Para pemuda bersama kepala suku Siriwo, Mapia, Piyaiye, Topo, Wanggar (Simapitowa) rayon Nabire usai bersihkan kawasan tapal batas tanah adat suku Mee dan suku Wate di bukit Rindu, Nabire, Papua Tengah, Sabtu (11/1/2025) siang. (CR1 - Suara Papua)
adv
loading...

NABIRE, SUARAPAPUA.com — Kepala suku Simapitowa rayon Nabire Markus Butu bersama sejumlah pemuda asal 11 distrik membersihkan kawasan tapal batas adat antara suku Wate dengan suku Mee di bukit rindu, Nabire, Papua Tengah, Sabtu (11/1/2025) pagi.

Musa Boma, salah satu tokoh intelektual peduli alam dan manusia di provinsi Papua Tengah, mengatakan, kegiatan pembersihan lokasi tersebut dimulai pada Pukul 9.23 WP.

Baca Juga:  Gubernur Papua Tengah Desak Jakarta Tidak Kebiri Otsus

“Tujuan kami membersihkan tapal batas adat ini karena jangan sampai wilayah ini diambil oleh orang lain, atau jangan sampai perusahaan ilegal masuk. Kami tidak mau hal itu terjadi, sehingga tadi pagi kami datang ke sini untuk bersihkan,” kata Musa.

Boma menyatakan, tanah ini satu kekayaan yang diberikan Tuhan kepada setiap suku bangsa dan tidak bisa habis sepanjang masa. Oleh karenanya, wilayah perbatasan juga wajib dijaga agar tidak ada perampasan tanah adat oleh siapapun.

Baca Juga:  Solidaritas Merauke Dideklarasikan, Ini Isinya!

“Tuhan berikan tanah ini kepada kita untuk kita jaga,” ujarnya.

ads

Untuk itu, Musa Boma mengajak semua pihak tetap peduli terhadap alam dan lingkungan agar tetap terlestari.

“Pekerjaan pembersihan lokasi ini masih berlanjut, sehingga saya minta dengan hormat kepada siapapun, baik pegawai negeri sipil, pengusaha, pemuda, rakyat asal dari 11 distrik hadir pada saat kerja nanti,” tutur Boma. []

Baca Juga:  KSTHMP Ingatkan Kepala Daerah yang Dilantik Wajib Berpihak Pada Masyarakat Adat dan Lingkungan
Artikel sebelumnyaDari Pengungsian di Distrik Oksop: Lansia Meninggal, Ibu Hamil Bersalin di Tengah Hutan
Artikel berikutnyaBangsa Sawit!