Felix Semu Terapkan Ilmu Bisnis dengan Usaha Es Jeruk

0
2194

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Tak mau berharap kemurahan hati orang tua, usaha mandiri mulai dirintis untuk dapat membiayai perkuliahannya dan berharap terus berlanjut sebagai lahan pekerjaan yang menginspirasi sesama lain.

Itulah yang dilakukan Felix Semu, mahasiswa Fakultas Ekonomi di Universitas Ottow Geissler Papua. Ia berjualan es jeruk di kota Jayapura. Usaha ini dimulainya sejak dua tahun lalu.

ā€œSaya mendapat ilmu pengetahuan tentang bisnis dari dosen di kampus dan saya mencoba aplikasikan langsung dengan berwirausaha,ā€ katanya saat diwawancarai tiga mahasiswa magang Stikom Muhammadiyah Jayapura, Selasa (29/10/2019) pekan lalu.

Felix Semu tercatat sebagai mahasiswa semester 8 pada jurusan Ekonomi Pembangunan UOG.

ā€œBelajar tentang bisnis di kampus, kemudian saya lebih khusus fokus untuk berwirausaha dengan mengikuti kelas-kelas khusus dari Garap (Gabungan wirausaha muda Papua). Saya mencoba dengan usaha ini sejak tahun 2017,ā€ jelasnya.

ads

Bagi Felix, ilmu saja tak cukup. Motivasi dari orang ia anggap sangat membantu mewujudkan impiannya.

ā€œSaya merasa bersyukur karena pernah mendapat motivasi yang luar biasa dari pak Alo Jufuway. Kami mendapat motivasi, dan salah satu kadernya saya sekarang sudah bisa berjualan.ā€

Baca Juga:  180 Pelaku UMKM di Kota Sorong Mendapatkan Bantuan Modal Usaha

Ia asal dari Sukikai, kabupaten Dogiyai. Ayahnya fokus ternak babi sembari kerja sebagai Penyuluh Pertanian. Mamanya seorang ibu rumah tangga.

Awalnya, Felix akui berjualan keliling kota Jayapura. ā€œWaktu itu saya belum mendapat tempat jual.ā€

Felix pernah berjualan es jeruk di kawasan Hamadi. Saat ada acara besar di beberapa tempat, ia hadir berjualan.

ā€œSaya sempat ketemu seorang teman, namanya Jerko. Waktu itu dia sarankan saya berjualan di lingkungan kampus FKM, dan saya jualan di sini sejak bulan Januari,ā€ kata Felix.

Dominikus Boga, salah satu mahasiswa asal Dogiyai di kota Jayapura, menilai usaha yang dilakukan Felix Semu sangat menginspirasi anak-anak muda.

ā€œDari Felix Semu kita bisa belajar bagaimana orang berusaha. Dia menciptakan lapangan kerja sendiri daripada menunggu kiriman dari orang tua saja,ā€ ucapnya.

Hasil usaha tersebut menurutnya, bisa dipakai untuk bayar uang kuliah, indekos, dan kebutuhan sehari-hari. ā€œHebatnya itu di situ. Saya jempol sama saudara Felix Semu.ā€

Boga merasa tertantang. Ia bahkan mengajak generasi Papua untuk mulai mencoba dengan usaha yang paling kecil. ā€œOrang asli Papua harus bisa kuasai bidang yang satu ini. Jangan malu jualan di atas tanah air sendiri.ā€

Baca Juga:  Tak Malu Jual di Pinggir Jalan, Decon Way Bangga Bersaing dengan Pendatang

Setelah rutin jualan es jeruk, Felix menilai cara bisnis orang Papua beda dengan warga pendatang. Orang Papua menurutnya lebih memilih berjualan pinang dan sejenisnya.

ā€œKita harus beda dengan yang lain. Satu hal lagi, kita perlu curi ilmu. Melihat teman-teman pendatang, kita jangan marah dan sebagainya, tetapi ilmu dari mereka itu perlu diamati baik-baik agar kemudian kita juga coba. Memang awalnya kita akan ragu dan sebagainya. Tetapi kalau kita sudah mencoba dengan baik, pasti kita bisa,ā€ tuturnya.

Felix Semu berpose dengan tiga mahasiswa STIKOM yang sedang magang di suarapapua.com usai praktik wawancara, Selasa (29/10/2019) lalu. (IST -SP)

Felix memilih berwirausaha agar memberi inspirasi bagi yang lain. Usaha yang dirintisnya memotivasi untuk merubah pola pikir dan gaya berbisnis.

ā€œTeman-teman mahasiswa tidak harus menunggu sampai sarjana baru mau pikir kerja dengan buka usaha dan lain-lain. Sebaiknya mulai coba dari sekarang. Ya, awalnya rasa malu. Itu biasa. Semua orang sudah pernah alami.ā€

Ia juga menceritakan pembagian waktu antara kuliah dan usahanya.

ā€œKetika di kampus ada jadwal kuliah berarti semua bahan jualan kalau tidak ada yang jaga, saya simpan. Pokoknya saya kerja santai, rileks saja.ā€

Baca Juga:  Masyarakat Kampung Munswor Panen Jagung Perdana

Felix sebelum berjualan, sudah bangun sejak jam 4 atau paling telat jam 5 pagi. Ini karena di pasar Youtefa biasa saling rebut dengan para pedagang pendatang.

ā€œBiasanya sebelum beli bahan-bahan, saya alokasikan dari hasil yang saya dapat dalam sehari. Memang kadang belum cukup untuk beli bahan. Itu biasa. Bagi saya, itu bukan bagian dari tantangan besar,ā€ tuturnya.

Hasil usaha yang didapat selama 2 atau 3 hari berkisar Rp300.000. ā€œItu pun stok atau bahan-bahan semuanya habis, saya beli lagi.ā€

Usaha biasa mulai berjualan dari jam 10 siang, kadang Ā juga jam 11 siang.

ā€œSaya bersyukur, sekarang ada langganan khusus dari Arso, sudah dua orang Jawa mitra kerja saya. Tinggal saya telepon saja.ā€

Felix berpesan agar tak sombong diri dengan keberadaan usaha orang tua selama belum mencoba menikmati hasil keringat sendiri.

ā€œTeman-teman mulai coba dari sekarang. Kita jangan nonton saja ketika orang lain melakukan sesuatu. Kita harus coba juga dengan apa yang mereka lakukan,ā€ harap Felix.

Pewarta: Ayub Lengka, Apinus Tabuni, Yulianus Yeimo
Editor: Markus You

Artikel sebelumnyaBerkah Kelapa Muda di Skyline
Artikel berikutnyaPemkab Tambrauw Diminta Bangun Asrama Mahasiswa diĀ  Jayapura