BeritaPresiden Asosiasi Sepak Bola Port Villa Menuntut Laporan VFF

Presiden Asosiasi Sepak Bola Port Villa Menuntut Laporan VFF

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— “Kami tahu sesuatu terjadi di kamp di sini dan ketika mereka pergi ke Qatar, jadi kami membutuhkan laporan terbaru. Ini adalah kata-kata yang menjadi perhatian para eksekutif PVFA,” kata Presiden Asosiasi Sepak Bola Port Villa (PVFA) Vanuatu, Andrew Leong.

Andrew Leong menuntut laporan tim nasional dari Federasi Sepak Bola Vanuatu, karena 21 pemain di tim nasional berasal dari PVFA.

Baca Juga:  Sertijab Bupati Paniai, Martha Pigome: Setiap Pemimpin Ada Masanya

Wakil Presiden PVFA Harry Attison berbagi kekecewaan asosiasi terhadap tim nasional.

“Mayoritas pemain ini berasal dari PVFA, sehingga presiden PVFA membutuhkan laporan tim setelah mereka kembali,’ tukas Harry.

“Kami tahu sesuatu telah terjadi ketika mereka berada di kamp di sini dan ketika mereka pergi ke Qatar, jadi kami membutuhkan jawaban yang pasti,” kata Attison.

Baca Juga:  Skuat Persido Dogiyai Siap Tampil di Liga 4 PSSI Papua Tengah

Pernyataan kekecewaan ini muncul ketika Timnas Vanuatu tidak bisa bertanding karena hampir sebagian besar pemainnya yang berasal dari klup di Port Villa terpapar Covid, ketika hendak bertanding melawan Tahiti pada pekan kemarin. Mereka tidak bisa bermain.

Konfederasi Sepak Bola Oseania mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mayoritas skuat tim Vanuatu telah dites Covid dan dinyatakan positif melalui RAT sesaat sebelum berangkat ke stadion.

Baca Juga:  YBA Papua Gelar Simposium Perencanaan Pembuatan Perda Masyarakat Adat

“Vanuatu tidak akan memiliki cukup pemain untuk menurunkan tim,” kata organisasi itu.

Pertandingan ini merupakan pertandingan perdana mereka melawan Tahiti yang mengakibatkan Vanuatu masih bertengger di posisi juru kuci grup A tanpa poin.

 

Editor: Elisa Sekenyap

Terkini

Populer Minggu Ini:

Viral! Petinggi NRFPB Datangi Sejumlah Instansi Pemerintah Hingga Kepolisian di PBD

0
“Ada dua surat termasuk kajian akademik tentang latar belakang konflik politik identitas di Tanah Papua kurang lebih 60 tahun ini harus diselesaikan dengan damai antara NRFPB dengan NKRI untuk mewujudkan kehidupan damai sejatera bagi semua orang di atas negeri ini,” kata Goram.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.