Nasional & DuniaPM Selandia Baru Desak TPNPB Bebaskan Pilot Phillip Mehrtens

PM Selandia Baru Desak TPNPB Bebaskan Pilot Phillip Mehrtens

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Sudah enam bulan berlalu, pilot Phillip Mark Mehrtens masih dalam dekapan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pimpinan Egianus Kogeya di wilayah kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.

Christopher John Hipkins, Perdana Menteri Selandia Baru, mengatakan, pihaknya telah mengajukan permohonan langsung kepada TPNPB untuk membebaskan pilot Phillip Mehrtens dari tawanan di belantara Papua.

Berbicara kepada wartawan di Auckland, Rabu pagi (9/8/2023), Hipkins menyatakan sekali lagi mendesak para penyandera untuk segera membebaskan pilot tersebut.

“Sama sekali tidak ada pembenaran untuk menyandera,” ujar Hipkins, dilansir Stuff.

Sudah setengah tahun sejak disandera, Phillip Mehrtens belum melihat keluarganya.

“Semakin lama Phillip Mehrtens ditahan, semakin besar resiko terhadap kesejahteraan dan semakin sulit bagi dia dan keluarganya.”

Baca Juga:  Paus Fransiskus Segera Kunjungi Indonesia, Pemerintah Siap Sambut

Hipkins mengatakan, Phillip Mehrtens adalah “ayah dan suami yang sangat dicintai anak dan istrinya”. Dia juga selama ini membantu mengangkut masyarakat dari dan ke daerah terpencil di Papua, Indonesia.

Menurutnya, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan (MFAT) terus bekerja sama dengan otoritas Indonesia untuk mencapai resolusi damai.

“Saya ingin sekali lagi memberikan dukungan kami kepada keluarga Phillip Mehrtens, mengakui ini adalah waktu yang sangat sulit bagi mereka, dan kami akan terus melakukan apa yang kami bisa untuk membawanya pulang,” tutur Chris Hipkins.

Sementara itu, Sebby Sambom, juru bicara kelompok pemberontak (TPNPB) mengatakan kepada Stuff pada hari Rabu bahwa Phillip Mark Mehrtens masih hidup dan sehat.

Baca Juga:  Pacific Network on Globalisation Desak Indonesia Izinkan Misi HAM PBB ke West Papua

Kata Sebby, pilot berkebangsaan Selandia Baru itu diberi makanan “organik”. Hanya agak frustrasi dan khawatir tentang keluarganya setelah sekian lama disekap di hutan.

Dalam sebuah video pada April lalu, Stuff memilih untuk tidak publikasikan, Mehrtens mengaku sangat khawatir tentang keluarganya dan meminta majikannya untuk mengatur gaji yang terhutang kepadanya untuk dibayarkan langsung kepada istrinya, sehingga dia dapat membayar untuk makanan dan tagihan.

Phillip Mehrtens yang emosional meminta keluarganya untuk tidak mengkhawatirkannya.

“Aku mencintaimu dan sangat merindukan kalian berdua. Aku memikirkanmu setiap hari. Cobalah untuk tidak mengkhawatirkanku,” kata Mehrtens.

Dapat dipahami bahwa Phillip Mehrtens dibesarkan di gereja Kristus dan menjalani pelatihan pilot pertamanya di Akademi Penerbangan Internasional di Bandara Christchurch pada tahun 2007 sebelum bekerja di luar negeri selama delapan tahun.

Baca Juga:  PBB Memperingatkan Dunia yang Sedang Melupakan Konflik Meningkat di RDK dan Rwanda

Mehrtens menerbangkan pesawat milik sebuah perusahaan penerbangan swasta di Indonesia, Susi Air ketika dia diculik. Susi Air, sebuah perusahaan yang pertama kali dia bekerja setelah menyelesaikan sekolah penerbangan, sebelum kembali ke Selandia Baru pada tahun 2016.

Pilot asal Selandia Baru itu disandera kelompok Egianus Kogeya di runway lapangan terbang Paro, distrik Paro, kabupaten Nduga, 7 Februari 2023. Pesawat Susi Air juga turut dibakar. Hingga kini, sudah enam bulan, Phillip Mark Mehrtens masih disekap di rimba Ndugama. []

Sumber: stuff.co.nz

Terkini

Populer Minggu Ini:

Diduga Dana Desa Digunakan Lobi Investasi Migas, Lembaga Adat Moi Dinilai...

0
"Tim lobi investasi migas dibentuk secara sepihak dalam pertemuan itu dan tidak melibatkan seluruh elemen masyarakat adat di wilayah adat Klabra. Dan permintaan bantuan dana tidak berdasarkan kesepakatan masyarakat dalam musyawarah bersama di setiap kampung. Maka, patut diduga bahwa dana tersebut digunakan untuk melobi pihak perusahaan," tutur Herman Yable.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.