SORONG, SUARAPAPUA.com — Masyarakat distrik Klaili meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) kabupaten Sorong segera bertanggungjawab atas pekerjaan peningkatan ruas jalan Klaili-Kwakeik yang dikerjakan hanya setengah oleh pihak kontraktor.
Pilemon Ulimpa, koordinator masyarakat peduli pembangunan distrik Klaili, menegaskan, pekerjaan peningkatan ruas jalan Klaili-Kwakeik di distrik Klaili, kabupaten Sorong, dipalang karena diduga tidak sesuai dengan kontrak.
Proyek peningkatan ruas jalan Klaili-Kwakeik dengan nomor kontrak 620/2578/KONT/MIGAS OTSUS/2022 harusnya dikerjakan sepanjang 8 Km, tetapi faktanya hanya sepanjang 4 Km.
“Proyek jalan ini seharusnya delapan kilometer. Tapi yang dikerjakan hanya empat kilometer saja. Masyarakat kecewa karena itu, dan sudah palang di ruas jalan,” katanya kepada suarapapua.com di Aimas, Selasa (13/12/2022).

Ulimpa telah berkoordinasi dengan pihak pemenang tender yakni PT Panca Duta Karya Abadi (PDKA) untuk meminta penjelasan. Tetapi, kontraktor mengaku tak ada anggaran untuk selesaikan.
“Tanggal 11 Oktober 2022 kami bertemu dengan salah satu pimpinan lapangan dari PT PDKA, katanya belum ada anggaran, sementara ruas jalan itu yang dikerjakan tahun 2021 belum mendapatkan bayaran dari PUPR kabupaten Sorong kepada perusahaan,” ujar Ulimpa.
Tanggal 4 November 2022, kontraktor memasang plang pekerjaan, tetapi tidak kerjakan ruas jalan sepanjang 4 Km. Kata Pilemon, pihak kontraktor hanya melakukan aktivitas penimbunan material di beberapa titik yang dianggap rusak.
“Hanya timbun jalan rusak yang selama ini dikerjakan saja. Kontraktor tidak selesaikan empat kilo yang belum dikerjakan itu,” imbuhnya.

Ayub Salamolo, sekretaris masyarakat peduli pembangunan distrik Klaili mempertegas pernyataan Ulimpa. Katanya, pemalangan tersebut tidak akan dibuka sebelum ada jawaban pasti terkait proyek peningkatan ruas jalan Klaili-Kwakek.
“Palang tidak akan dibuka sampai kami dapat tanggapan serius dari PT PDKA dan pemerintah kabupaten Sorong,” ujar Ayub.
Pantauan suarapapua.com di lokasi pekerjaan tampak sebuah ekskavator dan buldoser dipalang dengan menggunakan tradisi adat suku Moi.
Pewarta: Reiner Brabar
Editor: Markus You