JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Sedikitnya 11 orang usia produktif dikabarkan meninggal dunia lantaran kesulitan dengan bahan makanan akibat curah hujan yang tinggi di distrik Amuma, kabupaten Yahukimo, provinsi Papua Pegunungan.
“Kami sedang hadapi musibah kelaparan. Masyarakat saya ada yang meninggal hingga jumlah terakhir yang kami terima adalah 11 orang. Mereka yang meninggal ini kebanyakan anak-anak kecil,” kata Zakeus Lagowan, kepala distrik Amuma, Minggu (15/10/2023) di kota Jayapura, Papua.
Lagowan mengaku setelah mendengar informasi tersebut, pihaknya melakukan permohonan kepada pemerintah kabupaten Yahukimo hingga dibantu pesawat untuk mengangkut bantuan beras.
“Saya dengan koordinator musibah kelaparan ini ambil langkah sebisa mungkin. Kami sudah turunkan bantuan beras empat ton. Kami juga sudah naik bawa surat ke Wamena untuk serahkan sama dinas di provinsi Papua Pegunungan,” jelasnya.

Untuk itu, pemerintah provinsi dan pusat diharapkan bisa menaruh perhatian serius dengan memberikan bantuan kemanusiaan terhadap masyarakat pengungsi dari distrik Amuma, kabupaten Yahukimo.
“Terima kasih Pemkab Yahukimo sudah bantu 50 juta. Dan itu kami pakai supaya pesawat angkut beras ke Amuma. Kami berharap, surat kami yang sudah sampaikan ke dinas sosial provinsi bisa dijawab supaya masyarakat saya bisa mendapatkan manfaat,” kata Zakeus.
Menurut Naman Bayage, bulan lalu (September) ada masyarakat yang datang dari Amuma menjelaskan situasi yang sedang terjadi di sana. Akhirnya panitia dibentuk untuk berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
“Kakak saya dari kampung datang laporkan situasi tentang orang meninggal yang terus menerus. Saya ke kepala distrik untuk cari solusi. Kami bentuk tim. Saya ditunjuk sebagai koordinator. Jadi, saya berusaha ketemu pemerintah pada saat DPRD sidang. Saya laporkan situasi itu, akhirnya saya diberikan akses untuk ketemu Sekda oleh wakil bupati. Kami dibantu uang 50 juta. Tapi itu kami pakai carter pesawat turunkan bama ke sana,” jelas Naman.
Musibah kelaparan itu katanya akibat curah hujan yang tinggai membuat semua bahan makanan membusuk. Karenanya kesulitan mendapat makanan hingga mengalami sakit dan meninggal dunia.
“Sampai sekarang kami masih butuh bantuan dari semua pihak terutama dari pemerintah dan pemerhati kemanusiaan. Kalau nama-nama korban meninggal dan yang sakit akan kami infokan dalam waktu dekat,” imbuhnya. []