MANOKWARI, SUARAPAPUA— Masyarakat Kampung Dobut, distrik Manokwari Selatan, Manokwari, Papua Barat selama empat tahun menghirup asap limbah pabrik semen maruni.
Kepala Kampung Dobut, Septinus Aibu mengungkapkan, warga Dobut tinggal berdekatan langsung dengan pabrik semen selalu menghirup asap limbah pabrik sehingga sempat terjadi korban beberapa tahun belakangan ini.
“Ini baru baik-baik. Kemarin asap hitam tebal keluar terus bunyi besar dari cerobong, wilayah ini kita tidak lihat jelas bahkan tehel dan lantai semen di rumah yang kita injak ini hitam seperti sisa bakar ban, anak-anak bayi itu ada yang sesak nafas karena asap yang sangat tebal. Hampir seluruh warung makan yang berada disekitar Dobut bangkrut karena masyarakat tidak bisa makan,” ungkapnya kepada suarapapua.com, Sabtu, (30/11/2019).

Kata dia, ia sempat menyurati perusahaan namun pihak perusahaan tidak tanggapi dan demikian juga pemerintah.
“Tahun 2015 sampai 2017 naik tapi tidak terlalu. Sekarang 2019 ini baru asap tebal. Kita sudah surati Bapenda Papua Barat dan Gubernur. Kami minta supaya mereka berusaha asap pabrik ini turun sedikit atau lokasinya dipindahkan dari pemukiman warga,” katanya.
Menurutnya, jika dibiarkan maka masyarakat di kampung Dobut akan selalu menjadi korban. Jika perusahaan tidak ingin memindahkan lebih baik kurangi asap kemudian beri uang berobat bagi masyarakat setiap bulan.
“Perusahaan harus memberikan uang berobat 10 juta perbulan untuk mengantisipasi kalau ada masyarakat yang sakit uang itu yang kita pakai buat berobat dari pada seketika masyarakat semua sakit berapa banyak uang yang harus Pemerintah dan perusahaan keluarkan perobatan mereka,” katanya.

Septinus mengatakan jika hal ini tidak indahkan maka dia akan memerintahkan masyarakat palang perusahaan.
“Kita tidak akan pindah. Ini tempat satu-satunya yang kita tinggal, mau ke gunung jangan sampai longsor, kita mau kemana lagi semua tempat sudah penuh,” katanya.
Kepala puskesmas Maripi, Ayub Mansim saat dikonfirmasi mengatakan tiga kampung yang bersampingan dengan perusahaan mulai sejak perusahaan berdiri sampai saat ini belum ada masyarakat yang menderita penyakit-penyakit berat.
“Keluhan dari masyarakat yang kita temui penyakit Ispa, Malaria dan penyakit kulit. Itu saja kita tangani sama seperti sebelum perusahaan berdiri. Kita tidak tau kedepannya baru kita rasakan, sementara masih seperti biasa,” katanya.
Ayub mengatakan pihaknya selalu melakukan sosialisasi disekitar wilayah kerja tentang serangan penyakit yang terjadi dan cara mengatasinya.
“Bukan kita minta tapi kedepannya pasti ada ancaman. Maka langkah pencegahan perlu dilakukan,” katanya.
Pewarta : SP-CR14
Editor : Arnold Belau