JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Insiden jatuhnya pesawat Kodiak K-100 PK-MEC, milik penerbangan Mission Aviation Fellowship (MAF) di Danau Sentani, Jayapura, Papua, Selasa (12/5/2020) membawa khabar duka bagi sebagian orang Papua, terutama mereka yang selama ini terlayani oleh pesawat misi ini.
Nathan Pahabol, Anggota Komisi V DPRP Papua kepada suarapapua.com mengaku berduka atas jatuhnya pesawat MAF di Danau Sentani, yang selama ini melayani orang Papua di tanah Papua.
“Bagi Orang Asli Papua di pegunungan, di rawah dan pedalaman Papua, kecelakaan pesawat MAF ini serasa seperti meninggalnya anak dalam suatu keluarga. Mengapa? Karena awal kehadiran penerbangan ini dengan misi pelayanan yang mulia menjangkau daerah terisolir dan hal ini telah mereka buktikan,” kata Nathan Pahabol mengisahkan bagaimana MAF mengawali pelayanan ke daerah Yalimu.

Ia mengatakan, MAF telah memberikan kontribusi pelayanan yang besar bagi kemajuan pekabaran injil, kesehatan, pendidikan dan sosial bahkan pemerintahan di daerah pedalaman Papua. Oleh karena itu ia katakan, MAF dengan misinya selalu ada di hati rakyat Papua, terutama masyarakat pedalaman yang selama ini dilayani.
Nathan mengatakan, ketika mendengar khabar jatuhnya pesawat MAF ini, banyak orang terkejut dan heran. Sebab diketahui, MAF dalam sejarah pelayanan di Papua, selalu teliti dan penuh tanggungjawab.
“Kami berdoa agar Tuhan Yesus menolong dan menguatkan keluarga Pilot (Joice Lin) dalam musibah ini. Semua ini terjadi dalam tangan Tuhan. Pihak MAF tetap kuat hati untuk terus melayani.
Serupa juga disampaikan Piter, seorang warga Yahukimo bahwa dirinya perna bertemu Joice Lin, pilot pesawat MAF yang jatuh di Sentani, Papua.
“Saya perna ketemu di Bandara Udara Nob Goliat Dekai Yahukimo saat hendak melayani pelayanan gereja ke Pasema. Saya turut berduak cita,” kata Piter.
Pewarta: Elisa Sekenyap