua di PBB, Vanuatu tetap bermaksud mengajukannya melalui Komite 24 PBB atau disebut juga Komite Dekolonisasi. Vanuatu, lanjut dia, akan terus melakukan lobi untuk mendapatkan dukungan dari semua negara-negara anggota PIF termasuk Australia, Papua Nugini, dan Fiji.
Lini menegaskan bahwa Vanuatu akan mengangkat masalah Papua pada Konferensi Tingkat Tinggi PIF di Nauru pada awal September 2018. Di sana Vanuatu akan meminta dukungan para pemimpin pemerintahan yang hadir.
Satu hal cukup jelas dari kehadirannya pada pertemuan Menlu PIF di Samoa baru-baru ini, kata Lini, adalah sebagian besar anggota PIF berbagi sentimen yang sama bahwa kolonialisme tidak memiliki tempat di Melanesia atau di Pasifik. Masalah Papua seperti juga halnya masalah perubahan iklim, muncul dalam berbagai bentuk, tetapi akar masalahnya adalah kolonialisme. “Namun, negara-negara Pasifik kini tidak lagi buta,” kata Lini.
“Jika Vanuatu sebagai negara Melanesia yang berbagi etnisitas yang sama dengan saudara-saudara kita di Papua, tetapi tidak berbicara untuk Papua, lalu siapa lagi?” ujarnya. Ia menekankan satu-satunya cara adalah mengangkat kembali isu tersebut di PBB.
“Kita tidak boleh menutup mata terhadap Papua – masalah ini telah ada lebih lama daripada perjuangan kemerdekaan kita sendiri, dan kita, seperti juga rakyat Melanesia dan Kepulauan Pasifik lainnya adalah satu-satunya yang benar-benar dapat berbicara untuk Papua bukan karena kita memiliki kebijakan atau konvensi yang mewajibkan kita untuk bertindak sebagai Pemerintah, tetapi karena kita tahu bahwa sebagai rakyat Melanesia atau Kepulauan Pasifik adalah tugas kita untuk berbicara bagi mereka dan itu adalah hal yang benar untuk dilakukan karena mereka tidak dapat melakukannya di forum internasional,” kata Lini.
Dia mengatakan meskipun Vanuatu dilihat sebagai negara kecil, sudah lebih dari 38 tahun sejak kemerdekaannya Vanuatu menjalin hubungan bilateral dengan banyak negara dan memperoleh banyak negara sahabat, kecil maupun besar.
Lini mengatakan, jika pemerintah, rakyat Vanuatu dan Tuhan berkehendak untuk membebaskan Papua, maka biarkanlah kehendakNya terjadi.
Lora Lini bukan orang baru dalam masalah Papua. Dia adalah anggota pendiri dari Vanuatu Free West Papua Association Of Vanuatu. Sebelumnya Lora Lini bekerja di Sekretariat Melanesian Spearhead Group di Port Vila.
Dia bersikeras bahwa MSG masih berkewajiban untuk mengangkat masalah Papua yang disepakati oleh para pemimpin MSG. MSG juga menurut dia merupakan wilayah kunci yang akan ia kunjungi untuk menggalang dukungan.
“Ini adalah halaman belakang kita sendiri dan kita harus menjadi yang pertama untuk bersatu dalam masalah ini,” kata Lini.
Lini juga tercatat sebagai wartawan, selain bekerja pada Divisi Komunikasi dan Urusan Publik Commonwealth Secretariat di London.
Pewarta: Wim Geissler
Sumber: Vanuatu Daily Post