JAYAPURA, SUARAPAPUA.com— Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua melalu Bidang Paud dan Dikmas bekerjasama dengan Yayasan Sebarisan Honai Papua (YSHUA) gelar kegiatan pemberantasan Keaksaraan Dasar (KD) di Distrik Tinggi Nambut, Kalome, Waegi dan Distrik Ilu Kabupaten Puncak Jaya, Papua.
Kegiatan Pemberantasan Keaksaraan Dasar itu dilakukan selama satu bulan, dari tanggal 1 hingga 30 November 2019.
Elvis Siep, Sekertaris Yayasan Sebarisan Honai Papua mengakui, YSHUA memiliki empat bidang, yaitu bidang Pendidikan, Ekonom, Kesehatan, dan Sains.
Baca juga: Masyarakat Minta Pemkab Tambrauw Bangun Pustu di Kampung Baun
Dalam perjalanannya kata Siep, di Bidang Pendidikan, terutama pendidikan non formal mendapat kepercayaan dari Bidang Paud dan Dikmas Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua untuk menjalankan program pemberantasan Keaksaraan Dasar di empat distrik di Kabupaten Puncak Jaya.

“Kami punya visi yang besar untuk mewujudkan pemerataan pendidikan bagi semua orang, sehingga walaupun daerah Puncak Jaya merupakan daerah konflik, tetapi kami terima program ini dan kami jalankannya. Saat ini masih dalam tahap pengajaran,” kata Elvis kepada suarapapua.com, Jumat (15/11/2019) dari Wamena.
Siep menjelaskan, Yayasan Sebarisan Honai Papua mempunyai 30 orang tutor Keaksaraan Dasar yang mempunyai pengalaman di beberapa kabupaten di pegunungan tengah Papua.
Untuk kegiatan di Puncak Jaya, katanya pihaknya menurunkan 30 tutor tersebut yang dibagi ke empat distrik di Puncak Jaya.
Baca juga: Masyarakat Minta Pemkab Tambrauw Bangun Pustu di Kampung Baun
“Di Puncak Jaya, kami berlakukan waktu belajar di pagi hari dan sore selama 2-3 jam. Tempatnya di gedung gereja dan gedung sekolah, termasuk sejumlah rumah warga. Yang terlibat sebanyak seribu lebih orang. Kami menggunakan buku “99 Luisebuka” dan buku “My Wantok” yang disusun oleh tim tutor yayasan, sesuai dengan konteks budaya masing-masing tempat.”
Siep juga menjelaskan, selain pemberantasan buta aksara secara umum, tujuan lain yang amat penting adalah mempermudah masyarakat setempat untuk bisa membaca alkitab dan mengerti kebenaran akan Firman Tuhan.
“Warga belajar sangat antusias. Tantangan terberat kami adalah wilayah ini merupakan wilayah konflik suku karena jabatan politik, dan perang politik antara aparat Negara Indonesia dan pro Papua Merdeka. 2 minggu sebelumnya sempat terjadi perang suku yang mendukung kepala desa dan yang tidak, tetapi ketika tim turun semuanya berjalan normal-normal saja,” katanya.

Baca juga: Panja Sosialisasikan Perdasus No. 4 Tahun 2019 di Tambrauw
Oleh sebab itu ia berharap kepada pemerintah agar memperhatikan organisasi yang benar-benar menjalankan program langsung ke masyarakat, agar program betul bermanfaat. Karena menurutnya, sebelumnya program serupa perna ada, tetapi tidak ada pembaharuan sehingga tidak ada perkembangan.
Sementara, Kayus Soll, anggota yayasan mengakui bahwa pada tanggal 15 November 2019, pihak Paud dan Dikmen Dinas Pendidikan dan Pengajaran Provinsi Papua telah mengunjungi Kantor Yayasan Sebarisan Honai Papua, termasuk melihat ruang kelas Paud, TK dan SD YSHUA di Distrik Pikhe Kabupaten Jayawijaya.
“Ya betul, tim dari Paud dan Dikmen kunjungi kami. Jadi terima kasih untuk dukungan dan kerjasamanya,” ucap Kayus.
Pewarta: Elisa Sekenyap