Tanah PapuaLa PagoAparat Kepolisian Diminta Segera Tangani Konflik Antara Masyarakat Asolokobal dan Wouma

Aparat Kepolisian Diminta Segera Tangani Konflik Antara Masyarakat Asolokobal dan Wouma

Editor :
admin

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Aparat keamanan dalam hal ini pihak Kepolisian di Polres Jayawijaya Provinsi Papua Pegunungan untuk segera mengamankan situasi konflik perang suku yang terjadi sejak 11 Juni 2024 di sekitar distrik Wouma, Kabupaten Jayawijaya.

Pernyataan itu disampaikan Paskalis Kossay, salah satu tokoh Papua Pegunungan pada, Jumat (14/6/2024).

Kata Kossay, konflik yang meletus sejak, Senin 11 Juni 2024 itu telah menelan sejumlah korban jiwa dari kedua belah pihak yang bertikai.

Namun demikian, sejak terjadi konflik hingga hari ini aparat keamanan belum juga mengamankan kedua belah pihak.

“Jika aparat keamanan tidak segera turun pengamanan di lapangan, tentu konflik akan berkepanjangan, olejh sebab itu aparat untuk segera mengambil tindakan,” kata Kossay.

Dikatakan, jika konflik ini tidak segera ditangani atau didamaikan, implikasinya akan meluas. “Karena itu segera turun dan lokalisir mendamaikan kedua kelompok yang sedang bertikai ini.”

Baca Juga:  Kata Para Tokoh dan Aktivis Terkait Gerakan “All Eyes on Papua”

“Demikian juga mohon peranan para tokoh masyarakat untuk meredam emosi masyarakat . Membantu pemerintah menjadi mediator untuk penyelesaian masalah perang suku ini dengan mencari jalan damai,” harapnya.

Serupa disampaikan Zhelsius Henius Asso, salah satu pemuda Huwula, yang mana ia minta agar pihak Polres Jayawijaya untuk menindak aktor-aktor dibalik pecahnya konflik ini.

Henius menyarankan agar aparat kepolisian menangkap para aktor lalu memproses mereka sesuai hokum positif sebagai bentuk pertanggung jawaban atas perbuatannya.

“Jangan terus pelihara setiap persoalan dengan penyelesaian dengan bayar membayar dengan ternak dan uang. Karena apapun alasannya, yang jadi korban adalah nyawa manusia yang tidak bisa disandingkan dengan ternak dan nilai uang. Oleh sebab itu aparat segera bertindak dan memproses para pelaku sebelum konflik ini meluas dan memakan korban,” tukas Henius.

Baca Juga:  Alpius Yigibalom Fokus Usai Serah Terima Jabatan Pj Bupati Lanny Jaya

Ia kuatir jika terjadi pembiaran, maka kasus serupa akan terus meluas dan akan menjadi kebiasaan serta konflik terus tumbuh.

“Saya sampaikan ini berdasarkan banyak pengalaman. Kita saksikan ada kelompok-kelompok tertentu yang manfaatkan setiap peristiwa yang terjadi untuk menjadikan lahan bisnis untuk mencari makan dengan bangun isu ke sana kemari.”

“Dengan demikian kami minta aparat kepolisian dalam hal ini Polres Jayawijaya untuk untuk segera bertindak tegas pada aktor-aktor yang melakukan pemalangan dan juga penyerangan sesuai hukum yang berlaku demi terciptanya kedamaina dalam masyarakat untuk terus hidup sebagaai masyarakat yang cinta damai dan melaksanakan segala aktifitas secara damai,” ujarnya.

Baca Juga:  Menjadi Bapak Bagi Semua Calon Kandidat Bupati Lanny Jaya

Ia juga menyatakan, kasus ini segera diselesaikan karena jaman ini bukan seperti jaman dulu, jaman yang yang sudah berubah dan maju. Oleh sebab itu harus berpikir lebih baik, dan logis, supaya menghindari hal-hal yang tidak perlu terjadi.

Awal Konflik
Peristiwa tersebut berawal dari kasus lakalantas yang terjadi beberapa bulan lalu di Megapura distrik Assolokobal. Penyelesaian kasus tersebut telah diselesaikan, namun para pihak nampaknya tidak terima atas proses itu, sehingga buntutnya terjadi pemalangan di Wouma distrik Wouma Kabupaten Jayawijaya.

Akibatnya terjadi konflik antara masyarakat distrik Asolokobal dengan masyarakat distrik Wouma, Kabupaten Jayawijaya yang memakan sejumlah korban.

Terkini

Populer Minggu Ini:

Human Rights Monitor Update Pengungsian Ribuan Warga Bibida Kabupaten Paniai

0
Masyarakat meninggalkan rumah mereka karena takut dengan operasi pasukan keamanan dan kekerasan bersenjata antara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan pasukan keamanan Indonesia.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.