WAMENA, SUARAPAPUA.com— Yusten Asso, Sekertaris Distrik Asolokobal mengharapkan bantuan dan perhatian dari pemerintah Kab. Jayawijaya untuk menangani longsor di Kampung Asotipo dan Hesatum yang makin melebar.
“Longsor ini mengancam kami. Kami mau pindah tapi kemana? Kami butuh penanganan lebih serius dari pemerintah saja,” jelas Asso kepada wartawan tidak lama ini di Wamena.
Saat ini, jelas Asso, material longsoran yang turun dari gunung Luh makin lebar kea rah perkebunan masyarakat dari Asolokbal, Asotipo dan bahkan membelah sungai Baliem dan membuat penyempitan sampai di belakang rumah Wakil Menteri PUPR [distrik Maima].
Asso meminta supaya pemerintah serius untuk memikirkan dampak longsor ini sehingga perkebunan masyarakat tidak tertimbun material longsor.
Selain itu, dia juga meminta agar masyarakat tidak membakar hutan dan lahan yang ada di distrik tersebut. Sebab dengan membakar hutan dan lahan kosong akan berakibat pada kerusakan lingkungan.
Mika Asso, warga di distrik Maima juga yang terdampak material longsoran mengatakan, selain Asolokobal dan Asotipo, distrik Maima juga terdampak karena longsor. Untuk Maima dan Kepi, kata dia, juga sedang terancam karena sungai baliem juga mengalami penyempitan dan juga pelebaran karena abrasi.
“i kat sinelik – sinelik’ke esa ugu ari waganeat, yawu waganorek’ke nen o ugu welagore’ke yoma motok waganikiaga akama [semakin lama lonsor mengecilkan lebar sunagai balim dan kita disi punya lokasi perkebunan, jembatan juga terbawa air bahkan rumah – rumah kami juga akan terbawa air karena sisa seberapa meter dan sungai baliem semakin],” Mika Asso, seoarang hambah Tuhan dari gereja kingmi yang ada di kampung Hulekaima tepatnya jembatan kuning yang roboh dan terhanyut akibat longsor.
Ia membeberkan, tahun lalu (2019) jembatan kuning sudah hanyut akibat longsor.
“Sekarang pasir dari kali sebelah terus masuk kearah sungai balim sehingga kami di sebelah sini sudah terancam. Kebun sudah hanyut akibat abrasi. Abrasi terjadi karena material longsoran tertimbun dan di bagian muara terjadi perlebaran sampai dekat perumahan,” jelas Frans Mulait, warga Maima ditemui, saat di Maima, beberapa waktu lalu.

Longsor yang berlokasi kurang lebih sekitar 9,3Km dari Kantor Bupati kearah selatan ini, diperkirakan ada penyebabnya. Menurut masyarakat, longsoran terjadi karena kesalahan dalam pengaturan ataupun dengan kata lain yang berhubung dengan sistem adat.
Dengan demikkian, arah penyebaran longsor sangat berfariasi. Artinya bahwa tidak selalu material longsor kearah kearah distrik asolokal, namun sebelumnya material longsor ini melebar kearah asotipo. Dan itu terjadi berkali – kali beberapa tahun yang lalu.
Namun saat ini penyebaran atau pelebaran material longsor ini sangat fokus kearah asolokobal. Dan ini sangat membahayakan juga jembatan permanen yang baru di bangun tahun 2019 itu.
Pewarta: Onoy Lokobal
Editor: Arnold Belau