ArsipHasil Referendum di Skotlandia, Kelompok Pro-Kemerdekaan Kalah

Hasil Referendum di Skotlandia, Kelompok Pro-Kemerdekaan Kalah

Senin 2014-09-22 15:06:45

PAPUAN, Inggris — Hasil referendum di Skotlandia, 18 September 2014 lalu, menempatkan pro-kemerdekaan sebagai pihak yang kalah, dengan demikian rakyat Skotlandia harus tetap bersama dengan Inggris.

Seperti dilaporkan beberapa media internasional, 32 daerah pemilihan di Skotlandia telah mengumumkan hasil pemungutan suaranya pada Jumat pagi, dan kelompok pro-kemerdekaan hanya meraih sekitar 45% suara.

 

Pihak “No”, atau yang menyatakan tidak ingin merdeka atau pisah dari Inggris, meraih kemenangan dengan perolehan lebih 1.914.187 suara.

 

Sedangkan pihak “Yes”, atau yang ingin merdeka dan bebas dari Inggris meraih 1.539.920 suara.

 

Kemenangan bisa diklaim hanya dengan 1.852.828 suara. Secara nasional, pihak “No” meraih kemenangan sekitar 55 persen.

 

Pemungutan suara tersebut merupakan puncak dari kampanye selama dua tahun. Pembicaraan kini akan beralih ke pelimpahan kekuasaan yang lebih besar untuk Skotlandia.

 

Menteri Pertama Skotlandia, Alex Salmond mengatakan, dia menerima kekalahannya, sebab referendum merupakan sebuah proses yang disepakati dan disetujui semua pihak.

 

“Mayoritas rakyat Skotlandia telah memutuskan ‘tidak’ pada tahap ini untuk menjadi sebuah negara merdeka,” katanya kepada para pendukungnya di Edinburgh, Skotlandia, seperti dilaporkan Kompas.com.

 

“Saya menerima putusan rakyat dan saya meminta semua rakyat Skotlandia untuk juga mengikuti, menerima keputusan demokratis rakyat Skotlandia,” tegasnya lagi.

 

OKTOVIANUS POGAU

Terkini

Populer Minggu Ini:

Mahasiswa Papua di Sulut Akan Gelar Aksi Damai Peringati Hari Aneksasi

0
“Jadi hasil akhir dari diskusi bahwa tanggal 1 Mey 2024 akan dilakukan aksi damai (aksi kampanye), sementara yang menjadi penanggung jawab dari aksi 1 Mei 2024 ini adalah organisasi KNPB Konsulat Indonesia yang dibawahi oleh saudara Agusten dan Kris sebagai coordinator lapangan,” jelas Meage.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.