ArsipDipalang Staf Tiga Minggu, Kantor Kemenag Jayawijaya Akhirnya Dibuka

Dipalang Staf Tiga Minggu, Kantor Kemenag Jayawijaya Akhirnya Dibuka

Selasa 2015-02-17 22:20:00

WAMENA, SUARAPAPUA.com — Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Agama Provinsi Papua, Janus Pangaribuan, Selasa (17/02/2015) siang, mengunjungi Kantor Kementerian Agama Jayawijaya, guna menyelesaikan kisruh yang terjadi antar staf dan kepala kantor beberapa waktu lalu.

Pangaribuan mengatakan, silang pendapat dalam sebuah organisasai merupakan hal yang sudah sering terjadi, karena itu wujud dari adanya demokrasi dalam organisasi tersebut.

 

“Jadi saya datang untuk berdiskusi untuk perbaikan persoalan kecil dalam kantor ini, sehingga menjadi satu visi dan misi yang sama untuk jalankan tugas kita." 

 

"Pemalangan yang terjadi beberapa hari lalu merupakan aspirasi staf. Kepala kantor disini telah minta untuk dimutasikan, saya hargai tawaran itu karena dia memiliki hak sebagai pegawai,” kata Pangaribuan, kepada wartawan usai pertemuan di aula Kantor Kemenag Jayawijaya, Selasa (17/2/2015) siang tadi.

 

Menurut Pangaribuan, Kepala Kemenag Jayawijaya akan segera dimutasi, dan kekosongan tersebut akan diisi oleh pejabat transisi untuk menjalankan tugas sementara, sambil menunggu pimpinan definitif.

 

Sementara untuk pejabat definif Kemenag Jayawijaya, Pangaribuan akan mengusulkan tiga nama ke Jakarta, karena Surat Keputusan (SK) harus dari Jakarta.

 

“Kami akan ajukan tiga nama dan itu yang memenuhi syarat, baik yang di Wamena, maupun dari daerah lain, sekarang tergantung pusat mau tunjuk siapa." 

 

"Bisa juga terjadi pergantian, mungkin dari tempat lain ke Wamena, dan dari Wamena bisa ketempat lain. Dan siapa secara spesifik belum bisa disampaikan sekarang,” ungkap Pangaribuan.

 

Pangaribuan juga menghimbau kepada staf di Kantor Kemenag Jayawijaya untuk memupuk kebersamaan dan saling memahami dalam situasi kerja.

 

“Kita dalam kan saling membutuhkan satu sama lain, jadi itu harus dibangun diantara staf dan utamakan pelayanan kepada umat di Wamena dan Pegunungan Tengah Papua secara umum, apalagi kami diberi tugas ini kan di kantor Agama, jadi kita harus kerja secara baik,” pungkasnya.

 

Sementara itu, perwakilan staf Kemenag Jayawijaya, Tinus Giban mengatakan, selama ini pimpinan di Kantor Kemenag Jayawijaya tidak melakukan tugasnya dengan baik, sebab selalu tertutup dari staf dan masyarakat. 

 

“Bagaimana kita di kantor Agama tidak benar mau bicara untuk umat. Karena itu kami akan ikuti prosesnya pergantian kepala Kemenag Jayawijaya, jika Kakanwil membuat hal yang tidak sesuai dengan harapan kami, maka kami akan seret oknum pimpinan Kemenag ke pihak ketiga berdasarkan semua data yang ada pada kami. Itu sikap tegas kami,” tegas Giban.

 

Lebih jauh Giban menegaskan, pihaknya menginginkan pimpinan kantor yang memenuhi syarat di Kantor Kemenag Jayawijaya, terutama mengenal dan tahu betul kondisi daerah dan umat di Pegunungan.

 

“Kami mau pejabat transisi maupun definitif harus dari Kemenag Jayawijaya. Kami (orang Papua) juga tidak mau disebut tidak mampu, jadi tidak mau kasih jabatan." 

 

"Itu anggapan orang yang salah, baiknya kasih dulu supaya dia mencoba melaksanakan tugas itu. Jika dipandang seperti itu terus, kapan bisa dipromosikan, dan kapan orang Papua bisa maju?” tanya Giban denga tegas.

 

Sementara itu, Kepala Kantor Kemenag lama menyerahkan DIPA dan jabatan kepada Kepala Sub Tata Usaha Kantor Kemenag Jayawijaya, dan disaksikan oleh Kakanwil agama Papua.

 

Untuk Kantor Kemenag sendiri, hari ini secara resmi dibuka. Pemalangan dilakukan sejak Rabu (28/1/2015) lalu, sehingga aktivitas kantor lumpuh total. 

 

Editor: Oktovianus Pogau
 

ELISA SEKENYAP

Terkini

Populer Minggu Ini:

Jurnalis Senior Ini Resmi Menjabat Komisaris PT KBI

0
Kendati sibuk dengan jabatan komisaris BUMN, dunia jurnalistik dan teater tak pernah benar-benar ia tinggalkan. Hingga kini, ia tetap berkontribusi sebagai penulis buku dan penulis artikel di berbagai platform media online.

Fortnightly updates in English about Papua and West Papua from the editors and friends of the banned 'Suara Papua' newspaper.