Nenden Sekar Arum, Executive Director of Southeast Asia Freedom of Expression Network sedang menjelaskan materi tentang keamanan digital kepada anggota FJPI PBD di ruang Hotel Mariat, kota Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (6/7/2024). (Dok. FJPI PBD for Suara Papua)
adv
loading...

SORONG, SUARAPAPUA.com — Untuk mencegah kekerasan berbasis gender online (KBGO), jurnalis perempuan di provinsi Papua Barat Daya (PBD) dibekali ilmu keamanan digital.

Nenden Sekar Arum, Executive Director of Southeast Asia Freedom of Expression Network, menjelaskan, serangan digital adalah segala jenis serangan yang memanfaatkan teknologi digital baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Bahaya serangan digital bisa terjadi dalam dua puluh empat jam. Dimana pelaku serangan digital berasal dari mana saja dan tujuan serangan apa saja,” ujarnya saat membawakan materi tentang keamanan digital serta pencegahan dan penanganan KBGO untuk jurnalis perempuan dalam workshop “Stop KBGO untuk perempuan” yang berlangsung di hotel Mariat, kota Sorong, Papua Barat Daya, Sabtu (6/7/2024).

Baca Juga:  Fatayat NU dan HWDI Desak Pelaku Penculikan dan Pemerkosaan Ul Dihukum Maksimal

Kata Nenden, serangan digital memiliki bentuk yang sangat beragam. Dimana serangan digital semakin tidak terlihat, maka semakin berbahaya dan dampaknya tidak bisa diukur.

“Ada dua jenis serangan digital, yaitu serangan teknis dan psikologis. Serangan teknis contohnya phising, penyadapan, peretasan, DDos attack, robocall dan SMS masking. Sedangkan serangan psikologis, seperti pengungkapan data pribadi target, penyerbuan membabi buta pada unggahan, pembuatan akun tiruan dan pemidanaan terhadap target,” bebernya.

ads

Nenden menerangkan, dalam kasus KBGO, korban diancam akan disebar foto atau videonya jika tidak mengikuti keinginan pelaku. Bahkan ada juga yang foto atau video sudah disebar dan pelaku melakukan pemerasan terhadap korban.

Baca Juga:  Masyarakat di Kelurahan Saoka Minta Pemprov PBD Sediakan Bus untuk Anak Sekolah

Kata Nenden, kasus KBGO rentan terjadi pertama pada remaja usia 18 sampai 25 tahun. Kemudian pada usia anak 12 sampai 17 tahun, dan usia dewasa 26 sampai 45 tahun.

Oleh karena itu, lanjut Nenden, untuk menghindari terjadinya kasus KBGO, maka masyarakat khususnya jurnalis perempuan harus meningkatkan keamanan digital yang memiliki tiga komponen. Yakni teknologi, manusia dan kebijakan.

“Strategi dasar keamanan digital diantaranya kita harus mengurangi jejak digital, kendalikan yang bisa akses, lindungi aset, dan identitas kita. Kemudian kita harus bisa sembunyi dari pelacakan dan pilih program aplikasi yang lebih aman,” pintanya.

Baca Juga:  BERITA FOTO: Pembangunan SD di Kabupaten Tambrauw yang Mangkrak

Nenden juga menyampaikan beberapa prinsip dasar keamanan digital. Diantaranya personal dan kontekstual, lebih baik mencegah dari pada memulihkan, mau melawan kenyamanan, saling terkait satu sama lain dan mengubah perilaku.

“Kita bisa merespon kasus KBGO, yaitu dengan menyimpan barang bukti ancaman atau konten KBGO yang diviralkan. Kemudian buat kronologi, memutuskan komunikasi dengan pelaku, melakukan pemetaan resiko dan melaporkan ke platform digital,” tandasnya.

Dalam workshop hari kedua, Nenden mengajari cara meningkatkan keamanan digital baik melalui handphone maupun laptop. Seperti cara menginventarisir aset berupa email, facebook, instagram, twitter (X) maupun akun belanja lainnya. []

Artikel sebelumnyaTurlap ke Dua Distrik, Kepala DPMK Lanny Jaya Bagikan Alat Kerja
Artikel berikutnyaPameran Foto FJPI “We Work Too”, Lima Foto dari PBD Tentang Potret Mama-mama Papua Pekerja Keras