Sejumlah warga distrik Bibida, kabupaten Paniai, Papua Tengah, sedang berjalan kaki tinggalkan rumah dan kampung halaman menghindari dampak dari kontak tembak antara TPNPB dan TNI-Polri. (Ist)
adv
loading...

JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Kampung Kugapa dan Ugidimi di distrik Bibida, kabupaten Paniai, Papua Tengah, saat ini dikabarkan kosong tanpa penghuni. Sejak hari Jumat sore (14/6/2024), warga masyarakat Bibida telah mengungsi ke tempat lain yang dianggap aman.

Menyusul pengejaran kelompok TPNPB OPM oleh aparat gabungan TNI-Polri pasca pembunuhan seorang sopir taksi baru-baru ini di ruas jalan Enarotali-Bibida, tepat di kampung Kopo, warga sipil ketakutan hingga harus mengungsi.

Informasi yang diperoleh media ini, masyarakat Bibida memilih mengungsi ke Pastoran Paroki Salib Suci Madi. Mereka berjalan kaki dari Bibida menuju Gereja Katolik Madi disambut Dewan Paroki bersama Pastor Herman Betu, Pr.

Dalam dua kali warga Bibida datang ke Pastoran Madi, jumlahnya sudah ratusan orang.

Kehadiran pasukan militer di Bibida merupakan perintah pusat. Kata Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) III, Letjen TNI Richard Tampubolon, dilansir antaranews.com, Sabtu (15/6/2024), merespons beberapa kejadian yang dilakukan kelompok Undius Kogoya, aparat keamanan diturunkan ke distrik Bibida untuk mempersempit ruang gerak dari kubu berseberangan ideologi.

ads

“Sebelumnya distrik Bibida memang mereka kuasai, tetapi bersyukurlah sekarang TNI sudah ambil alih. Kita berharap, keamanan di wilayah itu pulih kembali,” ujar Richard.

Seruan Pemuda Katolik

Situasi tidak kondusif selama dua bulan terakhir perlu disikapi segera karena warga masyarakat Bibida bahkan kampung sekitarnya sudah tidak nyaman lagi untuk tinggal di rumah mereka. Perlu penanganan dengan pendekatan persuasif agar warga sipil tidak korban dalam konflik bersenjata antara TPNPB OPM dan TNI-Polri.

Baca Juga:  Seruan Selamatkan Hutan Papua Melalui Kampanye “All Eyes on Papua”

Demikian antara lain permintaan Pemuda Katolik Komisariat Daerah (Komda) Papua Tengah, dalam pernyataan tertulisnya menanggapi gelombang pengungsian warga distrik Bibida.

Tino Mote, ketua PK Komda Papua Tengah, mengatakan, presiden Joko Widodo bersama Panglima TNI dan Kapolri didesak untuk segera mencari solusi damai guna menyelesaikan konflik di Papua, termasuk situasi terkini di distrik Bibida, kabupaten Paniai.

“Pihak TNI-Polri dan TPNPB OPM harus menahan diri agar tidak mengorbankan masyarakat sipil di distrik Bibida,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima suarapapua.com, Sabtu (15/6/2024).

Selain itu, Pemuda Katolik juga minta peran penting pemerintah kabupaten Paniai dan provinsi Papua Tengah cepat mengatasi situasi di Bibida agar suasana damai pulih kembali, sehingga warga bisa  pulang ke kampung halaman mereka.

Warga distrik Bibida ada di gedung gereja Katolik Paroki Salib Suci Madi yang masih tahap pembangunan. (Dok. Pemuda Katolik Papua Tengah)

Situasi yang tercipta diakui Tino, menyulitkan warga Bibida beraktivitas lagi. Sebaliknya, karena takut dan trauma dengan pengalaman masa lalu, seluruhnya terpaksa tinggalkan rumah.

“Semua pihak, pemuka gereja, tokoh masyarakat, pemuda, perempuan, para pegawai, ikut menjaga Kamtibmas serta mendukung upaya penanganan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Paniai,” tuturnya.

Memulihkan kembali situasi normal agar warga aman beraktivitas adalah tugas bersama semua pihak. Untuk itu, Pemuda Katolik mengajak partisipasi aktif semua kalangan untuk menyudahi permasalahan.

Baca Juga:  Ini Keputusan Berbagai Pihak Mengatasi Pertikaian Dua Kelompok Massa di Nabire

Selamatkan Umat Tuhan

Pastor Herman Betu juga senada, situasi aman kembali harus diupayakan agar umat Tuhan pulang ke rumah mereka, tidak lagi berlama-lama di tempat pengungsian.

Warga masyarakat yang tengah ditampung di gedung gereja yang belum tuntas dibangun itu, menurut Pastor Herman, memang umatnya yang ada di dua stasi: Ugidimi dan Bibida.

Dari sisi wilayah pastoral, distrik Bibida masuk dalam Paroki Salib Suci Madi. Pusat paroki Madi terletak di kota Madi, tepat berhadapan dengan kantor bupati Paniai.

Sejumlah warga dari distrik Bibida sedang mengungsi ke Paroki Madi. (Ist)

Bantuan Kemanusiaan

Menyusul pengungsian itu, penjabat bupati Paniai Dr. Martha Pigome turun menjumpai warganya di Gereja Katolik Madi.

Martha setelah menyampaikan sejumlah informasi mengenai upaya yang dilakukan pemerintah daerah atas situasi di Bibida, menyerahkan sejumlah bantuan kepada warga di pengungsi.

Bantuan kemanusiaan itu antara lain bahan makanan (Bama), uang senilai Rp100 juta dan sejumlah sarana yang dibutuhkan warga saat darurat seperti tenda, kasur, selimut, dan lainnya.

Penjabat bupati Paniai Dr. Martha Pigome saat menyerahkan bantuan kemanusiaan kepada warga distrik Bibida yang diterima Pastor Herman Bety, Pr. (Dok. Pemuda Katolik Papua Tengah)

Setelahnya, anggota DPRD bersama sekretariat dewan (Setwan) kabupaten Paniai juga mengantar bantuan kemanusiaan berupa Bama.

Marthen Tenouye, ketua komisi A DPRD Paniai bersama anggotanya Melianus Yatipai, didampingi staf Setwan Sem Pekei hadir di tengah warga pengungsi untuk berikan bantuan diterima langsung Pastor Herman Betu.

Sementara itu, PK Komcab Paniai telah membuka kotak donasi buat warga Bibida.

Baca Juga:  Situasi Kamtibmas di PBD Butuh Sinergi Bersama

Yunus Gobai, ketua karateker PK Komcab Paniai, mengatakan, donasi dapat disalurkan melalui nomor rekening untuk selanjutnya akan disalurkan langsung kepada warga terdampak di Pastoran Madi.

Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Santo Yusuf Enarotali bersama Putra-putri Altar juga melakukan hal sama. Begitupun langkah dari komunitas Anak Lahir Besar Enarotali (ALIE) yang merasa iba kepada saudara-saudarinya dari distrik Bibida.

Berapa Jumlah Pengungsi?

Warga distrik Bibida yang mengungsi belum diketahui pasti jumlahnya. Hampir semua telah tinggalkan rumah. Hanya beberapa orang saja yang memilih bertahan meski situasi mencekam.

Tino Mote mengaku belum mendapat data valid jumlah warga yang mengungsi ke Gereja Katolik Madi. Masih harus menunggu hasil pendataan Dewan Paroki Madi, sebab kemungkinan akan bertambah jumlahnya.

Dari dua kali rombongan besar warga Bibida mengungsi ke Pastoran Madi tercatat sudah lebih seratus orang.

Sebagian warga pengungsian dari distrik Bibida ada di gedung gereja Paroki Madi. (Dok. Pemuda Katolik Papua Tengah)

Sumber lain mengabarkan, sebagian warga Bibida memilih mengungsi ke Enarotali dengan menumpang perahu speedboat menyusuri kali Weya. Hanya belum dipastikan lokasi pengungsiannya. Mereka sedang menumpang di rumah-rumah kerabatnya di Enarotali dan sekitarnya.

Tidak hanya warga Ugidimi dan Kugapa, kabarnya sejumlah warga dari kampung tetangga seperti kampung Odiyai dan sekitarnya juga telah mengungsi.

Penduduk distrik Bibida terdiri dari dua suku: Moni dan Mee. []

Artikel sebelumnyaKNPB Gelar Aksi Pemasangan Lilin Mengenang 12 Tahun Kematian Musa Mako Tabuni
Artikel berikutnyaTPNPB Mengaku Telah Eksekusi Satu Anggota TNI di Sinak