JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Program Studi Agama dan Lintas Budaya atau Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan Ilalang Papua launching buku kedua tentang Sagu dan sampah di Jayapura dan Merauke, Jumat (26/7/2019) kemarin.
Saat launching dan diskusi buku berjudul ‘Bina Damai Berkeadilan Melalui Sagu dan Sampah’ di Hotel Horison, Kotaraja, Abepura, kota Jayapura, Samsul Maarif dari CRCS UGM mengatakan, apapun kegiatan sosial demi kemanusiaan sangat penting diperjuangkan, seperti dilakukan sejumlah pemuda Papua yang berusaha merefleksikan konteks sagu dan sampah sebagai isu krusial dalam kaitan dengan perekonomian masyarakat setempat.
“Apa yang kami lakukan dengan teman-teman dari Papua ini sangat luar biasa. Karena melakukan hal sosial yang bernilai kemanusiaan itu hanya pemuda yang peduli. Dalam buku ini menceritakan tentang apa Sagu dan Sampah yang diceritakan teman-teman Papua. Kami melihat ini hal positif sekali,” tuturnya.
Ia menjelaskan, semua yang didiskusikan dengan mama-mama, bisa mendapat belajar banyak hal, selain perjuangan menghidupi keluarga, juga menyemai damai. Hasil diskusi dan refleksi itu kemudian dituangkan dalam sebuah buku untuk diketahui pemuda lain, termasuk semua orang di tanah ini.
“Bagi kami, di Papua punya banyak potensi besar yang dilakukan, dan yang memang dibutuhkan di Papua ini. Misalnya dari isi di dalam buku ini, para penulis dapat mendampingi mama-mama untuk berkreasi,” kata Samsul.

Menurutnya, sesuai dengan paparan umum tentang sagu dan sampah, sebenarnya sampah-sampah bisa dijadikan sesuai misalnya energi, pupuk tanaman, dan lain sebagainya, tinggal bagaimana berekreasi dan bina serta melakukannya.
“Untuk itu, kami dari CRCS UGM berharap bahwa dengan launching buku yang kedua ini, pemuda Papua bisa bekerja sama dengan stakeholder yang ada,” tandasnya.
Di tempat sama, Herbert Amohoso, salah satu penulis buku mengungkapkan, buku ini yang kedua setelah buku pertama sudah dilaunching pada tahun 2017.
“Kami ucapkan terima kasih yang terhingga kepada UGM yang mendampingi dalam proses dan tahapan ini, hingga akhirnya hari ini bisa diluncurkan. Pada intinya kami banyak belajar dari mama-mama dan UGM untuk membina mama-mama di Skyland dan Padangbulan,” katanya.
Amohoso mengaku fokus untuk sementara hanya di Jayapura dan Merauke. “Kami berharap kedepan kami juga bisa melakukan lagi di beberapa kota lain di Tanah Papua.”
Ia kemudian mengajak siapapun untuk bisa bergabung. “Teman-teman yang mau bergabung, kami selalu terbuka. Intinya membina mama-mama dengan damai, itu saja,” ujarnya.
Pewarta: Ardi Bayage
Editor: Markus You