SORONG, SUARAPAPUA.com — Felix K. Nesi, sastrawan muda Indonesia asal Nusa Tenggara Timur (NTT), memotivasi 100 generasi muda gabungan fakultas dan pegiat literasi untuk mulai belajar menulis dan menceritakan pengalaman mereka di Tanah Papua.
Felix Nesi diundang oleh Balai Bahasa Provinsi Papua untuk berpartisipasi dalam kegiatan “Peningkatan Apresiasi Sastra” di kota Sorong, Papua Barat Daya (PBD), Senin (28/8/2023).
“Menulis sangat penting. Akan lebih baik anak muda di mana pun dan terlebih di Tanah Papua mau belajar untuk menulis, belajar untuk menceritakan apa yang dialaminya selama ini di Papua. Orang-orang di luar sangat membutuhkan narasi-narasi dari Papua dalam bentuk sastra,” tuturnya saat dijumpai suarapapua.com di hotel Aston Sorong.
Felix menganggap penting bagi anak muda di Papua untuk mulai mengekspresikan diri melalui karya sastra. Menurutnya, narasi-narasi dari Papua sangat diperlukan dalam bentuk karya sastra agar lebih banyak orang dapat memahami dan mendengar apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh masyarakat Papua.
Karena itu, ia mengajak anak muda menulis tentang hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menggali kearifan lokal serta pengalaman pribadi.
“Saya berharap teman-teman bisa menulis saja hal-hal kecil yang kita rasakan. Gali apa saja yang kita punya, seperti kearifan lokal atau kehidupan sehari-hari. Itu akan lebih bagus kalau lebih banyak anak muda yang menulis,” ujarnya.

Sastra menurut Felix bukanlah sesuatu yang sulit bagi setiap orang dengan kemampuan untuk bercerita melalui tulisan dan karya sastra adalah bahasa tulis yang estetis dan reflektif.
“Sastra bukan sesuatu yang sulit. Setiap orang bisa bercerita, maka saatnya anak muda bercerita lewat tulisan. Sastra adalah bahasa tulis yang estetis dan reflektif, sedangkan mengapresiasi sastra itu membaca karya sastra dan merefleksikan maknanya dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya dalam diskusi.
Sastrawan muda kelahiran 30 Agustus 1988 itu tercatat sebagai pengarang produktif dari NTT. Ia hasilkan banyak karya puisi, prosa, dan novel. Tahun 2018, ia pernah memenangkan sayembara Dewan Kesenian Jakarta.
Kegiatan ini bagian dari program literasi yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Papua dalam rangka membangkitkan literasi di tengah masyarakat.
Menurut Dr. Sukardi Gau, kepala Balai Bahasa, Papua dan NTT memiliki kemiripan dan potensi yang dapat digali dan dituangkan dalam bentuk karya sastra.
“Kegiatan ini adalah peningkatan apresiasi sastra, bagian dari program literasi. Kita sengaja mengundang Felix Nesi untuk berbagai pengalaman dan banyak hal yang akan kita diskusikan di sini. NTT dan Papua banyak kemiripan, bisa digali. Papua lebih menarik lagi. Kita di luar hanya menyebut kata Papua saja mempunyai kesan tersendiri. Ketika menyebut kata “Papua”, imajinasi orang tentang Papua itu luar biasa sekali. Dari segi itu saja jika kita gali dan akan menjadi sumber literasi yang sangat kuat,” kata Sukardi dalam sambutannya.
Sukardi berharap, pembangunan di provinsi Papua Barat Daya (PBD) tidak hanya fokus pada pembangunan materi, tetapi juga pada pengembangan sumber daya manusia (SDM), termasuk kolaborasikan program literasi.
“Papua Barat Daya lagi giat membangun. Kita harapkan, program-program literasi juga dihidupkan. Pembangunan harusnya diikuti dengan hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan SDM, bukan hanya material. Seolah-olah kemajuan itu harus diikuti dengan hal-hal bersifat material, tetapi SDM tentunya jauh lebih penting,” pungkasnya.
Sementara itu, Nurasiyah, ketua panitia, menjelaskan, generasi muda dipilih sebagai target kegiatan karena mereka memiliki pengaruh yang besar dalam jangka waktu panjang. Feedback dari generasi muda diharapkan dapat menjadi landasan untuk perkembangan sastra dan literasi di Tanah Papua.
“Kenapa harus generasi muda? Menjadi pegiat sastra, pegiat literasi, tentu mengingat perkembangan zaman menuntut kita untuk berkembang. Maka, generasi muda merupakan salah satu aspek paling pengaruh di masa mendatang. Hampir di semua provinsi, sastrawan bergerak dari komunitas. Karya-karya hadir di perguruan tinggi atau di lingkup komunitas,” terangnya. []